Intan berjalan menuju tempat pelatihan lebih awal dari biasanya. Dia harus mengurus beberapa hal yang berhubungan dengan lomba bola basket yang akan segera diikuti.
"Ka Andre". Panggil Intan kemudian berjalan terburu-buru mendekati kak Andre yang berdiri di tengah lapangan bersama Fang dan yang lainnya.
"Kenapa Tan?". Tanya kak Andre melihat Intan yang berjalan terburu-buru, tidak seperti biasanya.
"Nih kak, ini proposal untuk mengikuti lomba itu. Sudah ku buat, kakak tinggal mastiin saja apakah ada revisi atau tidak. Maaf kak kalau seumpamanya proposal ini masih banyak revisi, sebelumnya aku tidak pernah membuat proposal". Jelas Intan kemudian mengambil sebuah proposal di antara beberapa dokumen yang dia bawa.
"Ooh, iyap.. nanti saya lihat dulu. Kalau sudah benar, kamu ya yang ngasih ke Leon. Sepertinya dia sedang banyak masalah". Ucap kak Andre setelah menerima proposal dari Intan.
"Kenapa dengan Leon?". Tanya Intan penasaran.
"Dia tidak pulang semalaman dari ruangannya. Dia di sana semalaman. Kata kak Andre dia tidak tidur semalaman. Entah apa yang dia kerjakan". Jelas Fang dengan wajah khawatir.
Intan terdiam. Memang ada banyak masalah menghantuinya. Masalah kasus papanya yang belum terselesaikan, masalah krisis keuangan di tempat pelatihan, dan mungkin ada masalah lain yang dia sembunyikan dari Intan . "Dasar cowok bodoh". Umpat Intan dengan kesal kemudian berjalan keluar lapangan.
Kak Andre dan Fang menutup mulut mereka. Mereka tidak menyangka Intan berani memanggil Leon dengan sebutan itu. Mereka berdua yang sudah kenal lama dengan Leon saja masih merasa takut kalau melihat tatapan tajam Leon.
Brakkk..
Intan membuka pintu dan membantingnya seperti ibu kos yang Mau menagih uang kos.
"Apa masalahmu?". Tanya Leon lemas. Kelopak matanya menghitam karena tidak tidur semalaman.
"Apa sih mau kamu? Kamu nggak tidur semalaman dan ngga pulang ke apartemen. Kamu mau mati? Plis dong jangan gini. Kalau kamu sakit gimana? Mau masuk rumah sakit?". Omel Intan sambil berjalan mendekati ke arah Leon yang duduk di kursinya.
Len tersenyum. "Tan, aku udah sering nggak tidur semalaman. Aku tidak bisa memejamkan mataku. Setiap kali aku memejamkan mataku, aku selalu mimpi buruk. Semalam aku memutuskan tidak pulang biar bisa memanfaatkan waktuku semalaman untuk mengurus beberapa proposal pengajuan untuk iklan yang mensponsori tim basket". Jelas Leon sambil tersenyum karena melihat tingkah Intan yang sudah seperti seorang ibu pada anaknya yang bandel.
"Kamu bohong. Buktinya waktu kamu di rumah sakit, kamu tidur nyenyak". Bantah Intan.
Leon tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Entahlah, aku bisa tidur nyenyak saat seorang wanita memeluk lenganku dengan erat. Aku sendiri tidak tahu kenapa begitu".
"Kalau begitu, aku akan menemani malammu biar kamu tidur nyenyak".
Leon terbelalak dengan ucapan Intan. Itu terdengar ambigu bagi Leon. "Ha?!"
"Bukan.. bukan hal seperti itu yang kumaksudx. Intan menggelangkan kepalanya. "Maksudku, aku hanya akan duduk di sampingmu sampai kamu tertidur".
"Lalu, bagaimana kamu pulang?". Tanya Leon.
"Iya ya..". Intan Menggaruk-garuk kepalanya. Memikirkan ide cemerlang.
"Dasar.."
"Apa?". Potong Intan dengan wajah nyolot.
Leon terdiam. Dia melirik Intan dengan tatapan tajam. Intan sendiri berbalik menatapnya dengan tatapan tajam pula. Sama-sama keras kepalanya.
Tiba-tiba ponsel Intan berdering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future
RomanceTentang mata yang tak mampu melihat apa yang terjadi di masa lampau dan masa depan. Tentang tangan yang tak mampu menggenggam dirinya di masa lampau dan masa depan. Tentang kaki yang tak mampu melangkah sesuka hati ke masa lampau dan masa depan. Dan...