"Edgar harus dioperasi."
Deg!
Semua yang ada di sana mempertajam pendengaran mereka berharap apa yang mereka dengar itu salah. Tapi setelah Pak Lian dan Pak Abram kembali memastikan, mereka tampak tidak punya harapan.
Edgar benar-benar harus dioperasi.
Semua menutup mulut tak percaya. Maureen bahkan sudah menangis sesenggukan yang ditenangkan Roland. Dan Selena hanya mematung dengan menutup mulutnya.
Dari ujung lorong terlihat seorang pria paruh baya yang tampak berlari menuju ruangan UGD.
"Permisi. Dokter, saya Papanya Edgar. Anak saya di mana?" tanyanya.
Bisa Selena dengar nada kepanikan dari nada bicaranya. Tentu saja beliau panik. Dia ayahnya. Lelaki itu kemudian dibawa salah satu dokter untuk ikut ke ruangannya.
Tepat saat itu ponsel Selena berdering. Ia menghapus kasar air matanya dan segera menjauh untuk mengangkat telpon.
"Sel, kamu di mana? Momy kamu bilang kamu belum pulang. Jangan buat Daddy khawatir, Sayang."
Selena tersadar dari lamunannya dan mengetahui bahwa si penelpon adalah Nishad.
"Aku-- di rumah sakit, Dad. Aku-- aku--" Selena tidak bisa lagi melanjutkan kalimatnya. Ia menangis.
Hatinya tidak kuat untuk menceritakan bagaimana kondisi Edgar.
Nishad yang mendengar putrinya menangis di telpon langsung panik seketika. "Selena, kamu kenapa? Ada apa? Bilang sama Daddy kenapa kamu di rumah sakit dan kenapa kamu menangis?"
"Dad, Edgar-- Edgar akan dioperasi."
Hening. Kini Nishad mengerti kenapa anaknya menangis seperti ini. "Kamu-- kamu tenang di situ. Daddy akan ke sana."
Sambungan telpon terputus dan ketika itu juga Selena kembali menangis.
Samuel yang melihat itu mendekat dan merengkuh tubuh Selena ke dalam pelukannya. "Edgar bakal baik-baik aja, Sel, lo tenang. Jangan kayak gini."
Selena yang tidak tahu harus apa mencengkeram erat ujung blazer cowok itu. "Gue takut, Sam. Gimana kalau Edgar kenapa-kenapa? Dia bakal dioperasi. Gue gak mau terjadi sesuatu sama dia."
"Hei, tenang. Kalau lo kacau dan terus berpikiran negatif kayak gini, bisa aja semuanya beneran kejadian. Lo harus kuat demi Edgar. Dia butuh kita."
"Nona Selena," ucap seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan Edgar.
Semua orang lantas berdiri.
Keduanya melepaskan pelukan. Selena menghapus air matanya dan melangkah menuju dokter yang memanggilnya barusan. "Saya Selena, dok. Ad-- ada apa?"
Selena gemetaran. Dalam hidupnya, ia tidak pernah dihadapkan dengan situasi seperti ini. Ini kali pertama dan semoga terakhir kalinya.
"Pasien Edgar ingin bertemu dengan anda."
Tangis Selena hampir kembali pecah, namun ia segera membuka pintu dengan cepat. Setelah sampai di dalam, ia menutup pintu dengan perlahan, takut membangunkan istirahat Edgar.
Ia menutup mulutnya sendiri melihat kondisi Edgar. Cowok yang selalu bersikap sinis padanya kini terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Air matanya kembali lolos, perlahan ia mendekati ranjang Edgar.
Tangannya terulur mengusap wajah sang pacar. Kini wajah itu menoleh menatapnya. Dia tersenyum, senyum paling tulus yang pernah Selena lihat. "Hai, pacarnya Edgar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect [SELESAI]
Teen FictionCERITA MASIH LENGKAP SAMPAI ENDING Dia Edgar. Ketua ekskul PMR yang nolak jadi most wanted. Gak banyak orang yang kenal sama dia. Bahkan kalau dia gak dateng dan ngancem-ngancem, gue gak mungkin kenal sama dia. Dia Leo. Kakak kelas sekaligus kapten...