Happy Reading
...Semenjak menginap di rumah Mama Mertuanya, Humairah semakin bersemangat dalam berusaha meluluhkan hati Langit, dengan harapan usahanya itu sedikit demi sedikit bisa merubah sikap dan tutur kata Langit agar lebih bersahabat dengan dirinya.
Seperti malam ini, bertepatan di hari ulang tahun Langit, Humairah telah menyiapkan hidangan makan malam yang semua menu-menunya adalah makanan favorit Langit.
Humairah menunggu dengan sabar kepulangan Langit, Humairah sempat mengirim pesan kepada Langit menanyakan Langit jam berapa akan pulang, tapi Langit tidak memberikan respon apa-apa.
1 jam
2 jam
3 jam
4 jam
5 jam, telah berlalu. Humairah sudah mulai lelah menunggu kepulangan Langit, perutnya pun sudah terasa sangat lapar, karena sedari tadi, Humairah belum memakan apapun.
"Udah jam 12 malam, Mas Langit kok belum pulang ya?" Humairah berjalan mondar-mandir di depan pintu.
Humairah memutuskan untuk menghubungi Langit via telfon, sayangnya nomor Langit tidak aktif.
"Kamu baik-baik aja kan Mas?" Humairah mulai tampak cemas.
Untuk mengurangi kecemasan yang datang silih berganti dalam benaknya, Humairah memperbanyak dzikir.
Sekitar 1 jam kemudian, barulah Langit pulang ke rumah, kondisi dimana Humairah sudah sampai di titik terpasrahnya dalam menunggu kepulangan Langit.
"Mas, kok lama banget pulangnya?"
"Saya rasa itu bukan urusan kamu!"
Langit bahkan tidak melirik Humairah, dia langsung melenggang menuju kamarnya.
"Tentu menjadi urusan aku Mas, karena Mas adalah suamiku, suami yang sah dimata hukum dan Negara! Jadi, Aku sangat berhak untuk mengetahui kenapa suamiku sampai pulang selarut ini!"
Langit menghentikan langkahnya, ia berbalik badan, menatap Humairah dengan tatapan tajamnya.
"Omong kosong macam apa itu!" Langit tersenyum sinis.
"Bersikaplah seperti biasa, tidak perlu sok tegas-tegas seperti ini. Karena dengan sikap kamu yang seperti ini, justru membuat saya semakin muak."
"Kalau kamu keberatan dengan sikap saya dan merasa tidak mampu bertahan lagi, kamu boleh mundur. Dengan senang hati, saya akan menghantarkanmu ke Kantor Pengadilan Agama!"
Untuk pertama kalinya, Humairah tidak bisa menahan air matanya di hadapan Langit. Perkataan Langit tadi , sungguh telah mengoyak-ngoyak harga diri dan martabatnya sebagai seorang istri.
"Apa kamu benar-benar tidak memiliki niat untuk mempertahankan rumah tangga kita ini sampai akhir Mas?" tanya Humairah dengan suara paraunya.
"Tidak, cepat atau lambat kita pasti akan segera mengakhirnya, tinggal menunggu waktu yang tepat saja."
"Astaghfirullah."
Humairah memejamkan matanya, kali ini Ia merasakan sensasi perih yang luar biasa di dalam hatinya, sangat menyakitkan untuk dijelaskan dengan kata-kata.
"Bahkan Allah pun sepertinya murka dengan ucapanmu itu Mas," ucap Humairah dengan lirih.
Langit tidak meperdulikan ucapan Humairah itu, ia kembali berbalik badan dan kembali melangkah menuju kamarnya.
...Siapa sangka, bagaikan sebuah teguran langsung untuk Langit. Saat hendak turun dari tempat tidur, Langit kehilangan keseimbangan, hingga menyebabkan kakinya terkilir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Cinta
RomanceSuatu cerita klasik tentang perjodohan. Dua orang manusia yang terjebak dalam pilihan orangtua, yang menjadikan keduanya terikat secara agama dan hukum dalam ikatan pernikahan yang sah. Mereka adalah Langit dan Humairah, keduanya memiliki perbedaa...