Perfect- 18

927 67 10
                                    

Hallo. Maaf ya part ini dikit banget. Aku lagi galau soalnya untuk menentukan klimaks cerita ini.

Mohon dimaklum ya. Happy 1k. Teriamakasih untuk yang sudah baca.

***

"Momy minta kamu jauhi Edgar. Dia bukan teman yang baik untuk kamu," ucap Lydia dengan nada tegas.

Selena yang tengah memasukan sepotong roti ke dalam mulutnya itu hanya mendengarkan tanpa minat. Tubuhnya masih butuh istirahat tapi Lydia sudah memaksanya untuk pergi ke sekolah.

Lydia menatap Selena yang masih fokus melahap sarapannya. "Momy udah siapkan obat dan juga vitamin untuk kamu. Setelah ini kamu makan, ya."

"Iya."

"Soal Edgar--"

Kali ini Selena meletakkan gelas dengan agak keras membuat kalimat Lydia terpotong. "Aku akan jauhi dia. Aku gak akan berteman lagi sama dia kalau itu yang Momy mau."

"Momy tau kamu anak penurut."

Selena menghela napas. Pikirannya benar-benar kacau. Dia tidak yakin bisa menjauh dari laki-laki yang selalu ada untuknya.

Kali ini Selena tidak menyangkal kalau ia merasa nyaman di dekat Edgar. Bukan hanya itu, laki-laki itu juga tahu bagaimana cara mengembalikan semangat Selena.

Lalu sekarang dengan mudahnya Lydia memintanya menjauhi Edgar?

"Aku berangkat," ucapnya dengan mencium pipi kanan dan kiri Lydia.

"Hati-hati, Darling."

***

Edgar baru saja menghabiskan sarapan begitu Tora, ayahnya mengajaknya bicara.

"Bagaimana perkembangan pekerjaan yang Papa kasih ke kamu? Sudah dijalankan dengan baik?" tanya Tora dengan mengelapkan tissue ke mulutnya sendiri.

"Papa tenang aja. Udah dari lama Edgar menjalankan rencana kita. Dan sepertinya mendapat respons yang positif."

"Bagus. Kamu harus melakukan rencana itu sampai semuanya benar-benar berhasil."

Cowok itu terlihat melamun sebentar. Entah apa yang ia pikirkan.

Tora yang melihat itu lantas kembali berkata. "Apa yang sedang kamu lamunkan? Jangan pikir kamu bisa mundur setelah sejauh ini."

Edgar tekesiap dan kembali ke alam sadarnya. "Enggak, Pa. Edgar cuma seneng karena sebentar lagi misi kita akan selesai."

Tora tersenyum smirk, mengepal dengan kuat gelas yang sedang ia pegang. Ia sangat bersyukur memiliki putra yang mau membantunya.

***

Baru saja turun dari mobilnya, Selena sudah mendapatkan pemandangan yang belakangan ini membuat hatinya sejuk.

Tadinya ia berniat menghampiri Edgar tapi langkahnya terhenti. Ucapan Lydia tertanam begitu kuat di kepalanya. Ia kemudian menunggu hingga tubuh Edgar dan Maureen menghilang setelah memasuki lorong.

"Hai, Sel," ucap seorang cowok yang baru saja memarkirkan motornya.

Selena menatapnya tanpa minat.

"Baru sampe? Mending ke kelas bareng, kuy!" ajaknya meski tahu ajakannya tidak akan pernah diterima.

"Ayo ke kelas bareng."

Perfect [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang