3. Sebuah Keluarga

87 53 13
                                    

Rumah itu tidaklah besar, tidak jua bertingkat, sederhana. Tapi yang membuat rumah itu hidup yaitu anggota yang saling membangun dan bekerja sama dalam mempertahankan, apa yang harus diperjuangkan dan dikorbankan. Kini, sudah seminggu Ucul tinggal di rumah sederhana ini. Tapi pernah suatu ketika, Ucul melihat kekompakan yang terjadi diantara mereka.

"Bagaimana keadaan pasar, Yang?" tanya Mama Sakina kepada suaminya.

Bapak dan Mama Sakina, Rahmat, Teguh dan Sakina sedang duduk sambil menonton film kartun yang menampilkan dua bocah yang tidak memiliki rambut. Kartun itu kesukaan Putri mereka, Umara dan Sakina. Jadi tak heran, bila kartun itu sering ditayangkan di televisi, semuanya menikmati seruan humor kedua bocah itu.

Bapak Sakina mengelus kepala istrinya, mama Sakina menyenderkan kepalanya di bahu suaminya. "Alhamdulillah masih ada yang bertahan," ucap Bapak Sakina sambil memperhatikan putra putrinya.

Tahukah kalian dimana Ucul berada? Saat ini, Ucul sedang duduk dipangkuan Rahmat. Ah, sepertinya Ucul harus siap untuk dibelai oleh pria playboy itu.

Jangan su'udzon, Ucul melakukan ini semua demi menarik perhatian pria jantan nan idaman yang sedang Ucul kejar.

Hoho, Ucul memang betina yang pintar.

Demi mendapatkan sang jantan, kudu dekat dengan seseorang yang berharga bagi jantan tersebut.

Dan Ucul, harus akrab dengan keluarga ini!

"Assalamu'alaykum Warahmatullah." Tampaklah ketiga pria dan seorang gadis masuk dengan membawa beberapa bungkusan besar, dan dua buah kotak besar.

"Wa'alaykumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Itu apa bang?" tanya Mama Sakina. Ketiga pria itu meletakkan bungkusan dan kotak di sudut ruangan, lalu mengambil alih satu bungkusan yang sedang dibawa oleh gadis itu.

Ya, mereka adalah Ammar, Khairul, Sadam nan Umara. Keempatnya sedang sibuk mengatur tatanan, dan memilah beberapa diantaranya. "Dagangan Ma, ini mau dijual besok. Dan ada beberapa produk dek Umara juga, baru kami ambil di pos tadi."

"Jadi, besok udah siap berdagang dipasar?"

"Siap Pak, InsyaAllah." ucap Keempatnya. Mereka kini meninggalkan barang-barang itu, menyalami kedua orangtuanya dan duduk di bawah menemani ketiga adiknya.

Ucul melihat semuanya, bagaimana kekompakan mereka, sopan santun, atitute terhadap orangtua, perhatian dan kasih sayang yang tercurahkan. Dan yang baru Ucul tau, bila keluarga ini berprofesi pedagang, bahkan gadis yang menyelamatkannya pun juga turut.

Ingin rasanya Ucul menggeledah kotak dan bingkisan itu, tapi Ucul juga harus menampilkan akhlak yang baik di depan pria jantan nan idamannya.

"Yaudah, seperti yang bapak sampaikan kemarin. Ada lima meja lagi yang kosong, ambil sesuai keinginan."

"Bapak, Umara ini ada sepatu, baik sepatu pria ataupun sepatu wanita, gamis dan khimar, baju koko dan celana pria, ada jam tangan juga, buku, serta beberapa lainnya. Itu semuanya satu kotak dan bungkusan besar yang berwarna hitam itu. Menurut bapak, Umara ambil berapa meja?"

Kini Ucul yang terkagum, kirain gadis itu gadis yang manja. Terlihat dari curahan kasih sayang kedua abang dan orangtuanya yang perhatian padanya, tapi tak urung bila gadis itu juga seorang pedagang. Bahkan dagangannya sangat banyak!

"Satu aja menurut bapak, tapi tergantung porsi dagangannya. Besok kita coba, sebelum matahari terbit udah pergi."

Semuanya mengangguk. Mama Sakina melangkah ke dapur, Umara dan Rahmat memisahkan diri. Bahkan Ucul bingung harus kemana, dirinya hanya berdiam diri dimana Rahmat meninggalkannya. Saat kembali, Mama Sakina membawa beberapa makanan, dibantu Rahmat dan Umara.

Ucul and FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang