chapter 15

9 3 0
                                    

Dinza pun pergi meninggalkan uks. Mata yang berkaca kaca dan sembab itu bukti bahwa ia sedang menangis.

Ketika mendorong pintu

" Astaghfirullah, kalian berdua kenapa si!"
Keget dinza ketika melihat denish dan lefon terjatuh di lantai tepat di depan kakinya.

" heheehee" dua si curut itu hanya cengingisan tak jelas. Bukannya berdiri malah cengingisan dengan badan tengkurap mencium lantai itu.

" KENAPA MALAH CENGENGESAN SI!  Bukannya bangun juga! "

" Bangun! " teriak dinza.

Lefon dan denish pun langsung berdiri.
Alan yang mendengar dinza teriak pun berusaha berdiri dan berjalan menyusul mereka bertiga.

" eh dinza, kok matanya merah senbab si?  Abis nangis ya? " tanya denish

" emmm ngga kok, yaudh gue pergi. Bay" ujar dinza kemudian pergi meninggalkan alan, lefon, dan denish.

Setelah dinza pergi, lefon berbicara

" lo apain si dinza lan?  Sampek nangis begitu. " ujar lefon sambil menunjuk punggung dinza yang telah menghilang.

" gue cuman bilang ngga usah cari tau alasan kenapa gue mutusin dia" ujar alan tenang sambil meletakkan kedua tangannya di saku hodie hitamnya

" ya lo tau sendiri lan, cewek kayak gimana. Kalok diputusin tanpa sebab, pasti bakal cari tau. Dengan sikap lo kayak barusan itu, kenapa lo sampek kayak gitu?  Apa lo ga takut dinza malah benci sama lo bro? " tanya denish

Alan menatap denish dan membuang muka

" sebenernya gue ngga mau bilang sama dia barusan. Tapi gue ngga mau kalok dia udah tau sebelum waktunya.  Gue pingin nya biar waktu yang kasih tau" ujar alan kemudian pergi begitu saja meninggalkan lefon dan denish yang sedang mencerna yang dikatakan alan barusan.

" eh lo maksut ga si ,apa yang di bilang alan? " tanya denish sambil garuk garuk kepala

" ga maksut gue, aneh emang tu anak. Ga bisa di tebak mikirnya kayak gimana"

" udahlah skuy kita jemput dia"

***

Bruuakkk

Bunyi pintu kelas dibuka dengan keras menimbulkan suara yang nyaring.
Berdirilah cewek cantik itu dengan penampilan acak acakan dan mata yang sembab itu.

Dia dinza

Setelah membuka pintu, ia pun menutup lagi pintu kelas dan berjongkok menelungkupkan kepala nya di bagian tangan yang ia lipat.

Ia menangis dengan tersedu sedu, pintu kelas yang ditutup menimbulkan cahaya matahari yang tampak sedikit masuk.

" gue harus kuat, lupain alan!!! "

" gue harus ikhlas, tunggu waktu dinza. Ngga usah cari tau sendiri. Buang buang tenaga tau ngga? "

" oke alan, sesuai ucapan lo tadi. Gue bakalan tunggu waktu,apa alasan lo mutusin gue"

Tersenyum miris

"hahaahahahahaha, dasar bodoh kau dinza" tawa miris itu menggema di ruangan kelas. Tak ada orang pun yang ada di dalam kecuali dinza.

Hingga tak terasa ia pingsan merasakan pusing yang sangat sangat menyerang nya.

***

adinzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang