Intan segera dilarikan ke RS setelah ambulance tiba. Sedangkan pak Dedi segera di bawa ke kantor polisi setelah pak Fikri dan polisi lainnya tiba.
"Kak, bagaimana kamu tahu kalau Intan ada di sana?". Tanya Fang pada Leon yang tengah membersihkan luka di telapak tangannya.
Leon meringis kesakitan saat mengoleskan salep ke telapak tangannya sendiri. "Intan menghubungiku". Jawab Leon sambil membalutkan perban di tangannya. "Aku bodoh karena memarahinya saat itu". Lanjut Leon sambil menundukkan kepalanya. "Aku menutup teleponnya dan tidak mendengarkan apa yang dia katakan". Ekspresi penyesalan tergambar di wajah Leon.
Fang mengangkat kedua alisnya. Dia tidak paham dengan maksud kakaknya.
Leon menggigit bibir bawahnya sambil menatap Fang yang duduk di sampingnya. "Untung pak Fikri berhasil menghubungiku menggunakan ponsel pak Dedi. Dia mengingat nomor ponselku. Setelah itu pak Fikri mengirimkan lokasinya menggunakan GPS. Aku menemukan pak Fikri terkurung di dalam mobil". Jelas Leon yang mengingat dengan jelas. "Pak Fikri mengatakan semuanya"
Fang mengangguk-anggukan kepalanya, memahami apa yang dijelaskan kakaknya.
"Aku bodoh kan?". Tanya Leon sambil tersenyum. Namun senyumannya adalah senyuman penyesalan. "Aku mengabaikan ponselku karena larut dalam suasana. Ku kira menghilang dari Intan adalah hal terbaik agar dia selamat. Namun, dia malah celaka"
"Kakak pergi ke mana? Dan kenapa kakak menghilang?". Tanya Fang yang penasaran.
Leon menarik napas dalam-dalam sambil menyandarkan kepalanya di sandaran sofa yang dia duduki. "Pembunuh itu, pak Dedi, mengancamku akan menghabisi satu persatu orang yang terlibat dalam pengungkapan identitasnya. Karena ancaman itu, aku bermaksud untuk menjauhi Intan. Ku pikir dengan begitu Intan akan selamat..."
"Leon". Potong ibu Intan yang sudah berdiri di hadapan mereka tanpa Leon dan Fang sadari. Ibu Intan menatap keduanya dengan tatapan yang mendalam. Dia sudah tau semuanya. Pak Fikri sudah mengabarinya.
Leon segera berdiri begitupun dengan Fang.
"Silahkan duduk". Ucap Fang menawarkan tempat duduk.
Ibu Intan menatap sekilas Fang kemudian menatap Leon. Hatinya sedang kacau. Itu terlihat jelas dari ekspresi wajahnya saat ini. "Dimana Intan?"
Leon melihat ke arah ruangan yang sedang tertutup rapat. Ruangan tempat Intan dirawat.
Ibu Intan mengerti maksud Leon meskipun dia tidak mengatakannya. Ibu Intan segera masuk ke dalam ruangan itu. Intan terbaring lemas di sana. Banyak luka memenuhi tubuhnya. Dia sedang terlelap. Entah, mimpi apa yang sedang dia hadapi sekarang. ''Intan". Panggil ibu Intan dengan senyuman tipis di bibirnya. Dia berjalan mendekati putrinya dengan langkah lemas.
Leon ikutan masuk dan melihat ibu Intan berdiri di samping ranjang Intan. "Maafkan aku.. aku gagal menjaganya". Ucap Leon sambil menundukkan kepalanya.
"Kamu bunga yang baik, sama seperti yang dibilang Tania". Ucap ibu Intan.
Leon tertegun mendengar kalimat yang di ucapkan ibu Intan. "Bukankah itu kalimat yang sering diucapkan wanita itu?". Tanya Leon. "Tania? Siapa dia?". Tanya Leon sekali lagi. Di benar-benar tidak paham dengan semuanya.
"Ibu". Panggil intan yang sudah sadar dari komanya.
"Wanita yang mengatakan itu adalah Tania". Jelas ayah Leon yang sudah berdiri di belakang Leon.
Leon membalikkan badannya menatap ayahnya. Dia menatap dengan tatapan bertanya-tanya maksud dari apa yang diucapkan ayahnya.
Ayah Leon tersenyum kemudian berjalan menghampiri Intan yang terbaring. "Fang pernah bercerita padaku kalau kakaknya, Leon, bertemu seorang wanita. Dia mengatakan kalau Leon bunga yang baik. Seketika aku bisa tau kalau wanita itu adalah Tania, almarhum istriku". Pak Handi tersenyum menatap Leon. "Dia menjadi salah satu alasan kenapa aku mengangkatmu menjadi putraku. Dia datang di mimpiku dua belas tahun lalu dan mengatakan kalau Leon adalah bunga yang baik dan aku harus menjaganya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Future
RomanceTentang mata yang tak mampu melihat apa yang terjadi di masa lampau dan masa depan. Tentang tangan yang tak mampu menggenggam dirinya di masa lampau dan masa depan. Tentang kaki yang tak mampu melangkah sesuka hati ke masa lampau dan masa depan. Dan...