Perfect- 47

640 48 13
                                    

Puluhan menit sudah berlalu tapi Edgar belum juga keluar dari ruang tempat pengambilan darah. Tapi yang membuat Selena tidak habis pikir, kenapa justru Maureen dan Sean yang terlihat cemas dibanding dirinya?

Padahal yang saat ini terbaring di ranjang adalah pacarnya. Dan yang satunya lagi kemungkinan besar akan menjadi ayah barunya.

Lalu apa hubungannya dengan dua orang itu?

Selena tidak mau memusingkan hal itu dan memilih duduk saja di kursi tunggu. Sejauh ini, ia sama sekali tidak menemukan hal aneh yang patut dicemaskan.

Beberapa saat kemudian, Edgar keluar dari ruangan dengan sebelah lengan yang memakai perban. Selena segera menghampirinya. "Udah?"

Namun Edgar hanya mengangguk saja sebagai jawaban. Ternyata diambil darah cukup berpengaruh untuk kekuatan tubuhnya. Buktinya, saat ini ia merasa kalau tubuhnya kehilangan banyak tenaga.

Lydia sudah kembali ke dalam menemani Ivan. Sedangkan keempat remaja itu masih berada diluar. Edgar bersama Selena yang berada di sebelah kanan pintu. Dan dua lainnya berada di sisi kiri pintu.

Entahlah sampai kapan mereka akan bersikap kekanakan seperti ini.

Lalu tiba-tiba saja dari arah berlawanan, seseorang dengan celana jeans overall datang dengan berlarian menuju Selena.

Ia tidak mempedulikan napasnya yang terasa terengah-engah. "Sel!"

Selena menoleh melihat ke arah Mona yang saat ini sedang berlari ke arahnya. Ia mengerutkan dahinya heran namun tak urung berdiri juga.

"Mona? Kenapa lo bisa ke sini?"

Namun cewek itu malah sibuk mengendalikan napasnya sendiri. "Sel, gue mau nunjukkin sesuatu sana lo."

"Nunjukkin apa? Gue nggak ada waktu, Om Ivan lagi sakit."

"Justru ini soal Om Ivan," balas Mona cepat.

Membuat Selena sedikit terkejut, darimana ia tahu soal Ivan? Tapi ia berusaha menyembunyikan keterkejutannya dengan berusaha bersikap normal. "Om Ivan kenapa? Ada apa sama dia?"

Bukannya menjawab, Mona malah tampak mencari-cari sesuatu dalam tasnya. Ia lalu mengambil ponsel, dan memberikannya pada Selena setelah menekan-nekan sesuatu.

"Lo harus liat ini. Lo harus tahu kalau Edgar sebenarnya adalah anaknya Om Ivan," ujar Mona dengan panik.

Selena kaget dengan main mendengarnya. Ia mendongak menatap Mona perlahan dengan tatapan tajam. Begitupun Edgar yang ikut-ikutan memelototkan kedua bola matanya.

"Maksud lo apa?" tanya Edgar tertahan.

"Kalau kalian nggak percaya sama gue, kalian bisa liat video ini."

Selena menatap Mona dengan ragu. Pasalnya ia kan sedang bermusuhan dengan ketiga sahabatnya. Tapi ia juga tidak bisa mengabaikan perkataan Mona begitu saja.

Bagaimana kalau semua yang dia katakan adalah benar?

Edgar yang sejak tadi menatap Mona dengan perasaan campur aduk kemudian merebut ponsel dari Selena dan melihatnya sendiri.

Dalam video itu, terlihat dua orang yang sangat dia benci. Tora dan Leo. Rahang Edgar sudah mengeras namun ia harus mengetahuu semua kebenarannya hari ini juga.

Maureen yang melihat itupun langsung panik. Harusnya dia yang mengatakan semua kebenarannya bukan malah orang lain.

"Kenapa Papa sangat berambisi untuk mencelakai Edgar?" tanya Leo di video itu.

Kelihatannya mereka sedang berada di rumah mereka. Terlihat dari dapur yang pernah dikunjungi Selena beberapa waktu lalu.

Tora, pria berjas abu-abu itu kemudian menuangkan alkohol ke dalam gelasnya. "Dia adalah orang yang sangat Papa benci."

Perfect [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang