Ruang kerja Intan terlihat lengang. Tidak ada yang memulai pembicaraan di sana. Seorang wanita dengan dress berwarna putih duduk di hadapan Intan. Ka Fikri yang berdiri di samping Intan juga duduk terdiam.
Wanita itu melihat-lihat ruangan kerja Intan. Dia memutar pandangannya, mengamati sekelilingnya. Entah apa yang dia pikirkan sampai mau datang ke mari. Sebenarnya Intan penasaran bagaimana bisa kak Fikri datang bersamanya. Apa yang sudah terjadi?
"Namaku Mira. Maaf waktu itu aku berusaha menyerangmu". Ucap wanita itu memecah keheningan. Sepertinya dia terlihat baik-baik saja, dia terlihat selayaknya orang normal lainnya.
Intan tersenyum, diikuti dengan senyuman kak Fikri. "Aku sudah tau dari pedagang langganan kamu, dan masalah itu aku sudah melupakannya". Ucap Intan di tengah senyumannya. "Oh iya, aku Intan dan ini kak Fikri". Ucap Intan.
Kak Fikri tersenyum sambil menganggukkan kepalanya saat intan menyebutkan namanya.
"Salam kenal..". Ucap wanita itu.
"Apa yang membawamu sampai datang menemuimu? Ah maksudku.. kenapa kau datang sendiri.. emm bukan itu maksudku..". Tanya intan terbata-bata mencari kalimat yang tepat.
"Aku datang untuk menjadi saksi kejadian yang menimpa Arial". Potong Mira.
Intan terdiam.
"Pedagang itu memberitahuku, kalau kamu datang menanyakan ku. Sebenarnya aku tidak mau mengakuinya karena Arial menyuruhku diam..". Terang Mira kemudian menundukkan kepalanya. "Arial tidak bersalah...". Lanjutnya.
"Tolong beritahu aku lebih rinci". Pinta Intan.
"Arial tidak menusuknya. Mereka bertengkar hebat ketika aku datang. Mereka sama-sama terluka. Namun Arial mengalami luka yang lebih parah". Mira mengangkat pandangannya, dia melihat intan dengan tatapan yang dalam. "Dia.. dia hampir membunuh Arial". Lanjut Mira.
Intan masih belum paham. "Maksud kamu.. emmm.. lalu siapa yang menusuknya?"
"Azril.. kekasih Arial yang sekarang.."
Kak Fikri dan Intan ternganga mendengar pengakuan dari Mira. Mereka tidak pernah menduga itu kesalahan Azril. Bahkan Arial tidak pernah menyebut nama Azril. Kenapa berbelit-belit begini?
"Apa kamu mau menjadi saksi di persidangan besok. Dengan kesaksianmu, Arial bisa saja bebas dari segala tuntutan". Pinta Intan.
"Tan, dia tidak punya bukti kuat kalau dia berada di tempat kejadian waktu itu, bagaimana kalau memang benar pemikirannya sedikit terganggu. Bagaimana kalau Leon menggunakan itu untuk memukul mundur dirimu?". Bisik kak Fikri.
Intan terdiam. Kak Fikri benar juga, tapi menurut Intan kondisi Mira cukup meyakinkan untuk dijadikan sebagai saksi. "Buat pengakuanmu, aku akan merekamnya sebagai bukti". Ucap Intan.
Mira mengangguk.
Intan mengambil ponselnya kemudian mulai merekam pengakuan Mira.
"Kamu serius melakukannya?". Tanya kak Fikri.
Intan mengangguk.
Kak Fikri menghela nafas. "Aku tidak yakin padanya". Gumam kak Fikri sambil menatap Mira dengan tatapan menyelidik.
"Baiklah, kita mulai. Tolong jawab semua pertanyaan yang saya ajukan. Gunakan bahasa formal agar mudah dimengerti. Rekaman suara ini hanya sebagai jaga-jaga apabila terjadi sesuatu". Jelas Intan.
Mira mengangguk.
"Apa benar kamu berada di lokasi kejadian?". Tanya Intan.
"Iya, aku berada di sana". Jawab Mira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future
عاطفيةTentang mata yang tak mampu melihat apa yang terjadi di masa lampau dan masa depan. Tentang tangan yang tak mampu menggenggam dirinya di masa lampau dan masa depan. Tentang kaki yang tak mampu melangkah sesuka hati ke masa lampau dan masa depan. Dan...