Track 20 : Break The Wall

542 119 47
                                    

Galileo yang baru saja selesai menggunakan kaus abu-abu itu tiba-tiba saja mendengus sedikit kesal, pasalnya, sudah beberapa kali alarm apartemennya berbunyi menandakan ada yang salah dalam memasukkan password di luar sana.

Entah siapa, seingat Leo, ia tidak pernah memiliki urusan dengan tetangga unitnya, tidak pernah juga membuat kegaduhan sampai harus mendatangkan seorang satpam.

Maka tanpa memperkirakan apa-apa dan mengabaikan handuk yang masih menggantung di pundaknya, Leo membuka pintu utama apartemennya itu. Dan begitu saja menemukan kehadiran seorang pemuda yang, jujur, cukup membuat Leo terkejut.

Karena ia sendiri belum merasa sanggup untuk menghadapi anggota Antaresㅡsiapa pun itu.

"Lo mau ngapain?" Sesungguhnya Leo tidak bermaksud mengeluarkan pertanyaan yang terdengar tidak bersahabat semacam itu, tetapi rasa terkejutnya malah membuat demikian.

"Kok password apartemen lo diganti, sih?"

Leo terdiam.

"Nggak mau disuruh masuk, nih, Le?"

Galileo menghela napas pendek, menghilangkan banyak pikiran kelabunya seraya membuka pintu itu lebih lebar lagi. "Masuk aja."

Bisa Leo lihat Wira tersenyum tipis sebelum masuk dan melepas sepatunya di sana. Senyum yang rasanya sudah lama tidak Leo lihat bersama senyum-senyum milik anggota Antares yang lainnya.

"Le, gue minta minum, ya. Haus banget nih."

Ucapan Wira membuyarkan lamunan Leo, ketika Wira berjalan menuju dapur dan hilang dari pandangannya pun Leo tetap diam.

Ia tidak kunjung mengerti dengan situasi, tidak mungkin Wira mau jauh-jauh membelah macetnya Jakarta hanya demi menemuinya tanpa alasan, kan? Apalagi, dalam kondisi mereka yang seperti ini.

Setelah menunggu Wira sekian menit, pemuda itu kembali dan Leo yang tidak tahan bertanya-tanya sendirian akhirnya kembali bersuara.

"Lo sebenernya mau ngapain ke sini, Wir?"

Pernyataan mutlak Leo sedikit membuat Wira tersentak. "Ah, sorry, nih, Le, kalau ganggu waktu lo, tapi asli ini urgent banget. Jadi Gian udah beberapa hari nggak balik kost, terus kita ada rencana mau nyusulin dia ke rumahnya. Lo ikut, ya, Le? Gue takut Gian kenapa-kenapa."

"Kita?"

Wira mengangguk.

"Sekarang?"

Wira ingin sekali melempar pemuda itu menggunakan sepatu andai saja situasinya memungkinkan. "Tahun depan. Ya sekarang, lah, Le. Lo nggak khawatir apa sama Gian?"

Sakit pada kepala Leo yang belum membaik barang sedikit memaksa pemuda itu untuk sedikit terlambat dalam memproses semua kejadian serba mendadak di hadapannya ini.

Leo awalnya berpikir untuk menolak saja, tetapi mengingat nama adiknya yang satu itu, mau tidak mau membuat Leo jadi merasa harus terlibat.

"Pakai mobil siapa?"

"Gue."

Pada akhirnya Leo hanya bisa mengembuskan napas pasrah. "Gue ambil hape dulu."

Kemudian betulan ia berlalu menuju kamar, mengganti bajunya, meraih ponsel di atas ranjang, tidak lupa menghentikan langkahnya sebentar di depan pintu sebelum memejamkan mata dan menautkan jari-jemari mengambil sikap berdoa selama beberapa detik.

Leo hanya berharap segalanya akan berjalan baik-baik saja.

***

Tidak banyak yang terjadi selama perjalanan maupun ketika Antaresㅡbersama Adhisti sang pemandu jalanㅡsampai di rumah Gian yang ada di Bekasi.

Soundtrack : A Miniature FinaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang