Part 11

1.3K 160 37
                                    

Happy Reading
...

Langit baru mengerti apa arti kehilangan, setelah Humairah menghilang dari jarak pandangnya.

Langit juga baru menyadari jika dirinya telah mengalami ketergantungan akan banyak hal dengan Humairah.

Semuanya baru terasa, di saat Humairah tidak ada di rumah.

Tidak ada lagi yang menyambut paginya dengan senyuman, dan menunggu kepulangannya di malam hari dengan sabar.

Satu hari, dua hari, tiga hari, Langit masih cukup kuat untuk mengatasi semuanya sendiri, termasuk perasaan rindu yang terbesit di hatinya secara tiba-tiba

Lebih dari tiga hari, Langit mulai merasa frustasi, dan uring-uringan.

Seperti saat ini, ketika Langit tengah bekerja di Kantor, Langit lebih banyak melamun, sampai-sampai Matt yang satu ruangan bersama Langit merasa jengah.

"Lang, mau gue anterin ke tempat ruqyah gak lu?" Matt menepuk bahu Langit.

"Astaghfirullah, lu apaan sih Matt Solar bikin kaget aja!" Langit terlonjak kaget.

"Ya Elu ngapain dari tadi bengong mulu. Apa jangan-jangan lu ketempelan yak? makanya ayok gue temenin ke tempat ruqyah."

"Yakali gue ketempelan, jangan ngaco deh lu Matt."

"Jadi lu kenapa? Dari tadi gue liat kerjanya gak fokus, kebanyakan bengong."

"Atau jangan-jangan lu kangen ya ama bini lu? Aciela uhuy prikitiew."

"Bisa diam gak lu Matt? Lebih bagus lu balik kerja sana Matt." Langit jadi salah tingkah.

"Wadaw, ada yang salting niye. Ciela ciela, Ada yang benci jadi cinta nih." Matt tertawa renyah.

"Lu milih balik kerja, atau gue pangkas gaji lu bulan ini?" Langit menggeram salah tingkah.

"Ada cinta yang kurasakan 
Saat bertatap dalam canda 
Ada cinta yang kau getarkan..." Matt bersenandung menggoda Langit.

"MAAT SOLAR!"

"Peace love and gaul, Pak Bos." Matt melarikan diri sambil tertawa puas.

"Panas banget yak."

Tiba-tiba Langit merasakan wajahnya panas, Langit mengibas-ngibaskan telapak tangannya di depan wajahnya.

"Sialan emang si Matt, gue jadi salting gini coba." Langit menghela nafas.

"Humairah lagi ngapain ya kira-kira, sombong amat gak ada ngasi kabar."

Langit menatap layar handphonenya.

"Telfon enggak telfon enggak, telfon."

"Au ah, kenapa sih gue." Langit mengacak-ngacak rambutnya sendiri.

"Telfon aja kali ya, tapi keliatan banget dong gue rindunya, masa gue terus yang nelfon duluan."

"Mau nelfon aja ribet amat coba lu Lang, Lang." Dan pada akhirnya Langit mendial nomor telfon Humairah.

"Assalamualaikum, ada apa Mas?"

"Waalaikumsalam, kamu lagi dimana ini?"

"Di Hotel Mas, habis sarapan. Di sini masih sekitar jam 8 pagi."

"Oh gitu, bisa video call gak Humairah?"

"Gak bisa dong Mas, di sini rame Mas. Emangnya Mas mau nunjukin apa sama aku?"

"Enggak mau nunjukin apa-apa, yaudah lah kalau gak bisa. Kamu udah sarapan kan?"

"Lah tadi  aku udah bilang kalau aku habis sarapan Mas, Mas gak lagi sakit kan?"

Ada Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang