Zayn POV
Selesai melihat keadaan adikku yang terluka parah dan belum keluar dari ruang operasi aku lantas pergi melihat keadaan mobil yang mereka kendarai tadi di jalan yang masih sama. Bahkan beberapa orang nekad menabur bunga di jok pengemudi alias tempat supir Harry meninggal hari ini. Mobil itu hancur parah di bagian kanan, bercak darah mewarnai jok belakang tempat dimana Harry dan Sheryl duduk. Aku melihat wajah penabrak adikku yang sudah tiada karena bunuh diri. Ia menembak kepalanya sendiri dengan pistol selesai menabrak adikku.
Siapapun orang yang sudah menyuruhnya pasti memiliki otak yang begitu licik. Aku tidak terima jika adikku harus mengalami hal sialan seperti ini. Ia baru saja menikah, baru saja ingin memulai hidup baru dengan suami pilihannya namun ternyata ada manusia jahat yang sedang mencoba menghancurkan pernikahan mereka.
Aku melihat isi dalam mobil si penabrak yang tentunya juga tidak ada barang bukti sama sekali. Hanya saja aku sudah hafal plat nomor ini dan berencana untuk mencarinya hingga ke ujung dunia. Aku akan membalas apa yang sudah ia perbuat, baik itu lewat keluarganya yang mungkin tidak bersalah atau orang yang menyuruhnya melakukan ini.
"Kau ingin bekerja sama dengan kami?" Seorang kepolisian datang menghampiriku dengan data di tangannya. Aku meliriknya sekilas lalu bersidekap dada menantangnya.
"Kalian hanya akan membuang waktuku." Balasku acuh.
"Ini sudah menyeret adik tiri mu. Setidaknya lakukan sesuatu."
"Aku akan melakukan sesuatu yang ku mau. Tidak dibawah kungkungan kalian."
"Kau berhak melakukan apapun, kami disini yang akan membantumu."
Penawaran yang menarik. Aku meraih berkas data yang ia sodorkan padaku lalu membacanya secara cepat. Menurut informasi, ini adalah kecelakaan yang disengaja. Tentu saja. Aku bisa melihat dari decitan ban dengan aspal jalanan yang hitam dan terkesan sangat dibuat-buat.
Pelaku yang sekarang tiada bernama David Jonathan. Ia meninggalkan seorang istri dan dua anak di California. Hanya ini saja informasi yang mereka miliki? "Apalagi yang kau punya?"
"Sementara hanya itu yang kami miliki,"
Aku mengangguk mengembalikan semua berkas data padanya. Ia menyimpannya kembali lalu menatapku dengan hening. "Apa?" Tanyaku.
"Sekarang apa?"
Bodoh.
"Aku ingin akses ke gedung CCTV yang ada di kota ini, alamat lengkap pria bajingan itu dan ponselnya. Kalian harus tetap mengawasiku ketika aku melakukan semuanya. Aku membutuhkan perlindungan."
Harry POV
"Mom, dimana Sheryl?" Aku terbangun dari operasi panjang ku ketika pagi sudah menjelang. Ibuku menemaniku sendirian dengan Isak tangis yang tidak kunjung berhenti, malah semakin deras ketika aku menanyakan dimana istriku. "Mom jawab aku, dimana Sheryl?"
"Harry... Sheryl tengah berada di ruang ICU, dokter tidak membiarkan kami untuk menjenguknya."
"Bagaimana keadaannya?" Tanyaku cepat.
"Dia... Tidak baik-baik saja."
Hatiku berdebar kencang ketika ibuku mengatakan demikian. Aku ingin bangkit dan melihat kondisi istriku namun tubuhku rasanya seperti sudah di mutilasi. Tanganku di perban, keningku dibalut dengan kain kasa dan beberapa luka ringan ada di sekujur tubuhku. Aku tidak tau bagaimana kondisi Sheryl sekarang jika aku saja separah ini. Aku hanya bisa berharap ia baik-baik.
"Aku ingin melihatnya-- AKH!" Aku memekik ketika rasa sakit memburu punggungku dengan buru-buru. Aku tidak tau jika punggungku juga cidera namun semuanya aku paksakan, bahkan aku membantah perintah ibuku untuk tetap diam dan beristirahat.