Nafisha meletakkan pakaian yang sudah di setrika serta dilipat sedemikian rupa disampingnya. Kemudian membuka lemari dan menyusun pakaiannya teratur. Baju yang sengaja dipisahkan, dirinya letakkan dibagian paling atas, dengan tujuan dapat memudahkan dirinya untuk mengambilnya besok.
Besok merupakan kuliah perdana dirinya. Yang membuat nafisha terus menerus kepikiran. Dan mulai mempersiapkan barang-barang yang menurutnya berkemungkinan dibutuhkan.
Di tengah pikirannya, yang memikirkan barang apa saja yang akan dibawa. Suara dari dering ponselnya membuat nafisha mengalihkan pandangan kearah meja belajar
082368******
Assalamualaikum
07.47Nafisha menatap lama pesan yang baru saja masuk diponselnya saat melihat nomor yang sama. Yang mengirim pesan dengan huruf P. nafisha kemudian menggerakkan jemari diatas ponsel, mengetik pesan balasan yang entah dari siapa
Waalaikumsalam.
Ini siapa yah?
07.53Setelah mengirim balasan. Nafisha hendak kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda. Namun belum juga meletakkan ponsel. Dering pesan masuk kembali terdengar
082368******
Coba tebak. Mahkluk yang hampir punah dengan kearifan lokal yang dimilikinya
07.54Tanpa sadar nafisha terkekeh membaca pesan balasan yang baru saja diterimanya. Kemudian menarik kursi yang berada di depan meja belajarnya, lalu mendudukkan diri dengan tangan yang mulai mengetikkan pesan balasan.
***
Evan yang tengah berbaring, menatap ponselnya cemas, menunggu balasan pesannya yang telah terbaca oleh si penerima. Ini adalah kali kedua dirinya mengirimi pesan pada nafisha. Setelah pesan pertama yang tak mendapatkan balasan, sebenarnya evan sudah tak memiliki keberanian untuk mengirim pesan lagi.
Namun, bermodalkan wejangan yang diberikan regan serta tips yang akhirnya diterima. Evan akhirnya berani mengirim pesan untuk kedua kalinya. Diabaikan gak masalah. Ditolak jangan mundur. Pokoknya pepet terus jangan sampe kendor!. Yah itulah wejangan yang diberikan regan padanya sebelum pulang.
Di tengah pikirannya yang kembali menyusun aksi pdkt yang akan kembali dilancarkan besok. Suara dering ponsel membuat evan mengalihkan pandangan kearah ponsel
Evan yang mulanya berbaring seketika duduk dengan mata melotot ke arah ponsel.
Ini yang balas beneran nafisha kan?
Masih dalam keadaan tidak percaya, bahwa nafisha membalas pesannya. Dengan cepat dirinya kembali mengecek nomor ponsel yang pernah diberikan regan. Kan bisa saja dirinya berpotensi salah nomor. Dan benar, ini memang nomor nafisha. Akhirnya!
Evan yang sudah mengetikkan pesan balasan, kembali menghapus. Yah dirinya harus menunggu beberapa menit baru membalasnya. Karena takutnya gadis itu geer dan merasa bahwa dirinya sedari tadi menunggu balasan pesan dari gadis itu.
Tapi entah kenapa satu menit terasa begitu lama untuk berlalu. Membuat evan segera mengetik balasan dan mengirimnya. Evan takut gadis itu akan tidur dan tidak melihat pesan darinya. Makanya evan memilih segera membalasnya. Bukan karena tidak sabar membalas pesan nafisha. Dirinya hanya tidak mau membuat pesannya terabaikan karena gadis itu yang tertidur. Yah hanya itu
Evan terkekeh saat melihat dua centang biru, yang menandakan gadis itu membaca pesannya
Target ke 45
Komodo?
07.55Bukan. Tapi buayanya
07.56Dan seketika tawa evan pecah, setelah melihat balasan emot berwajah datar yang diterimanya.
***
Evan yang baru saja menepikan mobilnya di depan rumah regan, memicingkan mata saat melihat sosok rian yang baru saja keluar dari rumahnya yang berhadapan dengan rumah nafisha. Yang membuat radar tanda bahaya evan seketika menyala saat melihat pria itu menyebrang jalan. Wahh gak bisa di biarian ini!. Membuat evan teburu-buru melepas seatbelt dan turun dari mobil.
“Lo mau kemana?” Tanya regan yang kini sudah siap
Evan melirik regan yang kini sudah berdiri di sampingnya “Ngelanjutin misi”
“Berangkatnya sama aku aja sha, kan hari ini kuliah perdana kita”
Evan yang memilih mencuri dengar pembicaraan Rian dan Nafisha di balik pohon pelindung. Berdecak tidak suka, ketika dirinya baru saja mencium bau-bau modus.
“Rian duluan aja. Nanti fisha naik angkutan umum, soalnya--”
“Ini udah jam 7 lewat. Kamu bakal telat kalau mau nunggu angkutan umum” Potong rian
Dilihatnya nafisha yang memelintir ujung jilbabnya, membuat evan yang melihatnya dibalik pohon, seketika menyadari kegugupan gadis itu
“Kita bakal berangkat bareng. Aku ambil kunci--”
“Gak perlu, dia bakal berangkat bareng gue”
Rian dan Nafisha seketika menatap Evan yang baru saja muncul di balik pohon pelindung. Pria itu melayangkan tatapan sinis kepada rian yang saat ini menatapnya dengan alis terangkat. Songong
“Siapa?”
Raut evan seketika melongo mendengar pertanyaan yang baru saja di lontarkan rian. Siapa? Serius dia nanya siapa ke evan? Gue senior lo woii! Ingin rasanya evan menghujani rian dengan berbagai hujatan yang sudah bersarang di ujung lidah, namun terpaksa ditahannya, ketika menyadari nafisha yang saat ini berada di sampingnya. Yah saat ini, dirinya lebih penting menjaga image di banding meladeni pria songong itu.
“Gue? gue Devano rafly henandra. Anak sultan, yang gantengnya turunan”
Nafisha yang mendengar nada sombong yang baru saja keluar dari mulut evan, tanpa sadar memutar kedua bola mata jengah.
Sedangkan rian memilih mengabaikan ucapan evan, kemudian beralih pada nafisha “Kita bakal bareng kan sha?”
Nafisha tampak berpikir. Sebenarnya dirinya bingung. Jika dirinya memilih berangkat bersama rian, bisa jadi usahanya untuk melupakan pria itu terancam gagal, namun dirinya juga malas memilih evan, dan kembali berurusan dengan pria yang memiliki tingkat kesombongan selangit.
“Dia bakal bareng gue, naik mobil mahal”
Nafisha memejamkan mata, kemudian menghela napas “Rian duluan aja”
Evan yang mendengar ucapan nafisha seketika mengukir senyum, dengan dagu terangkat, ditatapnya rian dengan tatapan remeh. Kemudian membisikkan sesuatu yang tidak di mengerti pria itu
“Dan pemenangnya akan tetap buaya lokal”
TBC
Kalian pengen jadi tim siapa nih?1.DevaNafisha
Atau
2. RiaNafisha
KAMU SEDANG MEMBACA
FuckBoy Pensiun
Teen FictionDevano Rafly Henandra. Kemewahan dan ketampanan yang dimilikinya, membuat pria itu terbiasa dengan orang-orang disekelilingnya yang terus saja memuja serta menghormatinya. Membuatnya berpikir bahwa dirinya dengan mudah bisa mendapatkan gadis manapun...