Bab 17 - Sebuah Rasa

272 29 0
                                    

Evan yang kini terbaring diatas tempat tidurnya menatap pintu kamarnya saat mendengar suara ketukan dari luar.

"Ada teman kamu van," ucap maminya yang kini sudah membuka sedikit pintu kamarnya memperlihatkan beberapa orang yang ada di belakang maminya.

Evan hanya bergumam. Membuat maminya mempersilahkan orang-orang tersebut masuk ke dalam kamarnya. Catat baik-baik kalau bisa garis bawahi kata orang-orang!.

"Selamat morning my boyfriend."

Evan memutar bola matanya malas saat sosok pengganggu hari-harinya masuk ke dalam kamarnya.

"Sesuai permintaan lo kemarin. Gimana? Pintarkan gue?"

Evan menatap tujuh orang anak yang mungkin berusia kurang lebih sepuluh tahun itu. Kemudian kembali menatap sosok yang sangat disayangkan berstatus sahabatnya.

"Lo... mau ngadain pengajian atau gimana?" Tanya evan yang masih berusaha sesantai mungkin. Padahal dalam hati mah udah pengen nyekik.

Regan menampakkan senyum yang sangat menjengkelkan menurut Evan "Oh... mereka ini yang bakal ngajarin lo ngaji. Guys ucapain say hi dulu sama om evan."

"Hai om," ucap mereka serempak.

Sabar. Sabar. Sabar aja evan, nanti kalau udah sembuh baru lo balas nih bocah tengil batin evan mencoba meredam rasa jengkelnya saat regan mengajari anak-anak di depannya untuk memanggilnya om.

"Jadi mereka yang bakal ngajarin gue ngaji--- Btw kenapa gak sekalian ngajakin se-rt aja!"

Regan menahan dirinnya yang hampir tertawa melihat raut evan yang seperti menahan kentut.

***

"Van!"

"Kenapa? Pengen boker lo?" Tanya evan tanpa menatap wajah menjengkelkan regan.

"Gue mau nelpon david, mau nitip bakso. Tapi pulsa gue lagi abis, gue pinjam ponsel lo yah?"

Evan yang tengah duduk menyandar di sofa dengan tangan yang memegang buah apel, melirik regan melalui ekor matanya "Kalau abis yah beli!"

"Van gue ingatin yah. Sebagai manusia kita itu gak baik jadi orang kikir. Emang situ mau entar pas lo mati tanah kuburannya dikit karena semasa hidup situ kikir."

"Gini nih kalau situ kebanyakan nonton azabnya indozar."

Regan menyengir "Yah gue nonton juga karena ngikutin emmak gue. karena kalau di rumah mah yang ngusain tipi ntuh yah emmak, kalau gue mah apa tuh baru pegang remot dikit udah kena pelototan gue."

"Gak nanya bambang."

Regan mengambil ponsel evan di atas meja. Baru saja dirinya menekan tombol power dirinya mendapati pesan dari Nafisha membuat regan melirik evan. Tapi sebelum memberitahu evan, sebaiknya dirinya lebih dulu menelpon david yang saat ini tengah mengantar anak-anak panti yang dibawanya untuk mengajari evan.

"ada Apa van?"

"Gue regan. Nitip bakso 4 mangkok yah---"

"Tunggu. Kok empat? Satunya buat siapa?"

"Heheh satunya buat gue lagi. Jadi, cabenya tuh dipisah tapi bukan cabe-cabean yah. Dua mangkok gak pake mie, airnya banyakin terus tambahin kacang goreng juga, kalau bisa---"

Regan menghentikan ucapannya saat sambungan telepon diputus sepihak. Membuat regan mengumpat, apa tidak cukup kisah cintanya diputuskan sepihak? Sehingga sambungan telepon pun juga diputus sepihak oleh david.

FuckBoy PensiunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang