Track 05 : Clinic Post

913 159 57
                                    

"Gila, gila. Ternyata berani juga nih Galileo skip kelas?"

"Heh, nggak sengaja juga." Leo menyahut santai seperti tidak ada beban, tangannya pun santai merapikan rambutnya sendiri yang sedikit berantakan. "Kesiangan gue tuh tadi, pas datang, Pak Katri udah lagi absen. Daripada gue kena, kan, mending nggak usah masuk sekalian."

"Tapi lo nggak masuk seminggu juga aman nilai sih, Le."

"Ngomong sekali lagi gue tabok lo, ya."

Yang diancam malah tertawa, dan tetap menyeimbangkan langkahnya di samping Leo.

Oh, ini adalah salah satu teman Leo di jurusanㅡ Rendra namanyaㅡdan mereka sudah saling mengenal sejak keduanya masih disebut-sebut sebagai mahasiswa baru.

"Lagian tumben lo kesiangan? Biasanya rajin bener."

"Kemarin abis jagain temen gue dulu di klinik. Pulang-pulang malam, nugas, terus jam dua baru ingat gue ada demo layering. Ketagihan ngulik, ya udah, bisa lo tebak selanjutnya gimana."

"Not surprised." Rendra menggeleng. "Makanya, lo tuh harus hidup seperti manusia biasa, Le."

"Pardon?" Leo menoleh tidak terima. "Terus gue selama ini hidup sebagai apa??? Berang-berang???"

"Lo tuh manusia ambis, Leeeeee. Atau lo nggak sadar, ya?"

Gantian kini Leo yang menggeleng. "Udah gue bilang berapa kali, gue tuh bukan ambis. Gue cuma ngelakuin apa yang gue suka."

"Yeah, yeah, whatever you mean." Kedua bola mata Rendra berotasi mengalah, sudah hafal bagaimana keras kepalanya Leo yang tidak ingin disebut sebagai manusia ambisius.

"Omong-omong, soal label, gimana, Le?"

"Lo tuh barusan banget ngatain gue manusia ambis, tapi barusan juga lo secara nggak langsung nyuruh gue jadi manusia yang lebih produktif lagi?"

"Nggak gituuu, Galileo. Ya, misalnya lo sama band lo udah yakin ke label nih, kan, jadi bisa cepat-cepat gue follow up ke orangnya. Justru biar lo nggak kepikiran terus gitu, loh."

Galileo mendengus. "Gue belum bilang ke anak-anak, lagi pada sibuk."

"Keburu orang label nggak minat, Le."

"Nggak, lah, Dra, nggak mungkin. Yang butuh juga mereka." Leo tertawa melihat reaksi Rendra hanya mengusap dahinya lelah, pemuda itu terkadang masih tidak mengerti dengan jalan pikiran Leo. "Next week, deh. Gue kabarin."

"Ok, then. See you next week ya, Le." Rendra tersenyum setelah menepuk pundak Leo keras-keras. Tidak terasa keduanya sudah sampai di selasar kampus, tempat biasa di mana tujuan bubar jalan keduanya berbeda.

"Semoga Minggu depan pas lo ketemu gue lagi, lo udah punya pacar."

Alis Leo terangkat sebelah. "Dih? Biar?"

"Biar lo ada yang bangunin, dan nggak bangun-bangun kesiangan lagi."

Galileo hanya mengernyit mendengar alasan tidak penting milik Rendra. Namun tidak urung untuk ia mengangguk setuju.

"Oke. Nanti gue cari pacar."

"Nahㅡ"

"Kalau perlu pacaran sama jam weker."

"Sinting."

***

Belum genap pukul dua belas siang ketika mobil milik Galileo terparkir pararel di samping pagar kost di mana anggota Antares tinggal. Leo masih ingat hari kemarin, saat ia awalnya berencana ke tempat ini hanya untuk mengambil gitarnya yang ia tinggalkan di kamar Ayi, tetapi ia justru menemukan keberadaan Gian yang tidak sadarkan diri di halaman.

Soundtrack : A Miniature FinaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang