Perfect- 02

1.3K 87 4
                                    

"Dua kali, Len. Dua kali lo ditolak dia. Masih mau usaha?" tanya Bianca saat mereka ada di kantin.

"Udah sikat aja. Jangan kasih kendor. Cowok kayak Edgar itu kali-kali harus dikasih pelajaran biar mampus," tambah Mona.

Sebuah kulit kacang yang berasal dari Bianca tiba-tiba mengarah pada Mona. "Ye sembarangan pake disikat segala. Gue ingetin, ya. Edgar meskipun pendiem bukan berarti dia gak punya kekuasaan."

Mona buru-buru mengusap sebelah pipinya yang baru saja dilempar kulit kacang. "Eh, lo tuh jorok banget, sih. Pake buang kulit kacang ke gue segala. Ini, nih. Orang-orang kayak lo gini yang bikin Indonesia itu jadi negara yang banyak sampahnya. Udah disediain tempatnya juga."

"Seperti peribahasa. Buanglah sampah pada temannya," Bianca cekikikan sendiri dengan kalimatnya.

"Tapi bener, sih, Len. Setelah gue cari tau, Edgar itu adalah ketua ekskul PMR di sekolah kita. Dan meskipun gak se-famous Kak Leo, jabatan itu cukup bagus, loh," lanjut Mona lagi.

Sementara teman-temannya sibuk berdebat, Selena masih sibuk dengan pemikirannya sendiri. "Gimanapun juga gue bakal bikin dia terpesona sama gue."

"Coba aja terus sampai mampus. Udahlah, Len. Lo cantik, lo juga perfect. Lo gak perlu buang waktu buat cowok kayak Edgar. Masih banyak kok yang lebih ganteng dari dia," tambah Kimberly.

"Gak bisa! Pokoknya gue mau Edgar. Gue harus dapetin dia."

Ketiganya hanya mendengus.

"Ya terserah lo aja, deh."

"Da orang cantik mah bebas."

Hening sejenak sampai orang yang mereka bicarakan baru saja sampai dan masuk ke area kantin ini. Selena melihatnya, dan tiba-tiba saja sebuah bola lampu muncul dari puncak kepalanya. Ia tersenyum setelah mendapatkan ide yang baginya cukup brilian.

Tanpa mengatakan apapun, Selena berdiri. "Guys! Minta waktunya sebentar!"

Seketika, seluruh penghuni kantin langsung memusatkan perhatiannya pada Selena. Penasaran dengan tingkahnya kali ini.

Tatapannya beralih pada Edgar dan teman-temannya yang juga sedang menatapnya. Ia tersenyum penuh kemenangan. "Mulai sekarang, gak usah ada cowok yang ngantri jadi pacar gue atau deketin gue lagi. Karena apa?" ia menjeda dan melihat sebentar pada Edgar. "Karena gue, cuma akan mau dijadiin pacar sama seseorang yang bernama Edgar. Cowok yang duduk di pojokan kantin."

Tidak memerlukan waktu lama untuk mereka bereaksi. Banyak di antara mereka yang mengeluh karena patah hati. Banyak juga yang nyinyir karena Selena cari perhatian.

Edgar? Dia menutup wajahnya sendiri dengan kedua tangannya. Sebab dari tadi, banyak pasang mata yang menatap padanya. Ada yang menatap kagum, ada juga yang menatap iri.

"Okay. Thank you," setelah kalimat itu Selena kembali terduduk dengan senyum kemenangan di wajahnya.

Tentu saja ia merasa bangga karena telah berhasil mempermalukan Edgar hari ini. Ia menatap dengan melambaikan tangan ke arah cowok itu yang dibalas tatapan tajam. Tapi Selena hanya mengedikan bahu dan meminum es jeruknya.

"Gila, Len. Apaan coba tadi maksudnya?" tanya Mona yang masih shock dengan kejadian barusan.

"Apalagi emangnya? Gue mau dia jadi cowok gue."

Singkat dan tanpa beban. Selena hanya memikirkan apa yang membuatnya bahagia saja. Tidak lebih.

"Parah, sih, parah emang. Baru kali ini loh, Len. Lo bersikeras ngejar-ngejar satu cowok," tambah Bianca yang sama herannya.

Perfect [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang