Rara yang kini duduk di sofa ruang tamu Nafisha, menatap sahabatnya itu dengan intens, saat menemukan mata sembab Nafisha pagi ini.
Sejak kemarin dirinya dilanda rasa khawatir sejak Nafisha bercerita tentang Evan yang ternyata hanya mempermainkan dirinya, membuat Rara begitu merasa khawatir akan keadaan sahabatnya sekarang ini.
“Sha kamu…”
“Aku mau ke dapur dulu ambil minum, kamu mau minum apa Ra?” potong Nafisha sembari berdiri dari duduknya.
“Yang ada aja Sha.” Nafisha mengangguk mengerti, kemudian melangkah menjauh ke arah dapur.
Sedangkan Rara yang melihat itu hanya bisa menghela napas, dan mencoba menahan diri untuk tidak bertanya hal-hal yang berkaitan dengan Evan.
Nafisha yang sudah berada di dapur menghela napasnya, kemudian menatap lurus ke depan, saat ingatan dimana dirinya mengetahui niat di balik perlakuan Evan selama ini padanya.
Flashback On
Nafisha yang sedang menunduk untuk memperbaiki ikat tali sepatunya, mengangkat pandangan saat dirinya melihat sepasang kaki yang kini berdiri tepat di depannya. Membuat Nafisha memilih menyudahi memperbaiki ikatan sepatunya dan memilih menatap seseorang yang kini menatapnya angkuh.
Celyn yang tak kunjung bicara, membuat Nafisha menatap gadis itu bingung, “ada apa?” tanya Nafisha mencoba memulai pembicaraan.
Sedangkan Celyn yang mendengar pertanyaan dari Nafisha berdecih, kemudian menyunggingkan senyum miringnya, “gue gak heran sih Evan jadiin loh bahan taruhan dia bareng teman-temannya. Polos gini, gampang di bego-begoin.”
Nafisha yang tidak tahu menahu apa maksud dari ucapan Celyn, hanya diam. Membuat Celyn kembali bersuara, “loh nyadar gak sih, kalau selama ini Evan dan teman-temannya udah jadiin loh bahan taruhan? Ngga kan?”
“Maksud kamu … apa?”
Celyn berdecih, kemudian melipat kedua tangannya di depan dada, “maksud gue, Evan ngedekatin loh itu cuman buat nyelamatin harga diri dia. Gak lebih dari itu.”
“Jadi loh buang jauh-jauh deh impian loh ke Evan, soalnya loh itu cuman bahan taruhan, jadi jangan mimpi ketinggian buat dapatin Evan.”
Nafisha yang mendengar ucapan Celyn, menundukkan kepalanya kemudian melafadzkan istighfar dalam hati.
Yah, dirinya tidak boleh percaya apapun yang dikatakan Celyn padanya, karena bisa saja kan gadis itu berbohong padanya? Dan Nafisha juga sangat yakin bahwa Evan benar-benar tulus, mau menjadi sahabatnya.
“Fisha percaya dengan kak Evan,” ucap Nafisha pelan dengen kepala yang masih menunduk.
“Loh percaya sama penipu? Gak salah?”
Kedua tangan Nafisha mengepal kuat, kemudian kembali menyakinkan diri bahwa dirinya benar-benar percaya akan ketulusan Evan. “Fisha tetap percaya sama kak Evan.”
Celyn tertawa kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. “Apa jawaban loh bakal tetap sama, walaupun udah dengar rekaman ini?”
Belum sempat Nafisha menjawab, suara dari ponsel Celyn lebih dulu terdengar membuat Nafisha kembali menutup mulutnya, diam.
“Cek cek udah kerekam belum sih?”
Nafisha menahan napasnya saat suara yang begitu familiar terdengar dari ponsel Celyn. Dan Nafisha sangat yakin bahwa suara yang saat ini di dengarnya adalah suara dari seseorang yang sudah di percayainya. Evan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FuckBoy Pensiun
Teen FictionDevano Rafly Henandra. Kemewahan dan ketampanan yang dimilikinya, membuat pria itu terbiasa dengan orang-orang disekelilingnya yang terus saja memuja serta menghormatinya. Membuatnya berpikir bahwa dirinya dengan mudah bisa mendapatkan gadis manapun...