Part 8

1.2K 150 33
                                    

Happy Reading
...

Sudah 5 hari berlalu, Langit belum bisa beraktifitas seperti biasanya. Untuk saat ini Langit masih dalam tahap pemulihan.

Dokter juga menyarankan agar Langit beristirahat total dulu minimal  seminggu, jangan langsung dipaksakan untuk beraktifitas terlalu banyak.

Selama itu pula, Langit memutuskan untuk bekerja dari rumah. Langit menyerahkan urusan kantor untuk sementara waktu kepada Matt, sekertaris pribadi sekaligus sahabat dekatnya.

"Kamu mau dimasakin apa hari ini Mas?" tanya Humairah di ambang pintu.

"Terserah kamu aja, kalau gak sempat gofood dari Rumah Makan juga gak masalah kok."

"Aku selalu punya kesempatan kok Mas, karena kamu itu suami aku. Jadi sudah seharusnya disempatkan."

"Hmmm, iya.  Terserah kamu aja, mau masak apa."

"Yaudah kalau gitu Mas, aku masak dulu. Kalau Mas perlu apa-apa tinggal panggil aku aja, jangan dilakuin sendiri Mas."

"Iya," jawab Langit singkat.

"Perasaan  cuma keseleo gini, dia khawatirnya udah kayak cedera parah," ucap Langit sesaat setelah Humairah keluar dari kamarnya.
...

Sore harinya, Matt berkunjung ke rumah Langit untuk memberikan berkas yang harus Langit tanda tangani, sekaligus menyampaikan beberapa laporan perkembangan proyek.

"Ni gue bawain buah, dimakan ye jangan dijadiin pajangan." Matt meletakkan parsel buah yang ia bawa di atas meja.

"Bisa banget lu nyindirnya Matt Solar." Langit melemparkan tatapan elangnya ke arah Matt.

"Emang gitu kok Lang, yang manis-manis itu bukan untuk dipajang."

"Bacot lu Matt,  mana berkas yang mau gue tanda tangani? Oh ya, sambil dimakan itu browniesnya,"

"Siap, ini istri lu yang masak?"

"Iya, dia itu rajin banget masak. Ini nih buktinya, Liat perut gue udah mulai buncit baru juga 5 hari di rumah aja."

"Ekhm, berarti udah ada peningkatan dong ya. Atau jangan-jangan Langit junior bentar lagi udah mau launching?" goda Matt.

"Ya enggak gitu juga Matt Solar, ya gue emang gak secuek itu lagi sama dia. Tapi kita masih pisah kamar kok, jadi gak mungkin lah."

"Loh? Jadi selama ini kalian gak sekamar. Parah sih banget emang lu ya Lang. Ini rumah tangga apa rumah kosan?" Matt geleng-geleng kepala tak habis pikir dengan cara berpikir sahabatnya itu.

"Ya namanya, gue menikah bukan karena keinginan sendiri. Terus lu tau sendiri kan, dari segi fisik Humairah gak masuk tipe ideal gue. Gue itu sukanya cewek yang mungil, bukan cewek tinggi kayak Humairah."

"Yaela, ribet amat emang hidup lu Lang. Gak ngerti lagi gue."

"Jadi rencana lu ke depan gimana? Lu mau gini-gini aja, dibilang nikah emang iya, tapi sensasinya masih kayak lajang," sambung Matt lagi.

"Sebenarnya, gue tetap ngerasa kalau gue sama Humairah itu emang gak cocok. Mungkin dengan gue begini, lama-lama Humairah juga akan lelah, dan menyerah dengan hubungan ini."

"Gila lo ya Lang, harusnya lu itu menanamkan dalam diri lu kalau nikah itu cuma sekali, jadi gimanapun caranya lu harus berusaha mempertahankannya, bukannya malah selalu memirkan akhir yang buruk Lang."

"Ya mau gimana Matt, hati gue gak bisa dipaksa. Hati gue ini masih milik Kayla sepenuhnya. Lu tau sendiri kan bentar lagi dia bakal pulang dari London? Kalau dia udah di Indonesia, sepertinya akan semakin susah buat gue lepas dari dia."

Ada Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang