Part 3

1.3K 154 47
                                    

Happy Reading
...

Selapas Langit berangkat kerja, Humairah langsung membereskan rumah, baru setelahnya ia juga berangkat untuk mengajar di salah satu Universitas Islam ternama di Jakarta.

Seperti biasa, Humairah selalu tampil dengan busana yang tertutup rapat, warna baju dan jilbab yang ia kenakan pun tidak pernah mencolok.

Sebelum keluar dari dalam rumah, tak lupa Humairah mengirim pesan kepada suaminya, untuk meminta izin.

"Mas, aku berangkat kerja ya?"

Selang beberapa menit kemudian, balasan pesan dari Langit masuk di handphone Humairah.

"Y"

Hanya satu huruf itu saja, mata Humairah sampai terbuka lebar saat membaca balasan dari Langit, mana bisa seseorang memberi balasan pesan hanya dengan satu huruf? Terbuat dari apakah hati Langit itu sebenarnya.

Iseng iseng, Humairah mengirim balasan lagi. Isinya seperti ini

"Z"

Humairah tersenyum puas usai mengirim pesan itu.

"Semoga aku gak kualat."
...

Di Kampus, Humairah ini bisa dibilang adalah Dosen Favorit segala kalangan mahasiswa, karena Humairah merupakan sosok Dosen yang sangat cerdas, ramah, lembut tutur katanya, selalu murah senyum. Sehingga, kalaupun mau berbuat kesalahan di matakuliah Humairah, para mahasiswa harus berpikir puluhan kali. Humairah bahkan dijuluki oleh para mahasiswa dengan panggilan Ibu Peri, dikarenakan kebaikan Humairah yang begitu berkesan di hati setiap mahasiswa.

Kecantikan Humairah memang tidaklah sampai membuat silau, kulit Humairah juga tidak seputih susu, tapi Humairah memiliki aura kecantikannya sendiri yang tidak luntur dari masa ke masa, orang-orang yang mengenal Humairah selalu sepaket kalau wajah Humairah sangat teduh, tidak membosankan untuk selalu dipandang.

"Assalamualaikum Ibu."

Sepanjang lorong, Humairah selalu mendapat sapaan ramah dari para mahasiswa, para Dosen, bahkan para pegawai sampai petugas OB pun ikut menyapa.

"Waalaikumsalam." Humairah membalasanya dengan senyuman yang sangat manis.

Pagi ini, Humairah masuk di kelas reguler A semester 4 matakuliah Tafsir Ahkam di Fakultas Syariah dan Hukum.

Jadwal Humairah berlanjut di beberapa kelas lainnya sampai jam 11 siang.

Sementara itu tanpa saling mengetahui, Langit juga sedang berada di Kampus tempat Humairah mengajar.

Langit sedang mencari pemateri yang tepat untuk acara peringatan acara Isra' Mi'raj sekaligus peresmian kantor cabang Perusahaan Warna Desain Interior di Jakarta Selatan.

Tanpa disengaja dan direncanakan, Dekan yang dimintai saran oleh Langit, merekomendasikan Humairah, tetapi pada awalnya Langit tidak menyadari kalau itu Humairah istrinya. Karena yang ia tahu, istrinya hanyalah guru mengaji di Pesantren Mertuanya. Lebih tepatnya Langit, tidak mau tahu lebih banyak tentang Humairah.

"Assalamualaikum Pak." Humairah mengetuk pintu.

"Waalaikumsalam, silahkan masuk Bu Humairah."

Humairah pun membuka pintu ruangan kerja Pak Hadi itu.

Tatapan mata Langit dan Humairah bertemu, keduanya sama-sama menunjukkan ekpresi kaget.

"Maaf ya saya mengganggu waktu Ibu sebentar, silahkan duduk Bu."

Humairahpun mengikuti arahan Pak Hadi untuk duduk di sofa yang masih kosong.

"Ini Bu Humairah yang Bapak maksud?" tanya Langit.

"Iya Pak, Pak Langit kenapa terlihat kaget begitu? Apa Bapak pikir yang akan datang Dosen Senior?"

"He'eh saya pikir begitu Pak." Langit menggaruk tengkuknya.

"Bapak gak usah khawatir, Bu Humairah ini meskipun usianya masih sangat muda, jam terbangnya sudah sangat banyak. Beliau ini juga merupakan lulusan terbaik di Universitas Al-Azhar Cairo, beliau mengambil S-1 dan S-2 nya disana. Bu Humairah ini salah satu Dosen terbaik di Kampus ini."

"Tidak perlu sampai memuji begitu Pak, semua yang ada pada diri saya semata-mata atas kekuasaan Allah," sambung Humairah sambil tersenyum.

"Bapak bisa lihat sendiri kan betapa tawadhu' nya beliau. Saya saja pernah punya rencana Pak Langit, untuk menjodohkan putra sulung saya dengan Bu Humiarah, tapi apa daya sudah keduluan sama yang lain. Dan sayangnya pas hari pernikahan Bu Humairah saya sedang berada di luar negeri, jadi saya pun belum sempat melihat sendiri lelaki yang beruntung yang mendapatkan wanita sholelah seperti Bu Humairah ini."

Mendengar penuturan Pak Hadi itu, sampai membuat Langit terbatuk.

"Pak Hadi ini bisa saja, jadi kira-kira apa yang bisa saya bantu Pak?" tanya Humairah mengalihkan pembicaraan.

Setelahnya, Pak Hadi pun memberi penjelasan tentang maksud kedatangan dari Langit tersebut.

Meski sebenarnya Langit tidak begitu tertarik menjadikan Humairah sebagai pemateri, tetapi karena merasa segan dengan Pak Hadi mau tidak mau pada akhirnya Langit menyetujuinya.
...

Langit memberikan kode kepada Humairah untuk mengikutinya.

"Jadi, kenapa saya tidak tahu kalau kamu bekerja di Kampus ini sebagai seorang Dosen?" tanya Langit pada intinya.

"Mas kira-kira pernah nanya gak?" Humairah bertanya balik, dengan santai.

"Seharusnya kamu yang ngasi tau, masa semua-semuanya harus ditanya, inisiatif sendiri dong."

"Ini bukan soal aku inisiatif atau tidak inisiatif Mas, Tapi ini soal Mas yang tidak begitu peduli semua tentang aku."

"Jadi maksudmu saya harus mencari tahu semua yang berhubungan dengan kamu? Mengingat semuanya sekaligus. Emangnya kamu siapa? Sampai saya harus melakukan itu. Kamu itu cuma sebatas istri pajangan untuk saya, saya ingatkan kalau kamu lupa."

"Oleh alasan yang baru Mas ucapkan tadi,  Mas hanya menganggap saya selayaknya istri pajangan. Jadi saya kira, saya juga tidak perlu inisiatif sendiri untuk menceritakan apapun kepada Mas, tentang diri saya."

Langit kali ini kalah telak dengan jawaban Humairah, Langit hanya bisa merutuki kebodohannya itu. Ucapan-ucapannya tadi kalau dia ingat lagi, sudah cukup membuat dirinya merasa malu sendiri, karena kesannya dia seperti ingin tahu lebih dalam tentang Humairah.

"Kalau begitu aku permisi ke kelas lagi Mas, hati-hati di jalan."

Humairah kembali berjalan menuju kelas yang ia masuki tadi, sementara itu Langit juga berjalan menuju pintu keluar.

Dari jarak yang tidak terlalu dekat, Langit bisa melihat ada beberapa lelaki yang curi-curi pandang kepada Humairah, bahkan ada yang masih terus menatap punggung Humairah sampi tidak terlihat lagi di lorong jurusan.

"Ada apa dengan mata para lelaki itu? Apa mereka tidak tahu, kalau wanita yang mereka pandangi itu sudah punya suami!" Langit menggerutu sepanjang jalan.
...

Humairah pulang lebih awal dari pada Langit.

Sebelum senja kembali ke peraduan, Humairah telah selesai menyiapkan menu makan malam untuk dirinya dan Langit.

Sedangkan Langit, baru pulang ke rumah sekitar jam 11 malam. Humairah masih setia menunggu kepulangan Langit, bahkan Humairah pun masih menunggu Langit untuk makan malam bersama.

"Mas, mau aku siapain air hangat gak?" tanya Humairah, ia mengikuti Langit dari arah belakang.

"Gak usah," jawab Langit singkat.

"Kalau gitu, aku panasin dulu makan malam yang udah aku siapin tadi ya Mas?"

"Gak perlu, saya sudah makan malam. Pergilah ke kamarmu, jangan ikuti saya lagi."

Langkah Humairah terhenti, dadanya kembali terasa sesak, lagi-lagi ia harus menerima penolakan dari suaminya sendiri.

"Baiklah, selamat beristirahat Mas."

Humairah mencoba tersenyum, meski sejujurnya yang ingin ia lakukan saat ini adalah menangis
...

Tbc

Ada Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang