chapter 6

28 7 0
                                    

Pintu toilet ia tutup dengan kuat dan ia kunci. Dinza pun duduk memeluk lututnya. Dan menenggelamkan kepalanya.

Tess

Satu bulir air matanya menetes dengan sempurna.

" aghhhhhhhhh" jeritnya sambil menjambak rambutnya frustasi.

Ia bingung dengan keadaanya saat ini.
Sebegitu cepatkah alan berpaling hati darinya?
Pikiran itu ia tepis.

"Ga ga mungkin alan kayak gitu. " ucapnya dengan menggelengkan kepalanya.

" gue bakalan cari tau lan, tunggu gue. " ucapnya kemudian menyeka air matanya dengan punggung tangannya dan mencuci mukanya.

Dorr dorrr dorr

Gedoran pintu terdengar sangat kuat mengagetkan dinza yang tengah mencuci mukanya.

" dinza, lo ga papa kan za? Buka pintunya " teriak kenisa dengan khawatir sambil menggedor pintu kamar mandi dengan kuat.

" iya, sebentar"

Ceklek

Pintu di buka menampilkan dinza yang terlihat matanya sembab sehabis menangis.

Kenisa yang melihat nya langsung saja memeluk dinza.

" dinza maafin gue ya" ucap kenisa sambil memeluk erat dinza

"gara gara gue, lo jadi liat yang bikin lo sedih" lanjutnya

" iya gapapa kok. " jawab dinza menenangkan.
Mereka pun melepaskan pelukannya.

"kok lo mewek si, kenapa hem? " tanya dinza yang melihat kenisa meneteskan air matanya

" maafin gue,huaaa"

" iya kenisa, udah ah ga usah nangis kayak bocah aja haha"

" hahaha ga lah, gue dah gede kali. " ucap kenisa sambil mengusap air matanya.

"Langsung kekelas aja yuk, makanannya ntar gue aja yang bayar. " ucap dinza. Sambil merangkul kenisa berjalan menuju kelasnya

" udah gue bayar kok, makanannya tadi udah gue kasih ke bento" ujar kenisa

Bento itu teman sekelas dinza dan kenisa.

" okee deh. "

Mereka berdua pun berjalan ke kelasnya dengan perasaan yang sudah membaik. Senyuman bahagia tak pernah luntur. Tawa mereka mengundang perhatian orang yang berlalu lalang di dekatnya.

" gue ga suka lo sedih "

***




adinzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang