"Lydia, apa kamu tidak bisa mempertimbangkan keputusan kamu lagi? Aku bukannya menghalangi niat baik kamu untuk menikah lagi. Tapi coba pikirkan perasaan Selena." Nishad menatap Lydia, perempuan di depannya yang masih memakai setelan kerja dengan serius.
Saat ini Lydia, Nishad, Ivan, dan Valerie sedang berada di sebuah Kafe untuk membicarakan kelanjutan hubungan mereka.
Semenjak hari itu, Lydia dan Ivan tetap memutuskan untuk melanjutkan hubungan meskipun mengetahui kebenarannya. Tapi saat ini, sebagai seorang Ayah, Nishad berhak untuk memperingatkan keputusan mantan istrinya.
Nishad bukannya tidak terima Lydia menikah lagi. Toh ia dan Valerie juga sudah lama menikah. Masalahnya adalah, pria yang akan dinikahi Lydia adalah ayah dari orang yang dicintai putrinya.
Sebagai seorang ayah, tentu saja Nishad tidak ingin kalau hal itu terjadi. Sebab pada akhirnya nanti, Selena lah yang akan terluka meski putrinya itu tetap saja memasang wajah bahagia hingga saat ini.
Lydia kemudian menatap mantan suaminya dengan intens. "Aku dan Ivan saling mencintai jauh sebelum Selena dan Edgar bertemu. Kalau kamu bisa menikah lagi dengan Valerie kenapa aku enggak?"
"Tapi harusnya sebagai orangtua kamu lebih mementingkan kebahagiaan anak kita."
Namun Lydia malah tersenyum sinis menanggapinya. "Lalu kalian berdua? Bukannya kamu dan Valerie juga menikah saat Selena dan Sean sedang dekat? Kamu juga tidak memikirkan sampai sejauh itu, Mas."
Nishad dan Valerie bungkam. Sebab apa yang Lydia katakan memanglah kebenarannya. Tapi seperti biasa, Selena masih tetap diam dan tidak mengatakan apapun.
Bukan karena dia tidak memiliki hati untuk merasakan sakit. Tapi Selena sadar, sekeras apapun keinginan orangtuanya agar dia menjadi yang terbaik, Selena tidak bisa menjadi manusia sesempurna itu.
Sementara Ivan hanya diam sambil meminum kopinya. Ia menatap kosong dengan meresapi rasa kopi yang ia minum.
"Mbak, tapi saat itu saya dan Mas Nishad belum tau kalau Sean dan Selena dekat. Kami baru tau saat penghulu sudah datang," ujar Valerie membela suaminya.
"Tapi Mbak masih belum menentukan tanggal pernikahan kalian. Jadi saya mohon demi Selena, tolong batalkan pernikahan ini. Meskipun saya hanya ibu tirinya, tapi saya bisa melihat. Satu-satunya orang yang bisa memahami Selena selain kita hanya Edgar saja. Saya gak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau mereka benar-benar dipisahkan," lanjut Valerie lagi.
Kali ini tatapan Lydia mengarah pada Valerie. Menatapnya lama lalu kembali menegakkan tubuhnya.
Ia menatap Ivan yang duduk di sebelahnya. "Menurut kamu gimana?"
Lelaki dengan jas hitam itu balas menatap Lydia dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
-o0o-
"Ah, perasaan ini motor baru, deh. Tapi kok mogok, ya? Apa kehabisan bensin? Eh, tapi, kan Momy udah periksa pagi tadi," ia kemudian berdecak. Menggigiti kuku jarinya sendiri lalu mengacak rambutnya kesal. "Ih, gue gak ngerti masalah ginian!" Selena tampak frustrasi.
Sebenarnya ia tidak masalah jika motor matic barunya ini sudah mogok. Ia bisa mengantar ke bengkel. Tapi yang jadi masalah adalah, motornya mogok di depan SMA Travo.
Sekolah yang terkenal sebagai musuh dari SMA Gavedra. Ia menoleh ke kanan dan kiri untuk sekadar melihat posisinya aman atau tidak.
Sebuah lampu bohlam kemudian muncul dari kepalanya. Ia membuka tas sekolahnya lalu mengambil hoodie dan memakai serta dengan kupluknya sekalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect [SELESAI]
Teen FictionCERITA MASIH LENGKAP SAMPAI ENDING Dia Edgar. Ketua ekskul PMR yang nolak jadi most wanted. Gak banyak orang yang kenal sama dia. Bahkan kalau dia gak dateng dan ngancem-ngancem, gue gak mungkin kenal sama dia. Dia Leo. Kakak kelas sekaligus kapten...