Hannah POV
Ini sudah seminggu sejak kejadian Harry memutuskan untuk pisah rumah denganku. Aku tidak tau apa yang merasuki otaknya itu hingga dia lebih memilih wanita lain dari pada aku istrinya sendiri. Padahal selama ini aku sudah mengorbankan banyak waktuku untuk mempercantik diri di hadapan Harry namun lagi lagi ia tidak menggubrisku. Ia malah semakin tidak memperdulikanku dan kerap mengabaikan panggilan ponselku.
Ingin sekali rasanya aku melabrak siapa wanita yang sudah merebut suamiku itu namun apalah dayaku yang tidak mengetahui apapun. Bahkan beberapa orang di kantor Harry pun tutup mulut tentang siapa yang sering Harry bawa ke sana. Aku kerap melihat Harry bersama wanita brunette di beberapa pusat perbelanjaan, beberapa kali aku ingin menghampirinya namun sialnya selalu saja ada masalah yang menimpaku. Entah itu menabrak seseorang maupun heelsku yang patah tiba tiba.
Kali ini aku benar benar berniat harus mencari tau siapa wanita jahat itu. Aku ingin meminta pengertiannya secara baik baik dan secara urusan wanita. Aku berharap ia mengerti dan mengembalikan Harry padaku.
Sudah 6 jam lamanya aku menunggu Harry keluar dari kantor. Mataku memberat namun aku harus tetap mengawasinya, karena aku melihatnya tadi datang dengan seorang wanita dengan pakaian seksinya. Ia bahkan terlihat lebih muda dariku. Apa mungkin Harry tertarik dengan anak sekolahan?
Setengah jam akhirnya penantianku tidak terbuang sia-sia. Harry keluar dari kantornya dengan wanita itu namun sial, jarak kami yang terlalu jauh membuatku sulit untuk mengenali siapa wanita itu. Dari mobilku terlihat Harry begitu memperlakukannya secara istimewa dan ia terlihat begitu menyayangi wanita itu. Hatiku terasa hancur karenanya.
Aku dirumah terus meratapi kepergiannya sedangkan ia bersenang-senang dengan wanita lain. Seperti inikah kisah pernikahanku yang tragis? Aku tidak ingin melepas Harry. Bagaimanapun juga dia adalah suamiku dan aku berjanji aku tidak akan menikah dua kali seumur hidupku.
Ku ikuti kemana mobil Harry pergi dengan jarak aman. Tidak peduli bagaimana rasa sakit di hati ini, yang jelas sekarang aku harus memperjuangkan kembali hak ku sebagai istri sah. Aku terus mengikuti Harry hingga berhenti di sebuah rumah mewah yang lebih kecil dari rumahku dan Harry. Jadi disini dia menyimpan selingkuhannya?
Harry keluar berikut dengan gadis itu. Ia bahkan menggoda bokong gadis itu hingga membuatnya sedikit menoleh kesal. Dapat! Aku harus mengingat wajahnya dari samping dan menemukannya hingga ke ujung lubang tikus. Aku sungguh benar benar muak dengannya. Aku ingin mendapatkan posisiku kembali!
*
Sheryl POV
"Berhenti mencubit bokongku!" Pekikku memukul tangan Harry yang sedari tadi mencoba untuk menggodaku. Aku masuk kedalam rumah lalu membanting diri di atas sofa, diikuti Harry yang terlalu menempel denganku.
Aku heran dengan pria tua ini. Apakah dia tidak bosan setiap detik bertemu denganku? Kerap kali ia menjemputku dari sekolah, menemaninya bekerja di kantor, di rumah, makan siang, makan malam bahkan hampir setiap jamnya selalu ada aku. Aku bosan melihatnya sedangkan ia tidak.
Berulang kali aku menyuruhnya untuk menjaga jarak denganku namun ia tidak menggubrisku, malah akhir akhir ini dia sering menciumku tanpa sebab, dan selalu berkelakuan mesum. Oh, itu sudah dari dulu. Maksudku akhir akhir ini ia bahkan lebih mesum. Selalu meraba intiku ketika kami di mobil dan menanyaiku apakah aku sudah selesai menstruasi atau belum.
Aku seribu persen tau apa yang ada di otak kotornya itu dan ia selalu memaksaku untuk membuktikannya jika aku memang belum selesai. Menyusahkan saja!
"Bagaimana dengan pendaftaranmu ke jenjang yang lebih tinggi?" Tanyanya menatapku dari bawah karena baru saja ia melempar kepalanya di atas pahaku.
"Aku belum mendaftar." Balasku singkat.
"Kenapa?"
"Aku masih harus menunggu Zayn menebusku dulu baru aku akan mendaftar kuliah."
"Jangan khawatirkan soal Zayn. Setiap hari dia menanyakan kabarmu padaku dan dia bahagia ketika melihatmu bahagia."
"Omong kosong macam apa itu?" Cibirku menyentil keningnya. "Kau dan Zayn tidak pernah akur, jadi mana mungkin Zayn menanyakan kabarku padamu."
"Hmmm. Benar juga. Tapi setidaknya Zayn sudah mulai membayar hutangnya walaupun hanya beberapa ratus dolar."
"Dan kau tidak akan mengatakan itu padaku?"
"Baru saja aku mengatakannya padamu, sugar. Sekarang cium aku."
"What?! No!" Aku bangkit membanting kepala Harry ke atas sofa dan berlari menuju kamar. Aku harus segera mandi dan menyiapkan makan malam, lalu tidur karena esok adalah hari Minggu. Ya. Aku tidur lebih cepat agar aku bisa jogging di pagi hari.
Aku membuka seluruh pakaianku di dalam kamar mandi lalu mengucurkan shower air hangat. Tubuhku seketika rileks dan menghiraukan eksistensi Harry yang ternyata sudah masuk kedalam kamar mandi sembari memelukku dari belakang.
Aku terkejut, memukulnya namun ia hanya terkekeh. "Keluar! Apa yang kau lakukan huh?! Mengintipku?"
"Mengintip? Apa wajahku ini mengatakan jika aku seorang yang cabul, sayang?"
"Ya!"
"Oh! Beraninya kau mengatakan seperti itu!" Harry menjalankan tangannya menggelitiki ku membuatku menggelinjang karena kegelian. Beberapa kali aku mendorong tubuh Harry menjauh namun seberapa jauh ia kudorong tetap saja tangannya yang panjang itu bisa meraihku dan malah memelukku di bawah guyuran shower. Aku menendang tulang keringnya seketika membuatnya mengaduh dan mundur beberapa langkah dengan sendirinya. "Akh!!"
"Haha! Makan itu!" Ucapku.
"Jangan menggodaku nona kecil!" Protesnya kesakitan. Aku menjulurkan lidahku dan mendorongnya keluar lalu membasuh diri dengan sabun secepat yang aku bisa. Mandi bersama dengan Harry bukanlah ide bagus, terlebih jika aku sudah licin seperti ini. Bisa bisa pertahananku nanti habis di babat olehnya.
"Tidakkah kau ingin bercinta denganku Sheryl?" Tanya Harry menempelkan dirinya di kaca shower.
"Tidak ada untungnya bercinta denganmu pak tua." Balasku sarkasme. Semakin lama aku bersama Harry semakin kasar pula ucapanku karenanya. Aku seperti sudah terbiasa membicarakan hal hal kotor dengannya, dan ia kerap kali menunjukkan kejantanannya ketika sedang dirumah. Seperti contohnya ketika ia melakukan olahraga, ia tidak akan pernah mengenakan celana dalam miliknya malah mengenakan celana kombor yang mencetak jelas bentuk miliknya.
Kedua, Harry tidak pernah memakai celana dalam ketika tidur membuat penisnya bisa saja membengkak dan menusuk bokongku kapan saja. Ketiga, ia selalu menelusup ketika aku sedang mandi, bahkan ketika aku sudah mengunci pintu kamar mandi ia selalu saja bisa menerobosnya dan menggesekkannya padaku.
Terlalu sering diperlakukan seperti kekasihnya aku lama lama muak namun tidak bisa melakukan apapun kecuali berharap agar Zayn segera menebusku. Harry semakin hari semakin tidak terkontrol. Pria tua ini bahkan tidak memikirkan istrinya barang satu detik pun, ketika aku menyinggungnya ia hanya akan berpura-pura tuli atau tidur. Aku berharap ia mati sekalian saja.
"Sheryl..." Panggilnya menempelkan wajahnya ke kaca shower. Aku tergelak kecil membelakanginya, ia tidak boleh melihatku telanjang untuk kesekian kalinya.
"Ayolah, sugar... Celanaku menyempit. Berhenti menunjukkan bokongmu padaku."
|•|•|•|•|