eps 10

2 2 0
                                    

"Fang". Teriak Intan sambil berlari ke arah Fang yang memegang bola basket.

Fang menoleh kemudian meletakkan bola basket yang ada di tangannya.

"Aku ingin menanyakan beberapa hal padamu. Boleh aku meminta waktumu sebentar?"

Fang mengangguk kemudian mengajak Intan duduk di bangku penonton. "Sebelum kamu tanya, aku ingin tanya satu hal padamu dulu". Ucap Fang yang sudah duduk di bangku penonton.

"Apa?". Tanya Intan sambil membenahi posisi duduknya.

"Kamu kemarin tidak datang ke sini? Kenapa?"

"Aku kemarin mengikuti wisuda dan merayakan pesta perpisahan sekolah sore harinya. Jadi aku tidak bisa datang ke tempat pelatihan. Lagipula aku sudah minta izin ke Leon. Apa dia tidak bilang padamu?"

Fang menggelengkan kepalanya. "Tidak. Dia bilang tidak tau alasan kenapa kamu tidak datang ke pelatihan".

"Dia kemarin juga datang ke wisudaku. Dia membawakan buket bunga padaku. Ternyata dia bos yang baik". Jelas intan sambil tersenyum karena mengingat kejadian kemarin.

"Dasar kakak ga ada akhlak". Umpat Leon. "Apa yang ingin kamu tanyakan? Ayo katakan Sebelum kak Andre datang dan latihan dimulai".

"Oh iya, aku hampir lupa. Begini, aku mau tanya tentang Leon. Apa kamu tau kalau Leon adalah anak angkat?"

Fang mengangguk.

"Lalu, apa kamu juga tau kenapa ayahmu mengangkat Leon menjadi anaknya?"

Fang menarik napas panjang. "Bunda meninggal enam bulan sebelum Leon diangkat. Kata ayah, ayah mengangkat Leon karena ayah Leon yang berjasa pada kasus kematian bunda. Ayah Leon adalah hakim yang menangani kematian bunda"

Intan mengerjapkan matanya. "Enam bulan? Memangnya apa yang terjadi pada bundamu?"

"Bunda disekap, ayah tidak pernah menceritakan apa alasannya. Aku tahu dari berita di beberapa web yang masih tersedia. Banyak web tentang kematian bunda yang sudah dihapus. Namun, dalam web tersebut tidak ada satupun yang menjelaskan alasan bunda di sekap". Fang mengerjapkan matanya beberapa kali. "Bunda mengalami kejahatan seksual dan kemudian dibunuh. Ayah sangat frustasi kala itu. Namun, semenjak Leon hadir dan membawa keberuntungan, ayah mulai bangkit"

"Kejahatan seksual dan pembunuhan?"

Fang mengangguk.

'mungkinkah itu kasus yang ditangani ayah kala itu?'. Batin Intan. "Fang, aku butuh bantuanmu". Ucap Intan sambil menggenggam kedua tangan Fang.

"Apa? Bantuan apa?".

...

Leon mendatangi rumah lamanya. Rumah itu masih sama. Tidak ada renovasi dari rumah itu. Rumah yang dulunya sangat megah dan penuh kehangatan dari penghuninya sekarang terasa begitu dingin dan mencekam. Yang tersisa hanya bangunan rapuh dengan tembok yang hangus. Leon mengusap tembok itu. Dia mengingat masa kecilnya yang ceria berlari-lari di ruangan yang dulu adalah ruang keluarga. Dia seakan melihat film tiga dimensi yang diputar kembali.  Begitu nyata. Dia juga mendengar suara tawa dan teriakan mamanya yang mengejarnya. Leon melangkahkan kakinya menuju ruangan selanjutnya, dia menuju ruang kamarnya dulu. Leon melangkahkan kakinya perlahan. Dia seakan melihat dirinya yang dulu berlarian menuju kamarnya. Dia membuka pintu yang terbuat dari kayu. Hampir sebagian dari pintu itu terbakar. Leon memasuki ruangan itu. Dia melihat kembali kejadian dua belas tahun lalu. Dimana dia berada di dekat tempat tidurnya sambil menangis memanggil papanya yang tertindih kayu. Papanya masih sempat tersenyum meski rasa sakit yang dia rasakan amat luar biasa. Dia juga mengingat seorang laki-laki yang menghampirinya. Dia merasakan sesak di dadanya karena menghirup terlalu banyak asap sehingga hendak pingsan. Leon mencoba mengingat apa yang dilakukan orang itu setelahnya.

FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang