Benar saja. Ketika Selena dibawa Maureen pada lorong dekat kelasnya, ia melihat di sana sudah ramai orang-orang yang bergerombol.
Perlahan Selena menerobos masuk dalam kerumunan itu. Dan tanpa diminta, mereka memberikan jalan untuk Selena lewat.
Tapi yang Selena lihat, Edgar sama sekali tidak sedang adu jotos dengan teman lelakinya. Cowok itu justru terlihat sedang memarahi seorang siswi.
"Sekali lagi gue liat lo gangguin Reina, gue gak akan segan-segan buat bunuh lo!" ucap Edgar sengak.
Selena di tempatnya hanya bergeming. Ia sungguh tidak menyangka kalau Edgar bisa berkata seperti itu. Edgar si pendiam bisa berbuat demikian hanya demi-- Reina?
Tidak jauh dari sana ia melihat Reina yang sedang menangis dengan memeluk tubuhnya sendiri.
"Gue-- gue ngelakuin itu karena disuruh," ucap cewek yang sedang dibentak Edgar dengan terbata-bata.
"Disuruh? Lo kira gue percaya?"
"Gue beneran disuruh buat bikin Reina jauhin lo."
Perdebatan itu membuat banyak murid berdesas-desus menanggapi ucapan si cewek.
Salah satu alis Edgar terangkat naik. "Siapa yang nyuruh lo?"
Perempuan itu tampak ketakutan untuk bicara. "Gue gak berani bilang. Gue takut."
Edgar memukul tembok di belakang cewek itu dengan emosi membuatnya terhenyak. "Kalau lo gak bilang ke gue, justru gue yang bakal bikin lo ketakutan seumur hidup lo."
"Gu-- gue-- gue disuruh Selena."
WHATT?!
Kini desas-desus para siswa itu berganti menjadi kebisuan. Mereka saling menatap dalam hening karena tahu objek yang mereka bicarakan ada di sini.
Sedangkan Selena hanya bisa membulatkan mata mendengarnya. Sandiwara apa ini? Sejak kapan dia menyuruh orang untuk meneror Reina?
"Lo bohong!" ucap Edgar.
"Gue gak bohong. Selena cemburu karena lo deket sama Reina akhir-akhir ini jadi dia nyuruh gue buat bikin kalian ngejauh."
Masuk akal. Edgar menyakiti hati Selena dan itu pasti membuatnya ingin balas dendam. Dengan mata yang menggelap, cowok itu melepaskan cewek itu dari kungkungannya.
"Itu bohong! Gue gak mungkin ngelakuin itu." Selena tiba-tiba bersuara membuat semua mata langsung menatap padanya.
Ya Tuhan, apalagi ini? Bagaimana dia bisa mendapatkan masalah seperti ini?
Perlahan Egar menoleh. Ia mendapatkan Selena sedang berdiri di barisan paling depan kerumunan. Kemudian langkahnya bergerak menghampiri Selena. "Jadi lo dalangnya?"
Pertanyaan yang tajam menusuk itu mengganggu indra pendengaran Selena. "Bukan gue, Edgar. Sumpah bukan gue."
"Jangan bohong! Jelas-jelas karena perbuatan lo, cewek tadi sampai ketakutan! Itu udah jadi bukti betapa jahatnya lo, Sel!"
Selena menggeleng. "Enggak, Edgar, gue difitnah. Kenapa juga gue nyuruh orang buat pisahin lo sama Reina?"
"Lo punya banyak alasan. Salah satunya pasti karena lo cemburu gue deket sama Reina. Dan lo kan selalu mendapatkan semua yang lo mau. Makanya saat tau gue ninggalin lo demi Reina, lo langsung bertindak."
"Gue emang sayang sama lo," ia menjeda. "Tapi gue gak bodoh buat ngemis cinta sama lo. Kalau gue mau, kenapa nggak gue sendiri aja yang nyelakain dia?"
"Jadi pelakunya lo, Sel?" Kali ini semua orang menatap Reina yang bersuara. Terdengar sekali ia begitu ketakutan.
Lagi-lagi Selena menggeleng. Harus bagaimana lagi ia membela dirinya sendiri? "Bukan gue, Rei. Sebelum ini kita bahkan nggak pernah ketemu. Buat apa gue ngelakuin ini sama lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect [SELESAI]
Teen FictionCERITA MASIH LENGKAP SAMPAI ENDING Dia Edgar. Ketua ekskul PMR yang nolak jadi most wanted. Gak banyak orang yang kenal sama dia. Bahkan kalau dia gak dateng dan ngancem-ngancem, gue gak mungkin kenal sama dia. Dia Leo. Kakak kelas sekaligus kapten...