eps 17

3 2 0
                                    

Intan berlari kecil untuk mengejar waktu. Dia bisa kena masalah besar kalau terlambat dalam acara ini. Dia menangani sebuah kasus dimana seorang laki-laki yang membunuh mantan pacarnya. Sebenarnya dia agak kesusahan. Dia harus membelah seorang laki-laki yang sudah dinyatakan bersalah. Selain itu, dia juga kesusahan membuat alibi yang masuk akal untuk dimengerti oleh pengadilan. Tapi bagaimana lagi, itulah tugas dia sebagai pengacara, membela terdakwah.

"Maaf, saya terlamba....t". Intan terkejut melihat orang yang duduk di kursi sebelah kliennya.

"Baiklah, kita mulai". Ucap orang itu dengan profesional.

Intan mengangguk kemudian duduk di hadapannya.

"Apa kamu.. eh, anda adalah jaksa uang menangani kasus ini?". Tanya Intan memastikan.

"Seperti yang sudah dijadwalkan, saya datang menjadi jaksa". Jawab laki-laki itu.

Intan mengangguk. "Ohh, benar juga". Ucap Intan kikuk.

"Baiklah kita mulai dengan introgasinya. Sebelumnya saya peringatkan untuk mengatakan yang sebenarnya dan tidak menyembunyikan apapun. Setiap sudut ruangan ini terdapat cctv. Dan juga, anda sebagai pengacara hanya boleh berbicara ketika terdakwa membutuhkan". Jelasnya, dia masih sama seperti awal bertemu. Dingin, kaku dan paling penting selalu serius. "Untuk pertanyaan pertama. Benarkah anda membunuh korban karena korban sudah memiliki kekasih baru dan anda merasa cemburu?"

Terdakwa diam. Dia tidak menjawab, lebih tepatnya tidak mau menjawab.

"Tolong kerja sama anda. Katakan apa yang sebenarnya!!". Bentak laki-laki itu.

"Leon.. ah tidak, maksudku pak jaksa, anda tidak bisa melakukan penekanan dengan membentak terdakwa untuk mengaku". Peringat Intan.

Laki-laki itu yang tak lain adalah Leon memiringkan kepalanya. Tatapannya tajam menatap Intan sambil sedikit menurunkan kaca matanya. "Tolong biarkan saya bekerja dengan sistem saya". Jawab Leon, aktingnya sangat bagus. Dia seakan tidak kenal dengan Intan. "Baik, apa yang sebenarnya terjadi? Tolong ceritakan". Lanjut Leon sambil menatap terdakwa.

"Saya tidak membunuhnya". Jawab singkat terdakwa.

"Tuan Arial, tolong berikan keterangan yang lebih jelas. Apa maksud anda saya tidak mengerti. Anda seharusnya mengatakannya disertai dengan alasan atau keterangan lainnya". Jelas Leon.

"Saya tidak membunuhnya". Jawab Arial masih dengan kalimat yang singkat.

Leon mengalihkan pandangannya. Dia benar-benar kesal. Andai saja Intan tidak di sini, dia sudah bertindak kasar seperti biasanya. Dia terkenal sebagai jaksa yang kasar. Oleh karena itu, dia selalu diberikan kasus dengan terdakwa yang sulit diminta keterangan seperti si Arial ini. "Katakan dengan rinci!". Bentak Leon tanpa menatap Arial. Kalau menatap wajah Arial yang sok ga salah itu, dia bisa saja melayangkan pukulan di wajahnya sekarang juga.

Intan terkejut dengan nada tinggi Leon. "Bisakah anda berbicara dengan nada rendah?". Tanya Intan sedikit kesal karena suara Leon membuatnya jantungan.

"Baiklah, kita akhiri saja. Lain kali aku tidak akan membiarkanmu membawa pengacara ini". Ucap Leon sambil menatap Arial kemudian beranjak meninggalkan ruangan.

"Waah, aapa masalah dia?". Intan tersenyum, namun senyumannya terlihat sebagai senyuman kekesalan. "Kenapa dia bersikap seenaknya? Bukankah hakim lain bisa bertanya dengan baik? Kenapa dia berteriak-teriak seakan kami tuli? Dasar hakim brengsek!". Gumam Intan.

Arial melirik ke arah Intan yang sangat kesal.

"Jangan melihatku. Aku ingin makan manusia hari ini". Intan segera beranjak dari tempat duduknya kemudian meninggalkan ruangan. Dari langkahnya, dia terlihat sangat kesal saat ini.

FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang