Ini adalah hari Minggu, hari dimana Harry akan menguntitku satu hari penuh dan mengambil alih Ethan. Ia selalu seperti itu, hari Minggu adalah hari kebanggaannya dan hari merdekanya anakku bisa bermain dengan puas bersama ayahnya. Aku merasa sangat terbantu dengan adanya Harry namun juga sangat risih ketika ia mengekori ku kemanapun aku pergi.
Seperti biasa jika aku merasa bosan melihat wajahnya aku akan memintanya untuk menemaniku pergi ke taman. Ini kali pertama aku pergi dari rumah tanpa berdebat dengan Harry. Ia membawa tas kecil berisi perlengkapan Ethan sedangkan aku menggendongnya di depan.
Anakku sudah mulai besar, ia pandai mengenali tubuh ayah dan ibunya ketika merengek menginginkan sesuatu. Ethan cenderung mencariku hanya dalam keadaan tertentu, the rest of the day dia akan bersama dengan Harry.
"Kau yakin tidak lelah menggendongnya? Aku bisa menggantikanmu jika kau mau." Ujar Harry menatapku sembari menggenggam tangan Ethan.
"Diamlah Harry! Biarkan aku bersama putraku saat ini!" Gemasku. Harry selalu ingin mencuri Ethan dariku mentang-mentang wajah keduanya begitu mirip. Ia tidak membiarkan aku menggendong Ethan kecuali tengah menyusuinya.
"Baiklah baiklah." Kekehnya lalu mengecup pelipisku dengan hangat.
Aku berbicara sendiri dengan Ethan beberapa kali sembari membiarkan jemariku di genggamannya. Ia terlihat senang menerima udara baru, tidak lupa semua orang menatap kami dengan tatapan yang tentu berbeda. Ethan selalu menendang udara ketika ia melihat kucing atau anjing yang sedang berkeliaran. Ekspresinya memancarkan kebahagiaan terlebih Harry tidak pernah absen menghadiahi dirinya dengan ribuan kecupan.
Kami memutari taman satu kali dengan perlahan, seperti keluarga bahagia lainnya kami juga terlihat sangat serasi. Harry mengajakku untuk duduk di bangku taman sedangkan ia pergi sebentar untuk membeli ice cream. "Kau senang?" Tanyaku pada Ethan.
Pria manis itu kemudian tersenyum lebar menatapku. Ku lepas gendongan Ethan lalu aku memangkunya dan menciumi dada serta perutnya yang gemuk. "Hm? Kau senang sayang? Katakan pada mommy, kau senang?" Kekehku menggodanya.
"Mommy? Pria ini anakmu?" Seseorang menyahutiku lalu tiba-tiba duduk di sisiku. Ia sedikit berumur dengan rambut yang hampir memutih. Wanita itu kemudian menatap Ethan dan aku secara bergantian.
"Yea?" Balasku ragu. Aku bahkan tidak mengenalnya sama sekali kenapa ia duduk di sisiku dan mencoba mengajak berbicara padaku?
"Oh, sweetie kau terlihat sangat muda untuk memiliki seorang anak. Berapa umurmu?"
"Apa itu penting?" Umurku privacyku. Tidak semua orang berhak mengetahui apa yang menjadi milikku, aku sangat tidak senang ketika orang-orang seolah menghakimiku karena umurku.
"Tentu itu penting! Gadis muda sepertimu seharusnya masih berkuliah, bermain dengan teman-temanmu, mencoba hal-hal baru di dunia ini, bukan malah menggendong anak seperti itu?"
Kurasa wanita tua ini adalah hater ku.
"Masa depanku adalah keputusanku nyonya, maaf tapi kau tidak berhak menentukan. Kau bukan Tuhan." Aku mencoba untuk tenang dan tidak menanggapinya dengan emosi. Sial saja jika wanita ini menyulut emosiku di tempat yang ramai ini. Aku bisa mempermalukan Harry nantinya dan aku tidak mau itu terjadi.
"Kau benar. Aku tidak berhak mencampuri urusanmu tapi sungguh, apa kau diperkosa lalu hamil dan membesarkan anakmu sendirian? Gila! Tega sekali ya pria itu menghamili gadis remaja sepertimu!? Dia benar-benar tidak memikirkan masa depanmu yang cerah!" Dia sangat cerewet. Dimana Harry? Aku ingin ia mengusir wanita tua ini.
"Aku menikah dengan sah dan suamiku sedang berada disekitar sini untuk menjaga kami dari mulut wanita sialan sepertimu! Sekarang pergilah!" Aku sudah muak bersabar dengan nya.