Huekk huekk
Reina yang baru saja mengangkat tangan untuk mengetuk pintu kamar putranya, dengan panik membuka pintu kamar dengan lebar.
Reina mengedarkan pandangan keseluruh penjuru kamar evan yang kini dalam keadaan gelap. Kemudian dengan cepat melangkah ke arah kamar mandi saat kembali mendengar suara orang yang sedang muntah dari dalam kamar mandi.
"Astaga evan!" Pekik reina saat dirinya melihat evan yang terduduk lemas di lantai kamar mandi dengan kepala yang menunduk.
"Kamu kok bisa kek gini" Ucap Reina yang kini sudah menangis menatap keadaan putranya.
"PAPI! PA!"
Evan menarik napasnya dengan mulut, kemudian menghemubuskannya dengan pelan "Mami gak usah teriak-teriak, nanti tetangga pada keganggu dengar teriakan mami."
Reina memukul pelan bahu evan yang saat ini duduk menyandarnya padanya "Kamu ini"
"Mami kenapa sih ter--- astaga evan!" Dimas yang baru saja memasuki kamar putranya mendadak panik saat melihat istrinya yang saat ini tengah memapah evan untuk keluar dari kamar mandi.
Dimas mengambil alih evan dari istrinya, membantu putranya untuk jalan ke arah tempat tidur, sedangkan reina berjalan ke arah saklar lampu, kemudian menyalakan lampu di kamar evan, membuat suasana kamar seketika dalam keadaan terang.
"Mami disini aja temanin evan. Papi telepon dokter dulu."
"Ngga perlu pi."
Dimas yang baru saja akan melangkah, menatap evan yang kini telah terbaring di atas tempat tidurnya.
"Ngga perlu apa? Kamu gak liat tubuh kamu udah lemas sama merah-merah gitu!" Kesal reina, kemudian mendudukkan dirinya tepat di samping kepala evan
"Kalau gitu papi telpon dokter dulu"
Reina mengangguk, kemudian menghapus air matanya dengan punggung tangan "Kamu kok bisa sampai begini? Kamu makan udang lagi?" Tanya reina sesenggukan.
"Maaf" sesal evan kemudian mengangkat sebelah tangannya menghapus air mata maminya
"Jelasin ke mami sekarang!" Tuntut reina membuat evan menghela napas
"Evan gak tega sama nafisha. Makanya evan tetap makan, walaupun evan tau akhirnya bakal kek gini" Jelas evan
"Kamu... rela kek gini karena kamu gak mau nafisha kecewa?"
"Itu masakan pertama nafisha. Jadi evan gak tega buat nolak"
Reina menghela napas kemudian mengusap kepala putranya "Kamu tidur aja dulu. Mami mau kedapur dulu, nyiapin bubur untuk kamu"
Evan menganggukkan kepalanya. Kemudian menutup kedua matanya, menahan rasa gatal serta panas di sekujur tubuhnya.
***
Baru saja dirinya menulis beberapa kata, matanya kembali melirik ke arah ponsel yang tergeletak di samping bukunya. Membuat nafisha mendesah. Sebenarnya dirinya bingung dengan dirinya yang terus saja melirik ponsel seakan menunggu pesan seseorang.
Nafisha menggeleng. Mencoba menyakinkan diri bahwa dirinya tidak tengah berharap mendapat sms absurd dari evan.
Namun seberapa kuat dirinya mencoba menyangkal. Keinginan untuk mengirimi pesan dan menanyakan keadaan pria itu semakin besar saja.
Apa evan saat ini dalam keadaan baik-baik saja?
"Uhh dia pasti baik-baik aja" Gumam nafisha dengan wajah yang ditumpukan di seblah tangannya
KAMU SEDANG MEMBACA
FuckBoy Pensiun
Novela JuvenilDevano Rafly Henandra. Kemewahan dan ketampanan yang dimilikinya, membuat pria itu terbiasa dengan orang-orang disekelilingnya yang terus saja memuja serta menghormatinya. Membuatnya berpikir bahwa dirinya dengan mudah bisa mendapatkan gadis manapun...