Gadis dengan pakaian hitam putih serta jilbab hitam itu melepas ikat kepala yang menutupi dahinya kemudian mengusap keningnya yang berkeringat, lalu berdehem pelan.
Rasanya tenggorokannya begitu kering saat ini, setelah mengeluarkan suaranya sekuat tenaga. Namun orang-orang yang berdiri di depan sana dengan almamater serta edikar yang menggantung dileher mereka yang merupakan panitia ospek tetap saja membentak mereka agar suara mereka lebih keras lagi.
"Satu kali lagi. Setelah itu saya akan membiarkan kalian istirahat dan kita akan kembali berkumpul di ruangan ini pukul 13.15."
Mereka kembali menginstruksi menyanyikan yel-yel yang membuatku merasa saat ini menjalani ospek masuk sekolah menengah pertama bukan ospek penerimaan mahasiswa baru. Ditengah nyanyian aku berhenti kemudian berdehem pelan.
"Kamu yang duduk di kursi tengah itu. Berdiri!"
Yel-yel yang sempat dinyanyikan seketika terhenti saat salahsatu senior yang kuketahui bernama David, setelah membaca name tag yang ada di almamater miliknya menunjuk bagian tengah. Aku mengedarkan pandangan mencari orang malang yang akan menjadi korban senior itu.
"Itu yang nengok kanan kiri," ucapnya lagi.
"Saya kak?" tanyaku menatap kearahnya tapi bukan matanya. Karena ummi sering sekali memperingatiku dengan QS An-Nur ayat 31 yang isinya menjelaskan
'Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung kedadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami merreka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu agar diketahui sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung'."Kamu. Iya, cepat berdiri!"
Aku menghela napas, lelah sebenarnya tapi insya allah lelahku ini bernilai ibadah dimata-Nya. Aku berdiri dari tempat dudukku kemudian melangkah ke depan sesuai perintah kak david dengan kepala menunduk.
"Silahkan perkenalkan dirimu serta asal sekolah terlebih dahulu."
Bismillahirrohmanirrahim.
Setelah mengucapkan basmalah aku mengangkat pandanganku yang langsung terarah ke belakang menatap tembok untuk menghindari pandanganku dari yang bukan mahrom.
Aku yang baru saja mengangkat kepala, dengan segera kembali menundukkan pandangan. Orang-orang menatapku dengan raut bingung yang membuat tanganku berkeringat dingin serta tubuhku yang mulai bergetar. Detak jantungku berdetak dua kali lebih cepat yang membuat keringat dingin ikut membasahi dahiku.
"Kamu baik-baik aja kan?"
Aku menggeser tubuhku saat kulihat tangan kanan kak david terangkat
"Nafisha baik-baik aja," gumamku pelan.
"Fisha,," seru seorang pria yang juga mengenakan pakaian hitam putih sepertiku. Rian, melangkahkan kakinya kearahku terburu-buru yang diikuti seorang perempuan yang tak kukenali dibelakangnya, yang kuyakini dia juga mahasiswa baru.
"Maaf kak, saya mohon izin buat bawa teman saya ke uks."
Kakak panitia yang mengerti dengan keadaanku yang tidak baik-baik saja, akhirnya memberikan kami izin. Salahsatu dari panitia laki-laki berniat membantu mahasiswi yang memapahku namun rian dengan cepat mencegah dan menyarankan panitia perempuan yang lebih baik membantuku.
"Kamu gugup saat ditunjuk naik tadi?"
Aku yang sudah terbaring di atas brankar menggelengkan kepalaku pelan. Di ruangan ini kami tidak hanya berdua, rian sengaja menahan mahasiswi yang membantuku tadi untuk ikut menunggu disini, agar kami tak hanya berdua.
Rian yang berdiri menyandar di samping lemari yang jaraknya kurang lebih dua meter dari ranjang tempatku berbaring. Sedangkan gadis yang tak kuketahui namanya itu duduk dikursi kayu yang berada tepat disampingku. Aku yang memang merasa lelah memilih memejamkan mata. Namun bukannya kedamaian yang kudapat tetapi malah.
Wajah pria itu.
Pria yang berdiri menyender di tembok. Dengan kedua tangan yang terlipat didepan dada.
Pria yang secara tidak sengaja kutatap matanya.
TBC
Jangan lupa vote dan komen
Sriwahyuni_6104
KAMU SEDANG MEMBACA
FuckBoy Pensiun
Fiksi RemajaDevano Rafly Henandra. Kemewahan dan ketampanan yang dimilikinya, membuat pria itu terbiasa dengan orang-orang disekelilingnya yang terus saja memuja serta menghormatinya. Membuatnya berpikir bahwa dirinya dengan mudah bisa mendapatkan gadis manapun...