Harry benar-benar merealisasikan ucapannya. Tadi malam adalah pertempuran hebat kami hingga pagi menjelang. Tubuhku rasanya hancur karena Harry terus menggoyangku, bahkan rasanya aku hampir pingsan jika ia tidak berhenti dan memberiku segelas air. Pagi ini seharusnya kami menjemput Ethan namun tubuhku masih tidak berdaya.
Aku hanya tidur dua jam lalu terbangun karena alarm ku sendiri. Sekarang aku tidak bisa tidur lagi dan hanya menunggu Harry kembali dari rumah Anne. Aku mencuci wajahku dengan susah payah lalu mengenakan bathrobe dan duduk di sudut kesukaanku.
Suara tangis bayi mulai terdengar mendekat, aku memutar diri sedikit mengintip Harry yang datang dengan Ethan. "Ethan terus menangis sedari tadi." Ungkapnya memberikan Ethan padaku.
"Apa yang terjadi?" Tanyaku menenangkannya.
"Kurasa dia hanya merindukanmu." Harry membuka kupluk yang Ethan kenakan sembari menatap kami berbagi makanan. "Alright jagoan, kau sudah kembali kepangkuan mommy sekarang. Maafkan daddy karena menyita mommy semalaman okay?"
Ethan hanya diam tidak merespon. Ia enggan di sentuh tangan Harry, malah tangan kecilnya menyentuh rahangku dan menatapku tanpa berkedip. Aku tersenyum melihat pipinya yang kemerahan dan rambutnya yang pirang.
Tentu awalnya aku terkejut karena tidak ada dari aku dan Harry yang berambut pirang, namun Anne menenangkanku. Dia bilang dulu Harry juga berambut pirang namun lama-kelamaan rambutnya berubah menjadi coklat seiring dengan umurnya yang bertambah banyak. Jadi aku tenang sekarang.
"Yeah, dia benar-benar merindukanmu." Kekeh Harry mengecupi pipinya. "Kita berbagi payudara, Ethan.. yeay!"
"Shut up." Ucapku meliriknya sinis. Ethan kemudian melepaskan putingku lalu menangis memukul Harry beberapa kali. Alih-alih tersinggung ia malah terkekeh dan membawa Ethan bangkit untuk di timang.
"Kenapa kau marah, huh? Tidak terima kita berbagi mommy?"
"Harry kembalikan anakku. Ethan belum selesai menyusu!"
"Catch us mommy!" Harry lantas berlari meninggalkan aku sendirian di kamar. Pria sialan! Dia tau aku tidak bisa berjalan dan malah menyuruhku untuk mengejar mereka.
*
"Aku tidak bisa berlama-lama lagi. Mereka bahkan sudah memiliki satu orang anak!"
"Just calm down! Semuanya membutuhkan proses!"
"Tidak! Aku sudah muak melihat mereka bermesraan! Sekarang, mereka sedang ada di pusat perbelanjaan. Aku akan membunuh mereka! With the fucking baby!"
"Anna!"
*
Anna POV
Mereka pikir mereka siapa bisa tertawa lepas setelah semuanya? Kami disini menderita sedangkan mereka asik bersenda gurau. Aku tidak akan tinggal diam, jika mereka sudah merusak hidupku maka aku juga akan merusak hidup mereka.
Hand gun sudah ku siapkan, peluru sudah terisi penuh hanya tinggal target yang belum ku temukan. Aku berjalan mengelilingi pusat perbelanjaan, cukup sulit menemukan mereka hingga akhirnya dua orang itu terlihat dengan mataku. Masker yang sedari awal sudah ku kenakan sedikit membantuku untuk menyamarkan diri.
Aku sudah bermain pintar sejak lama, jikalaupun ini meleset aku sudah mempersiapkan segalanya. Ku arahkan hand gun ku ke wanita jalan itu, pelatuk ku tarik namun tepat bersamaan dengan seseorang yang mendorong tubuhku.
Dor
"Akh!"
"What the fuck!" Pekikku menatap Juls yang ternyata adalah tersangka utama mendorongku.