Aku membaca pesan yang baru saja bajingan itu kirimkan padaku. Sebuah pesan yang sangat ingin menunjukkan kekuasaannya dan mengajakku duel untuk kembali membuat hutangku semakin banyak. Aku tau tidak seharusnya aku menurutinya karena ia hanya akan menghancurkan hidupku yang sudah susah ini. Tapi bayaran yang ia tawarkan begitu menggiurkan bahkan hanya dalam sekali permainan semua hutangku lunas bahkan lebih. Aku tergiur karenanya.
"Sheryl! Sheryl!" Aku bangkit menarik jaketku dari sofa sembari menunggu adik tiriku agar muncul memperlihatkan dirinya. Dari arah dapur ia memunculkan wajahnya membuatku mendekat dengan cepat. "Aku akan pergi sebentar. Kunci pintu dan jendela, jangan buka pintu untuk siapapun. Okay?"
"Kau akan pergi kemana? Apa aku boleh ikut?" Gadis bodoh ini sudah berumur tujuh belas tahun tapi entah kenapa postur tubuh bahkan kelakuannya mendekati anak lima tahun. Ia terlalu di manja ayahnya sehingga tidak pernah bisa hidup mandiri.
"No! You stay home and lock the door." Aku mencomot satu dessert miliknya lalu pergi berlalu. Namun bukannya menuruti perintah, Sheryl malah berlari mengikutiku setelah mematikan kompor. Aku memutar tubuh menghentikan kakinya secara spontan.
"Aku ingin ikut. Aku tidak mau lagi di rumah sendirian." Ucapnya memelas.
"Tidakkah kau mengerti bahasa manusia, Sheryl? Aku hanya akan pergi sebentar dan kembali secepatnya. Tugasmu hanya duduk di rumah dan mengunci semua pintu! Apa susahnya?!" Bentakku. Aku memang tidak pernah akrab dengan adik tiri ku ini dari dulu. Ia terlalu ke kanak-kanakan dan terlalu serius menganggap ku sebagai kakaknya.
"Tapi waktu sebentar mu itu lima sampai enam jam! Bahkan kau sering tidak pulang ke rumah."
"Lalu?! Apa masalahnya ? Jika kau takut sendirian maka lebih baik kau pergi ke rumah paman John dan bermain dengan anak mereka!"
"Aku tidak mau ke rumah paman John! Aku hanya ingin ikut denganmu! Kau ingat apa yang ayahku katakan padamu sebelum ia meninggal?! Kau harus menjagaku!"
"I.DON'T.FUCKING.CARE." Dari pada aku terlambat karena meladeninya lebih baik aku berlalu meninggalkan dirinya sendirian. Persetan dengan ayahnya. Ayahnyalah yang membuat ibuku ikut mati karena kecelakaan mobil yang ia kendarai. Ayahnya memintaku untuk menjaganya dan selama dua tahun ini aku menjaganya dengan baik. Memang sikapku ternilai kasar namun semua yang aku lakukan hanya untuk mencukupi dirinya dan semua kebutuhan hidupnya. Bahkan akhir akhir ini aku terpaksa berhutang pada si keparat itu untuk membayar uang gedung sekolah Sheryl yang terhitung cukup besar.
Aku mencari uang disiang hari sebagai security sebuah club dan malam hari dengan sebuah balapan liar. Jika menang aku mendapatkan hadiah banyak tapi jika kalah, aku rugi segala galanya. Dan tempat laknat itulah dimana aku akan pergi untuk sekarang. Mempertaruhkan sisa keberuntunganku.
*
Sheryl POV
Aku harus mengikuti kemana dia pergi malam ini. Aku tidak ingin terus menerus penasaran dimana dia bisa membiayai ku sekolah sedangkan kerjaannya tidak pernah terlihat di mataku. Bukannya aku tidak beruntung memiliki kakak tiri sepertinya, tapi seluruh kehidupan misterius nya membuatku semakin penasaran dan semakin mencoba ingin masuk lebih jauh. Namun ia terlalu pandai menutup diri, dan kali ini aku tidak akan membiarkannya menutup diri lebih lama. Aku harus tau segalanya. Dari mana ia mendapatkan uang dan kenapa ia selalu pulang larut dengan sedikit alkohol merasuki otaknya.
Ku tatap kakak tiri ku yang sudah menunggangi motor kesayangannya dan jaket kulit hitam membalut tubuhnya. "Lock the fucking door!" Bentaknya sebelum menarik gas dan meninggalkan aku. Akan ku kunci pintu ini dari luar, jangan khawatir Zayn. Batinku.
Aku mencegat taxi setelah memastikan pintu rumahku terkunci. Zayn berada dua ratus meter di depanku dan setelah sedikit menjauh aku menyuruh supir taxi untuk mengikuti nya. Bahkan aku tidak tau kemana dia akan pergi dan aku hanya mengenakan jaket tipis dan celana pendek. Semoga Zayn tidak pergi ketempat yang aneh.