Part 4

1.2K 148 36
                                    

Happy Reading
...

Hari minggu yang cerah tidak disia-siakan oleh Humairah, selain mencuci pakaian dirinya dan Langit dia juga mencuci selimut.

Saat menjemur pakaian dan selimut di jemuran yang terletak di halaman belakang, Humairah bersholawat nariyah. Suara lembutnya terdengar sangat jernih, pelafalan huruf-huruf hijaiyyah Humairah juga terdengar sangat fasih.

"Humairah!" Datang-datang, Langit langsung memperdengarkan suara cemprengnya.

"Kenapa sih Mas? Kok teriak-teriak, kita gak lagi di hutan loh," respon Humairah dengan santai.

"Saya kan udah pernah bilang, kamu gak perlu nyuci baju saya, tinggal antar aja ke laundry yang di ujung komplek."

"Istri Mas kan aku, bukan Mbak tukang laundry-nya. Lagian Mas rugi apa sih, yang cape kan aku. Kok Mas yang ribet."

"Saya gak mau utang budi sama kamu, lagian kalau baju saya luntur, robek atau rusak kamu mau tanggungjawab? Baju saya itu mahal-mahal gak ada yang murah."

"Iya, aku tanggungjawab Mas. InsyaAllah gaji aku cukup kok untuk ganti rugi, kalau misalnya baju Mas yang mahal ini ada yang rusak."

"Ah elah baru juga Dosen, udah sombong. Udah ikutin aja kata-kata saya, besok-besok kasi ke laundry aja."

Humairah tidak menjawab, dia kembali melanjutkan kegiatannya menjemur pakaian.

"Malah diam, kamu ini gak sopan banget sama suami sendiri ya!"

"Mas marah-marah mulu, gak takut darah tinggi apa ya?"

"Ditanya apa dijawab apa! Udah, intinya gitu besok-besok jangan cuci baju saya lagi."

"Mas bentar deh, jangan pergi dulu."

Langit menghentikan langkahnya.

"Tadi Abah nelfon. Abah ngundang kita untuk datang ke acara syukuran atas kelulusan adik aku Haifa di Al-Azhar Cairo, acaranya siang ini Mas."

"Terus?"

"Kita pergi ya Mas, gak enak sama Abah."

"Kamu aja yang pergi, saya capek mau istirahat. Bilangin aja saya lagi ada kerjaan yang gak bisa ditinggal."

"Mas, aku gak minta banyak kok, cuma minta Mas ikut sama aku ke Pesantren. Abah itu selalu membanggakan Mas loh sama keluarga besar aku, masa Mas gak bisa menghargai itu sedikit aja."

"Saya capek Humairah, cuma hari minggu waktu istirahat saya. Udahlah Abah pasti bisa ngertiin juga."

"Yaudah, aku berangkat sendiri. Tapi kalau ada yang nanya kenapa Mas gak ikut, aku gak akan belain Mas, aku gak mau bohong. Aku akan mengatakan yang sejujurnya, kalau Mas capek dan males untuk ikut."

"Oh udah pandai ya kamu, melawan sama suami." Langit menatap Humairah dengan tatapan tajam.

"Itu namanya bukan melawan Mas, tapi aku mengatakan apa adanya, tanpa ada sandiwara."

"Yaudah, yaudah saya ikut."

Setelah Langit pergi dari halaman belakang, diam-diam Humairah tersenyum.
...

Siang harinya, Langit dan Humairah berangkat menuju Pesantren.

"Jadi nanti saya harus ngapain di sana?" tanya Langit, sesaat sebelum mereka turun dari mobil.

"Masa iya harus aku arahkan Mas, semerdekanya Mas aja."

"Yaudah, kamu gak boleh cerita apa-apa ya tentang kehidupan rumah tangga kita. Walaupun saya bukan suami yang baik, kamu tetap punya kewajiban menjaga harkat dan martabat saya."

Ada Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang