Cuaca hari ini sama dengan suasana hati Intan. Bagus.
"Baiklah, aku akan berangkat kerja tepat waktu kali ini". Gumam Intan sambil melangkahkan kakinya dengan riang menuju halte bus.
Sesekali dia tersenyum kepada orang-orang yang dia kenal.
Tepat pukul tiga kurang dua menit, dia sampai di halte bus. Intan merapikan pakaiannya. Dia mengusap-usap baju berwarna abu-abu yang dia kenakan. Tak lupa dia juga mengusap-usap celananya, membersihkannya dari debu.
Beberapa saat kemudian bus datang. Intan segera naik. Dia memilih untuk berdiri meskipun penumpang bus tidak terlalu padat. Dia memegang pagangan yang tersedia.
Intan mendongakkan kepalanya untuk melihat sebuah pegangan kosong. Namun, sebuah tangan mendahuluinya memegang pegangan itu.
"Apa sih masalah Lo?!". Bentak Intan padanya. "Kan masih banyak pegangan lain!!". Lanjutnya tanpa melihat siapa dia.
"Apapun yang gue inginkan harus gue miliki". Jawab cowok itu yang tak lain adalah Leon.
"Lo buntutin gue ya?! Kenapa sih di mana-mana harus ada Lo?".
Leon tak menjawab, dia malas bertengkar dengan wanita ini di dalam bus umum.
"Satu hal lagi yang gue heran dari Lo.. kenapa sikap Lo sama Fang beda jauh. Kalian kan adik kakak. Fang baik, ramah, manis.. lah Lo.."
"Tutup mulut Lo atau akan ku buat tuh mulut kagak bisa ngomong lagi!". Ancam Leon dengan nada dinginnya. "Gue ke sini buat ngawasin Lo. Gue mau dapetin tuh cincin segera. Jadi, gue bakal ngikutin Lo kemanapun Lo pergi, mungkin dengan cara itu Lo bakal nyerah dan balikin cincin itu".
"Silahkan saja.. gue kagak takut"
Leon tersenyum sinis. Begitupun dengan Intan.
Tanpa terasa, mereka sampai tujuan. Pintu bus terbuka secara otomatis. Beberapa penumpang turun dan beberapa lagi menetap untuk turun di rute selanjutnya.
Intan melangkah keluar diikuti dengan langkah Leon. Dia membuntuti langkah Intan sampai tiba di depan gedung pelatihan bola basket.
Intan mempercepat langkahnya. Dia mulai merasa risih dengan sikap Leon yang membuntutinya seperti seekor kucing liar di jalan yang ingin diasuhnya.
Sedangkan Leon sendiri tak merasakan apapun.mau secepat apapun langkah Intan, dia mampu mengimbanginya. Tubuh tingginya menguntungkan Sekai. Dia punya kaki yang panjang, dua kali langkah Intan sama dengan satu kali langkah Leon.
"Sore kak". Ucap Intan kepada kak Andre.
Kak Andre ternganga melihat orang yang tengah berdiri di belakang Intan. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali, memastikan kalau penglihatannya tidak salah. "So.. sore". Jawab kak Andre sedikit terbata-bata. "Tu.. tuan.. tuan Leon?". Tanya kak Andre memastikan.
Leon tak menjawab, dia hanya memiringkan kepalanya sedikit. 'begitulah'. Itulah arti gerakannya.
"Ada apa tuan ke sini? Ada yang bisa saya bantu? Atau ada hal mendesak? Katakan saja, saya akan membantunya". Kak Andre menampilkan senyuman lebar di akhir Kalimatnya.
Leon tak mengeluarkan suaranya. Dia hanya mengangkat tangannya ke depan. 'tidak perlu'. Itulah arti gerakan tangannya.
Intan berjalan mendekati kak Andre, kemudian berbisik. "Dia hanya iseng ke sini.. tidak perlu terlalu memperdulikan kehadirannya".
"Ohhhhhh". Ucap kak Andre sambil mengangguk-anggukan kepalanya. "Lalu kenapa kamu datang bersamaan dengannya?". Tanya kak Andre dengan berbisik ke telinga Intan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future
RomanceTentang mata yang tak mampu melihat apa yang terjadi di masa lampau dan masa depan. Tentang tangan yang tak mampu menggenggam dirinya di masa lampau dan masa depan. Tentang kaki yang tak mampu melangkah sesuka hati ke masa lampau dan masa depan. Dan...