1. Ucul adalah namaku

222 92 96
                                    

"Pergi kamu!" hardik seorang wanita tua kepada seekor kucing betina.

Kucing itu amatlah lemah, tidak sanggup berdiri. Tubuhnya mati rasa saat dipukul dengan sapu dan ditendang dengan sangat kuat. Semua dilakukan hanya karena ikan. Yah, kucing itu hanya kelaparan, dan saat mencium aroma yang membuat perutnya berbunyi, ia pun segera mendatangi sang santapan dan menghabisinya langsung ditempat.

Sadis? Itulah sifat kucing.

Mereka tak memiliki akal, mereka hanya memiliki sifat waspada terhadap sekelilingnya.

Ada makanan, ia makan.

Ada bahaya, ia pun lari.

Tapi manusia, bukanlah tandingan si lemah. Bahkan beribu pun mereka, kucing tetaplah lemah. Karena mereka serasa diciptakan hanya untuk disayangi, bukan dibenci terutama disakiti.

Kucing betina itu merintih saat tubuhnya dilempar cukup jauh dari kediaman wanita tua itu. Bahkan orang-orang yang berlalu lalang hanya menatapnya kasian tanpa membantunya.

Apa salahnya?

Kucing hanya menginginkan makanan!

Kucing tidak akan merampas hartamu, pangkatmu apalagi pacarmu!

Lalu, apa yang harus kamu khawatirkan?

Makanan? Memang seberapa mahal harga ikan hingga membuatmu marah?

Kucing hanya ingin makan, hanya itu!

Masih dengan lenguhan kesakitan, kucing itu merosot di bahu jalan. Bahkan sesekali anak kecil melemparinya dengan batu. Kucing itu mendesah lelah, dan membaringkan tubuhnya.

Seperti ikhlas, bila Allah mengambil nyawanya.

Hanya itu yang bisa kucing itu lakukan.

"Kau tidak apa-apa?" Suara itu membuat kucing betina itu membuka matanya, ia melihat seorang gadis dengan bulir keringat di kening lebarnya.

Gadis itu menjadikan tubuhnya sebagai sarana penghalang sinar matahari pada kucing lemah itu.

"Kenapa sampai seperti ini? Sangat sakit ya?"

"Meong"  'Tentu saja sangat sakit!' ucapnya disertai dengan rintihan sakit.

"Siapa yang melakukan ini padamu?"

"Meong"  'Tentu saja makhluk sejenis kalian! Memang siapa lagi di dunia ini yang serakah selain manusia?'

"Aku seperti orang gila saja yang mengajakmu berbicara, padahal yang hanya kau balas hanya 'meong' saja."

"Meong."  'Kalian memang gila! Singa saja membunuh langsung tanpa menyiksa, tapi kalian membuat kami tersiksa seakan-akan menyuruh untuk menikmati kematian yang akan datang!'

"Kau ikut denganku. Akan ku bersihkan luka-lukamu."

"Meong" dengan suara rintihan karena tubuhnya digendong secara mendadak. 'Kenapa tidak dari tadi!'

Gadis itu membawa kucing betina itu ke rumahnya. Ia berjalan sambil sesekali meletakkan kucing itu diposisi ternyaman, agar tak melukai tubuh kucing lemah itu.

"Assalamu'alaykum."

Sampai dirumahnya, ia melihat rumahnya kosong, tak ada yang menjawab salamnya. Bapak dan abangnya belum pulang bekerja, mamanya pasti masih dipasar, kedua adiknya masih sekolah, tunggu —kemana kedua adiknya lagi?

Gadis itu mencari adiknya ke seluruh ruangan sambil tetap menggendong kucing betina yang lemah itu.

"Teguh!" Baby boy kecil itu melirik kakaknya, dan kembali mengalihkan pandangan ke adiknya, Sakina Humairah.

Ucul and FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang