chapter 4

30 6 0
                                    

***

Sesampainya di koridor sekolah,  koridor nampak sepi karena kegiatan belajar mengajar tengah di laksanakan saat ini.

Tap tap tap

Suara langkah kaki menggema di koridor.

" pelan pelan ken, ntar ketauan kalok kita terlambat" bisik dinza di telinga kenisa

" iya, iya maaf" jawab kenisa

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju kelas mereka yang sempat tertunda.
Saat di pertengahan jalan, tak sengaja dinza menabrak tubuh seseorang sehingga terjatuh kelantai.

Brukkk

"aduh " rintih dinza sambil mengelus lutut nya yang terlihat memar.

"eh maaf, lo ga papa? " tanya laki laki itu.

Deg!!!

Suara itu?  Batin dinza
Ia pun mendongak melihat sang pelaku yang menabraknya.

" alan" lirih dinza

" dinza"

Tatapan mereka saling bertemu, mengisyaratkan akan rasa rindu yang tak kunjung terlaksana. Tatapan yang memiliki arti terikat antar kedua insan tersebut.

Buru buru alan mengalihkan pandangannya dari mata dinza.

" kamu berubah lan" batin dinza dengan senyum yang miris 

Dinza pun segera bangkit.
" maaf ya, gara gara gue lo jadi jatuh dan terluka" ucap alan dengan nada bersalah nya.

" iya ga papa kok, gue kekelas duluan" ucap dinza. Lalu melangakah pergi dengan kaki yang pincang.

" sekali lagi maaf za, gue udah buat lo terluka" batin alan

***

Sesampainya di kelas, kelas nampak ribut dengan suara riuh piuh murid yang sedang asik dengan kegiatan nya. Saat ini class sedang free.  Guru yang membimbing tengah izin.

" lutut lo kenapa, kok biru?" tanya kenisa ketika melihat lutut dinza.

" tadi jatuh" jawab dinza sembari melihat memar di lutut nya.

" kok bisa?" tanya kenisa

" ga sengaja nabrak alan tadi waktu di koridor, lo juga si ninggalin gue segala " omel dinza

" iya iya maaf, yaudh yuk ke uks di obatin. " tawar kenisa sambil tersenyum kearah dinza

" gausah, gue gapapa kok" jawab dinza sambil tersenyum.

"yaudh deh"

"lutut gue emng sakit tapi lebih sakit hati gue. " batin dinza

***

adinzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang