Jika dilihat-lihat, tidak ada hal yang menarik dari sebuah kendaraan beroda empat yang ditempa warna putih metalik tersebut. Isinya masih sama seperti hari-hari kemarin, sekadar dua humani yang tidak memiliki waktu luang untuk berbincang lebih tentang masalah keseharian, karena sewaktu si pemuda menyempatkan diri untuk mengantar gadisnya pulang, ia malah mendapatkan gadis itu lagi-lagi tertidur bersandar pada jendela mobilnya beberapa menit setelah kontak mesin dinyalakan.
Leo tidak enak hati membangunkan, ia tahu betul hari-hari berat dan melelahkan telah dilewati gadisnya. Jadi Leo membiarkan gadis itu beristirahat sejenak, sebelum akhirnya ia pulang ke rumah dan keyakinan Leo tentang gadis itu tidak akan mendapat istirahat cukup di sana akan menjadi nyata.
Delapan meter dari titik di mana Leo memarkirkan mobilnya, di sanalah tempat tujuan si gadis berdiri. Sejauh ini, Leo tidak pernah lancang melajukan kendaraannya lebih dekat dengan rumah bertingkat dua tersebut.
Sampai tiga menit setelah kontak mesin tak lagi menyala, gadis itu belum kunjung bangun. Membuat Leo harus gemas dan tidak bisa menahan diri untuk bersandar pada lingkaran stir untuk melihat bagaimana wajah lelah itu tampak terlelap damai.
Pun tangan panjang Leo meraba dashboard, meraih ponsel si gadis lalu segera membukanya dengan sandi yang telah ia hafal di luar kepala.
Belum menyentuh dua menit selanjutnya, Leo lebih dulu menangkap gadis itu bergerak bangun, namun Leo tetap memandang layar ponsel di tangannya
"Morning, Adwina."
Yang disapa menoleh sekilas pada kaca jendela, sebelum berdecak dengan suara parau. "Masih sore tahu, Leeeee."
"Hahaha, kirain lupa." Leo tertawa ringan, tetapi tangan kirinya kini telah meraih jemari Adwina untuk ia simpan dalam genggamannya.
Adwina balas mengusap jemari di sana, sambil mencondongkan tubuhnya demi mengintip apa yang tengah dilakukan oleh pemuda berkacamata itu. "Kamu ngapain?"
"Bikin playlist Spotify baru," jawab Leo seraya mengembalikan ponsel Adwina, "nanti sebelum tidur setel, ya."
"Kamu, kan, tahu aku nggak suka berisik kalau mau tidur?"
"Ya, kan, aku bukan masukin lagunya Slipknot?"
"Slipknot tuh ...." Adwina tampak berpikir sejenak. "Yang ... kalo tampil suka pada pake topeng ondel-ondel?"
"ONDEL-ONDEL. BAIIIK." Leo berseru gemas sekaligus menahan tawa. "Kamu kira pentas Betawi???"
"Yaaaa pokoknya itulah, ya, kan." Adwina menahan tawa dan malu jadi satu.
"Udah, ah, udah malem kamu jadi ngaco." Leo masih tertawa saat tangannya berusaha meraih tas Adwina di bangku belakang. "Nih, sana pulang, nanti dicariin."
"Makasih, ya. Kamu nggak mau mampir?"
Leo menggeleng sembari tersenyum. "Night, Sunshine."
"Night, Gal. Hati-hati, jangan ngebut."
Leo masih tersenyum, sampai Adwina turun dari mobilnya ia masih tersenyum, sampai punggung Adwina hilang di balik pagar hitam rumah bertingkat dua itu barulah lengkungannya luruh perlahan. Entah dari mana asalnya, tetapi Leo kembali mendengar kalimat itu lagi,
"Belum waktunya, Le. Belum."
***
Starring :
Septyaka Daru Galileo.
"Aku enggak janji sama kamu, tapi aku janji sama diri sendiri akan terus sama kamu sampai segalanya berakhir.".
Adwina Naraissa.
"Aku enggak pernah minta apa pun sama kamu. Jadi kalau suatu saat kita selesai, aku enggak akan punya beban."*
Featuring :
ANTARES.
***
Selamat datang di buku projek kolaborasi antar lima penulis yang mengangkat anggota DAY6 sebagai pemeran utamanya!
Let's check their book for another Soundtrack's series✨
Pitachynt for Soundtrack : Dusk and Dawn
RoxyRough for Soundtrack : Resound
Dkatriana for Soundtrack : Melody
holaema for Soundtrack : Somehow
KAMU SEDANG MEMBACA
Soundtrack : A Miniature Finale
FanficIni mengenai Galileo dalam cerita perjuangannya dan mengenai Adwina dalam cerita kekurangannya. Ini mengenai semesta di antara mereka yang membawa keduanya pada satu konklusi. (was) #1 - gncd #1 - eaj #3 - jae [ Soundtrack ; DAY6's special collabora...