Enam ●‍‍‍Penyesalan

16 3 0
                                    

‍‍‍‍Menyesal satu kata terlintas dalam benak ini. Sebentar, sebentar,dan sebentar. Aksara ini selalu terucap dalam bibirku. Aku menyesali,ketika diriku masih sibuk dengan dunia malas,sementara yang lain. Mengejar waktu,berlomba-lomba meraih hasil yang lebih baik.

Hingga, ujian nasional akan tiba. Mengebut semalaman, seperti kilat. Tak tau apakah hasil bisa memuaskan atau tidak. Mengerjakan dengan basmalah dan percaya diri. Terucap syukur setelah selesai dengan lancar. Yakin pada diri sendiri jika soal diberikan, hasilnya memuaskan.

Waktu kelulusan tiba. Menunggu hingga panggilan diriku terpanggil. Cucur keringat terus menetes pada dahiku. Sementara tanganku bergetaran dengan sendirinya akan gugup. Hingga namaku terucap dari depan sana.Berdiri di atas panggung dengan percaya diri dan senyum merekah yang tak luntur dari bibir ranumku.

Setelah acara selesai,kubuka map yang kubawa dilengan kiriku. Tercenggang rasanya ketika melihatnya. Pencapaian nilai yang kuharapkan,tak sesuai dengan realita yang terjadi. Berpikir nilai menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Alhasil pada kenyataan lebih buruk dari semestinya.

Tak terima dengan hasil yang kudapatkan. Ingin menangis rasanya. Pasokan udara di gedung ini terasa menipis dan sesak. Bisakah diriku mengulang kembali akan sikap malasku? Aku berharap waktu bisa terulang kembali,namun itu semua hanyalah sebuah angan-angan.

Turut bahagia melihat yang lain. Wajahnya begitu berbinar-binar akan pencapaiannya. Aku memeluk bersama mereka dan membiarkan air mata ini menetes pada pelupuk mataku. Menyemangatiku dengan rentetan aksara agar diriku tak menyerah disini.

Benar, aku tak bisa menyerah disini. Waktu terus berjalan. Jika terus meratapi penyesalan, takkan ada kemajuan. Cukup disini aku menyesal karna perbuatan yang kuakibatkan. Selamat tinggal penyesalan, sekarang hanya ada belajar dan belajar menuju masa depan cerah.

Paslinsas5 linus_sastra

RASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang