16. Kita Bertemu

37 24 4
                                    

"Ucup, makan yuk."

"Meong."  "Ucup tidak lapar, Rama!"

Ingin rasanya Ucup mencakar wajah sok tampan itu. Katanya sahabat Ucup, masa' tidak mengerti keinginan Ucup.

Ucup hanya mau Ucul, tapi kenapa Ucul memandangnya musuh?!

Lima belas menit yang lalu, Dokter sudah melakukan penanganan pertama dan mengeluarkan air pantai yang sempat di telan Ucul dan Alhamdulilah semuanya berjalan lancar.

Tapi saat Ucul sadar, kenapa betina mungilnya malah menatap Ucup ketakutan, Apakah tampang Ucup menyeramkan?

Memang sih, tapi kan Ucul gak seharusnya begitu. Ini sih namanya melukai hati Ucup, sakit tau!

"Cup, nanti kita kesini lagi. Kita makan dulu ya, aku lapar Cup." Walaupun Rama memelas sekalipun, gak bakal mau Ucup.

Umara lagi, enak aja nyuruh Ucup keluar. Tadi ngucapin terimakasih ya Cup, sayang Ucup, Ucup baik banget sih, eh sekarang malah ngusir Ucup secara tak langsung.

Belum lagi sahabatnya Rama yang pada dasarnya bucin Umara pun gak mengerti keinginan Ucup.

Ucup hanya mau Ucul, kok pada gak paham sih?!

Ini lagi betinanya, sok galak padahal malu-maluin!

"Meong." Mendengar alunan rendah itu membuat Ucup tak enak hati. Daripada betinanya semakin sakit, lebih baik Ucup bergegas keluar kan?

Lebih baik menahan sakit untuk diri sendiri, daripada harus berbagi sakit, iya gak?

Apalagi sakit yang di bagi kepada seekor yang sangat berarti bagi diri sendiri.

Lebih baik menahannya seorang diri, It's Simple.

Tapi tidak dengan hati, Strong heart, yes!

Ucup keluar dari ruangan itu, tanpa mau menoleh pada Umara, Rama dan Ucul. Biarkan saja, bila Ucul ingin Ucup menjauh, akan Ucup lakukan selama betinanya bahagia.

Betina mungilnya bahagia, Ucup pun bahagia.

Sakit hati memang, tapi hati tidak bisa dipaksakan bukan?

Setelah keluar dari pintu, Ucup langsung berlari. Tidak peduli bila nanti Rama akan mencarinya, biarkan saja. Siapa suruh berpaling dari sahabatnya?

Apa setiap orang akan berprilaku seperti ini? Sudah mendapatkan pasangan hidup, eh lupa sama sahabat yang menemaninya dari nol hingga mencapai angka 90.

Memang pada dasarnya manusia suka gitu, lupa diri pada seseorang yang menemani dan memotivasi untuk terus berjuang.

Gak ingat kebaikan orang lain untuknya, yang dipikirkan adalah kebaikan diri sendiri pada orang lain. Ini nih, ciri-ciri orang tidak ikhlas, kerjanya ngitung aja.

Sudahlah, pusing Ucup memikirkannya.

Belum lagi Rama tidak menyusulnya. Dasar sahabat tidak peka!

Ucul memandang tubuh kekar yang entah kenapa terasa lemah di pandangan Ucul. Ucup kenapa?

"Kamu nih ya Cul! Ucup tuh jatuh cinta sama kamu! Sok nolak, sok gak ingat, sok sedih, nanti Ucup milih betina lain, baru tau rasa kamu."

Ucul diam aja, biarkan Umara berkata sesukanya.

"Dengar ya Cul, yang menolong kamu tu Ucup! Bukan saya, bang Ammar, bang Babam, atau bang Rama, tapi Ucup! Ucup tuh sakit fisiknya, lemah, demam, eh kamu nambahin sakit di hati Ucup. Kamu teh tega Cul, aku yang gak!"

Ucul menatap Umara, dan Umara berkata jujur. Gak pernah Umara berkata panjang seperti ini tentang Ucup, Apakah Ucup memang jantan yang baik? Dan, Benarkah yang menolongnya tadi... itu Ucup?

Ucul and FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang