eps 6

3 2 0
                                    

Intan berjalan pulang.  Seperti biasa, dia melalui gang kecil menuju rumahnya. Namun, ada yang berbeda kali ini.  Dia tidak berjalan sendiri, dia bersama dengan Leon. Leon mengantarnya pulang karena malam sudah menyelimuti bumi.

"Bagaimana kalau cincinmu tidak ketemu? Apa yang akan terjadi?". Tanya Intan dengan nada sedikit ragu.

Leon menghentikan langkahnya. Dia menatap lurus. Entah apa yang ada di tatapan matanya.

Intan ikut menghentikan langkahnya ketika sadar kalau Leon sekarang terdiam. Dia terpaku tepat di bawah lampu jalan. Rambutnya yang hitam memerah terkena sinar lampu yang berwarna kuning.

"Mungkin itulah takdirnya".  Ucap Leon tanpa mengalihkan tatapannya.

Intan berjalan mendekatinya. Dia berdiri tepat di hadapannya kini. Sebenarnya Intan ingin sekali menepuk-nepuk pundak Leon. Dia ingin menghiburnya. Namun dia mengurungkan niatnya. Dia masih teringat akan kisah masa kecil Leon. Dia masih takut kalau Leon benar-benar putra teman ayahnya.

"Mungkin dengan cara itu aku bisa menemukan seseorang yang menjadi kunci rahasia papa". Ucap Leon sambil menatap wajah Intan.

Kini tatapan keduanya bertemu. Mereka saling tatap dengan arti tatapan yang hanya diketahui masing-masing.

Intan terdiam. Dia tidak bisa mengatakan apapun. Matanya bergetar. Perlahan, dia menundukkan pandangannya. "Bagaimana kalau dia ada di sini?". Tanya Intan. Sebenarnya dia tidak yakin kalau yang dihadapannya benar-benar putra teman ayahnya.

Leon menatap Intan dalam-dalam. Mungkinkah itu benar? Leon sudah pernah menduganya. Dia menemukan foto ayah Intan di ruang tengah rumah Intan. foto itu sama dengan orang di ingatannya yang dia jumpai saat kebakaran menewaskan orang tuanya. "Aku tidak tau akan berbuat apa".

Intan mengangkat pandangannya, melihat Leon yang berada di hadapannya.

Leon mengerjapkan matanya, kemudian menundukkan pandangannya. "Mungkinkah aku meluapkan dendamku padanya? Mungkinkah aku membunuh putri dari orang yang sudah membunuh kedua orangtuaku dan menghancurkan kehidupan bahagiaku?".

Intan terdiam. Dia pandai membaca arti sebuah gerakan. Dia tahu kalau Leon tidak akan sanggup membunuhnya. Ucapan wanita itu benar, dia bunga yang baik.  Dan kini dia mulai sadar maksud kalimat selanjutnya. Bahaya dan maut mengintainya, hanya Intan yang bisa melindunginya. Mungkinkah intan yang dimaksud sebagai sumber bahaya dan maut?

"Kak". Teriak Fang membuat Intan dan Leon bersamaan menolehkan kepalanya.

Leon memiringkan kepalanya. "Kenapa?". Tanyanya.

Fang segera berlari mendekat dan membisikkan sesuatu kepada Leon.

Leon terkejut setelah mendengar apa yang dibisikkan oleh Fang. Dia segera berlari.

"Apa yang terjadi?". Tanya Intan panik.

Fang terdiam. Dia menutup mulutnya rapat-rapat seakan tak mau Intan mengetahui apa yang telah ia sampaikan kepada Leon.

"Sialan". Umpat Intan kesal kemudian berlari mengejar Leon.

Leon berhenti di halte bus. Wajahnya masih panik. Dia segera mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. Dia memencet salah satu nomor di teleponnya. "Halo". Ucap Leon dengan nada panik.

"Apa yang terjadi?". Tanya Intan yang baru sampai. Napasnya terengah-engah karena mengejar Leon.

Leon tak menjawab pertanyaan Intan. Sama seperti Fang, dia seakan tak mau Intan mengetahuinya. Dia juga menurunkan ponselnya karena tidak bisa membicarakannya di depan Intan.

FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang