eps 12

4 2 0
                                    

Intan memicingkan matanya. Pemandangan yang menyilaukan.  Teriknya matahari membuat apa yang dilihatnya menyilaukan matanya. Perlahan, dia membuka matanya. Hamparan bunga luas sekali. Begitu indah. Dia melihat sekelilingnya. "Hamparan bunga ini tidak ada ujungnya". Gumam Intan takjub.

"Hai". Sapa seorang wanita dengan ceria sama seperti pakaiannya yang terlihat ceria. Setelan jas berwarna pink dan topi kecil membuatnya terlihat ceria.

Intan tersenyum. Kemudian memandangnya lamat-lamat. Matanya terbelalak ketika menyadari siapa dia. "Ooh". Ucap Intan yang terkejut kemudian menutup mulutnya yang ternganga.

"Jangaan terkejut. Aku datang dengan pakaian yang berbeda. Semoga ini bisa membantuku menjelaskan siapa aku. Aku sudah tau apa yang ada di dalam pikiranmu dan Leon. Kalian pasti menduga kalau aku bekerja sama dengan laki-laki yang berinisial h itu". Wanita itu tersenyum di akhir Kalimatnya. Kemudian berjalan membelakangi Intan dan melipat kedua tangannya. "Kalian salah. Aku tidak berada di pihak mereka. Aku memihak kalian. Aku menyayangi kalian". Jelas wanita itu.

Intan berjalan mendekati wanita itu. Dengan nada ragu, dia bertanya. "Lalu, siapa kamu? Kenapa kamu sangat tau apa yang harus kulakukan? Apa kamu peramal yang selalu dibilang orang itu?". Intan berdiri di samping wanita itu.

Wanita itu tersenyum kemudian menoleh ke arah Intan. "Kamu akan segera tahu".

"Tan..". Teriak Leon sambil berlari ke arah Intan berdiri. Leon tersenyum.

"Ha?". Tanya Intan. Dia kembali menoleh ke arah wanita yang tadinya berdiri di sampingnya. Wanita itu sudah tidak ada. Intan celingukan, namun tidak ada orang lagi di sana kecuali dia dan Leon.

"Tan..". Teriak Leon dengan keras di samping telinga Intan.

Intan menatapnya kesal. "Apa sih masalah..."

Leon memukul punggung Intan dengan keras sampai intan jatuh tersungkur.

Intan membuka matanya perlahan. Dia kebingungan. Ini bukan tempat hamparan bunga tadi. Dai mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memastikan apakah dia tidak salah melihat. Dia berada di ruang kerja Leon. Intan mendongakkan kepalanya. Dia melihat Leon yang berdiri di hadapannya. Wajah Leon memerah. Dia menatap Intan dengan tatapan kesal seperti seorang psikopat yang mendendam amarahnya. "Apa masalahmu?". Tanya Intan sambil bangkit dari tempatnya terjatuh.

"Hari ini pertandingan dilaksanakan dan kamu masih tertidur pulas di ruang kerjaku". Jawab Leon dengan nada dinginnya.

"Tertidur? Berarti tadi cuma mimpi dong?". Tanya Intan pada Leon yang tidak tau apa-apa. "Oh Tuhan, kita harus segera siap-siap". Intan segera berlari keluar ruangan saat melihat jam dinding di ruang kerja Leon.

Leon menghembuskan nafas kesal melihat tingkah Intan. "Dia bilang dia tidak akan tidur di sini, tapi dia melanggar ucapannya sendiri".

...

Mobil Leon berhenti tepat di depan sebuah lapangan bola basket indoor. Leon turun dari mobil. Dia terlihat lebih tampan dari biasanya, setelah jas berwarna hitam ditambah dengan tatanan rambut yang rapi disisir ke belakang membuatnya terlihat jauh lebih dewasa. Siapa yang mengira kalau usianya masih delapan belas tahun. Di usianya yang masih muda, dia sudah menjadi pebisnis.

Intan mengikuti langkah Leon dan berjalan di belakangnya. Dress selutut berwarna merah membuat kesan elegan pada dirinya. Dia memang tidak bisa memakai high heels, jadi dia putuskan memakai sebuah sepatu dengan heels hanya sekitar tujuh senti. Rambutnya disanggul sedikit berantakan, memperlihatkan lehernya yang indah.

Mereka terlihat jauh lebih dewasa dari usianya.

Leon tersenyum ketika bersalaman dengan ketua penyelenggara. "Selamat datang tuan Leon". Ucap laki-laki yang memakai setelan jas berwarna hitam pula.

FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang