Laki-laki dengan tubuh atletis ini sedang berjalan dengan raut wajah yang agak serius. Ia bahkan melipat blazer merah marunnya hingga ke siku. Terlihat seperti akan menyelesaikan sesuatu.
Begitu sampai di depan kelas XI Bahasa 1, ia berhenti sejenak. Memastikan langkah yang ia ambil sudah benar. Dan meyakinkan resiko apapun yang akan ia hadapi nantinya. Ia menghela napas lantas masuk. Sorot matanya menelisik satu persatu murid dan berusaha menemukan seseorang yang ia cari.
Namun ia tidak pernah bertemu dengannya. Bagaimana Edgar bisa tahu rupa dari cewek yang bernama Selena?
Salah satu murid cewek yang sedang duduk di meja dan membelakangi pintu menatap kearahnya. "Ada yang bisa dibantu? Lo cari siapa?" tanyanya dengan sedikit tersenyum.
"Gue cari ...." ia menggantung kalimatnya sebentar. "Apa di sini ada yang namanya Selena?" lanjutnya.
Cewek itu terkekeh sebentar. "Oy, Len! Fans lo udah dateng nih, nyariin."
Alis Edgar sedikit terangkat tidak mengerti dengan kalimat cewek itu. Namun ia berusaha tidak terganggu.
"Nih, ada depan gue!" balas cewek itu.
Selena, cewek yang sedang tertawa lepas dengan rambut berantakan dan pakaian super ketat itu turun dari meja dengan permen karet yang ia kunyah.
"Makin cakep aja fans lo, Len," canda Mona-- teman sebangkunya.
Selena menatapnya dan memukulnya pelan dengan buku. "Emangnya kapan, sih fans gue ada yang jelek."
Mereka berempat kembali tertawa. Tapi Selena tetap melanjutkan langkahnya menemui sosok lelaki yang tengah membelakanginya. Diam-diam Selena memperhatikan lelaki itu dari atas sampai bawah.
"Lumayan untuk standar fans," puji Selena yang masih terkekeh melihat cowok itu.
Perlahan Edgar berbalik lantas menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Selena pura-pura terkejut. "Wow! Dan gue rasa standar lo juga udah cukup buat suka sama gue. Jadi-- lo bawa bunga? Cokelat-- atau--"
"Bukan dua-duanya," jawab Edgar singkat.
"Oh, gue tau. Lo pasti bawa surat cinta. Sini mana? Kalau dari lo, gue pasti baca bahkan sekarang juga gue kasih balasannya."
Edgar melipat kedua tangan di dada. "Enggak juga."
"Terus lo bawa apa? Tiket nonton? Voucher makan? Atau lo mau ngajak gue kencan?"
Cowok itu melangkah mendekati Selena. "Gue ke sini bukan sebagai fans lo. Tapi sebagai orang yang akan mengingatkan lo untuk gak bersikap seenaknya lagi."
Selena masih belum mengerti dengan perkataan cowok di hadapannya. Ia tertawa singkat. "Maksud lo itu apa, sih? Iya gue pinter. Tapi otak gue yang cantik ini gak bisa mencerna omongan lo yang berbelit itu. Ada apa, sih?"
"Jangan ganggu Maureen lagi."
"Maureen siapa? Gue gak kenal tuh."
"Cewek yang kemarin lo tantang dance. Dia cedera."
Lagi-lagi Selena tertawa. "Menarik. Modus lo buat dapat perhatian dari gue pantas diacungi jempol. Tapi soal cewek yang lo bilang itu, dia sendiri yang nerima tantangan gue. Gue kan cuma nantangin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect [SELESAI]
Подростковая литератураCERITA MASIH LENGKAP SAMPAI ENDING Dia Edgar. Ketua ekskul PMR yang nolak jadi most wanted. Gak banyak orang yang kenal sama dia. Bahkan kalau dia gak dateng dan ngancem-ngancem, gue gak mungkin kenal sama dia. Dia Leo. Kakak kelas sekaligus kapten...