28. Quality Time II

15 5 3
                                    

"Kakak kenapa belum tidur?"

Umara sedang duduk berdua dengan Ucul di ruang makan, Umara yang menyenderkan kepala di meja makan dan Ucul yang berada di pangkuan Umara.

"Kakak gak bisa tidur Bapak."

Ucul bangkit dari manjanya pada Umara, saat Ucul ingin membiarkan waktu untuk Umara dan Bapak, tapi gadis yang kelewat manja ini malah menahan tubuh Ucul, astaghfirullah ngucap!

"Ayo sini, temani Bapak," Umara mendekap Ucul yang hanya diam saja. Bapak mengajak Umara ke ruang keluarga, dimana ada karpet tebal yang menanti untuk dijadikan tempat saksi mata antara keduanya.

"Apa kakak gelisah mengenai pernikahannya?"

Umara mengangguk dan menatap Bapak sendu, rasanya menatap Bapak dengan jangka waktu yang lama sangatlah sulit, tidak seperti biasa. "Iya Bapak,"

"Sini, Bapak ingin peluk Kakak seperti dulu,"

Umara meletakkan Ucul di karpet begitu saja. Hello! Saat butuh, Ucul dipegang erat dan saat udah ada sandaran yang baru, Ucul dilepas.

Astaghfirullah, tahan Cul jangan hujat. Waktunya lagi gak pas!

Umara masuk dalam lingkaran pelukan Bapak, tangis gadis itu terdengar sesak dan menyakitkan, Ucul sendiri tidak mampu mendeskripsikannya.

"Nangislah, Bapak sudah sangat jarang melihat kakak yang menangis seperti ini. Bapak selalu ingin menjadi pelukan disaat kakak nangis ataupun sedih tapi, Bapak sadar, Kakak juga udah besar dan Bapak juga bahagia saat kakak memiliki sandaran yang sama  seperti Bapak, yaitu kedua Abangmu."

"Hiks, karena itu Kakak rasanya sesak Pak disini, sakit sekali. Kakak gak mau jauh dari Bapak, kakak sayang dan cinta sama Bapak, hiks."

Ternyata benar ya, secakep-cakepnya pria tampan di luar sana, sesayang-sayangnya pria untuk wanitanya, sehebat apapun pria di luar sana. Bapak adalah cinta pertama bagi seorang anak perempuannya.

Rasanya akan sangat berat meninggalkan cinta yang besar untuk Bapak, Pria hebat dan Hero luar biasa.

Bapak adalah pria pertama yang akan menangis disaat putrinya akan menikah dan membangun keluarga yang baru.

"Bapak juga akan merindukan Kakak, sangat." Bapak mendekap Umara erat, sangat erat. Seakan-akan Bapak tidak mau melepas Umara untuk sebentar saja.

"Bapak dulu ingat, saat itu Kakak lahir sangat manis dan memerah. Bapak benar-benar bersyukur dan terpana saat mendengar tangisan Kakak, rasanya seperti memanggil Bapak untuk terus bersama dan menjadi satu-satunya sandaran untuk Kakak. Tapi nanti, Bapak akan menjadi wali untuk Kakak pada nak Rama. Bapak mana yang tidak menangis, saat ditinggalkan putri yang dicintainya Kak? Bapak pun sangat sakit, rasanya sesak disini."

Bapak dan Umara menangis, suara isakan tidak mampu ditahan. Rasa haru tidak mau ditinggalkan lepas begitu saja, unek-unek yang disimpan akhirnya lepas dan bersua juga.

"Kakak cinta dan sayang sama Bapak, banget."

"Bapak juga cinta dan sayang Kakak, tanpa batas."

Umara menatap Bapak, "Seandainya kakak mau nginap disini, Apakah boleh?"

"Tentu saja sayang, tentu saja." ujar Bapak sendu sambil mencium seluruh wajah Umara. Ucul terharu jadinya, Umara gadis beruntung yang merasakan kasih sayang Bapak begitu besarnya.

"Aku cari-cari Mas. Kenapa gak datang, ternyata lagi berduaan sama Kakak. Mama mau ikut juga dong,"

Ucul menatap Mama yang ikut bergabung. Saat melihat Mama datang, Umara langsung memeluk yang langsung dibalas Mama erat. "Kakak pasti akan rindu sama Mama,"

Ucul and FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang