Part 6

1.2K 140 35
                                    

Happy Reading
...

Malam itu, Bu Qonita tidak membolehkan Langit dan Humairah langsung pulang, beliau meminta mereka untuk menginap.

Langit sudah menyampaikan banyak alasan, tapi yang namanya Bu Qonita sangat susah pula untuk dibantah. Jadilah, Langit dan Humairah tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut untuk menginap.

"Ini dulunya kamar Mas?" tanya Humairah.

"Iya."

Humairah berjalan mengitari kamar Langit  yang didominasi warna putih hitam itu, desain kamar Langit di mata Humairah benar-benar sangat artistik, diam-diam Humairah mengagumi desainnya.

Humairah berjalan mengitari kamar Langit  yang didominasi warna putih hitam itu, desain kamar Langit di mata Humairah benar-benar sangat artistik, diam-diam Humairah mengagumi desainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Mas hanya ada satu tempat tidur, aku tidur dimana?" tanya Humairah takut-takut.

"Ya mau dimana lagi, mau tidak mau kita harus tidur di ranjang yang sama malam ini, tapi ingat nanti akan saya buat pembatasnya."

"Iya Mas," jawab Humairah pasrah.

Langit dan Humairah tidur dengan posisi saling memunggungi, di antara mereka terdapat beberapa tumpukan bantal sebagai pembatas.

Karena keduanya sama-sama merasa lelah, hanya hitungan menit saja Langit dan Humairah terlelap.

Meskipun awalnya Humiarah merasakan gugup yang sangat luar biasa, karena bagimanapun ini merupakan kali pertama untuk Humairah tidur di ranjang yang sama dengan seorang lelaki dewasa.

Dalam alam bawah sadar Langit, ia telah menyingkirkan pembatas yang ada di antara dirinya dan Humairah, dan tangan kekarnya telah bertengger sempurna dipinggang Humairah. Antara Langit dan Humairah nyaris tidak berjarak lagi.

"Hhhhh."

Sekitaran jam 3 ke atas Humairah terbangun, tanpa perlu bantuan alarm. Karena, Alarm iman adalah alarm terbaik bagi seorang muslim.

Humairah merasakan ada sesuatu yang berat di atas pinggangnya, tentu saja Humairah merasa sedikit khawatir, kira-kira apa yang telah menimpa pingganya itu.

Humairah langsung bersgera membuka matanya.

"Mas Langit meluk aku?"

"Pasti gak sengaja sih, kalau pun nanti Mas Langit bangun terus mendapati dirinya meluk aku, pasti marah-marah gak jelas."

Humairah tidak mau berpikir yang lain-lain, Humairah meyakinkan dirinya semua terjadi karena Langit berada dalam alam bawah sadarnya.

Seperti biasa, sepertiga malam terakhir Humairah selalu melaksankan sholat malam, sholat tahajjud yang dilanjutkan dengan sholat witir sebagai penutup.

Humairah akan terus terjaga sampai shubuh tiba, Humairah mengisinya dengan membaca ayat suci Al-Qur'an.

Sayup-sayup mendengar suara di sekitarnya, Langit merasa terusik dengan susah payah ia membuka matanya yang masih terasa berat.

Ada Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang