Detik yang terhitung cepat, kini terasa lambat oleh abun. Hidup yang biasanya ia permainkan, kini balik mempermainkan nya.
Beberapa hari setelah Dannia menghindarinya, telah membuat Abun frustasi. Ia telah berkali kali memikirkan kira kira apa kesalahannya hingga Dannia menghindarinya seperti itu.
Abun juga telah meghilangkan kebiasaan nya datang terlambat, tapi tetap saja, Dannia masih mendiamkan nya
"Lo kenapa sih bun? Kayak banyak aja beban pikiran lo" Kata Raga sambil mengunyah permen karetnya
Angga mengangguk setuju "Lo pasti mikirin ketos itu kan? Udahlah positif aja, siapa tau dia lagi marah sana lo"
"Jangan ampe ni buku melayang ke kepala lo" ucap Abun yang membuat Angga mengeluarkan cengiran tak berdosanya
Kini kelas Abun sedang ada jamkos. Dan ini adalah waktu yang paling tepat untuk bersantai. Tapi, kali ini Abun lebih memilih merenungkan kesalahannya pada perempuan yang akhir akhir ini telah mengisi harinya
Saat Abun menoleh kearah jendela, ia melihat Dannia akan melewati kelasnya. Tanpa pikir panjang Abun langsung berdiri dan menghampiri Dannia.
Saat melihat Dannia, terlihat jelas di matanya jika wanita itu terkejut saat melihat kehadirannya
"Ada apa?"
Abun tidak menjawab, sebenarnya ia juga bingung kenapa ia ingin menemui Dannia. Tapi otaknya mengatakan, ia harus menghampiri wanita dihadapannya ini.
Dannia memutar bola matanya malas lalu berjalan melewati Abun.
"Ngapain ngehindar dari gw??" Tanya Abun yang sukses membuat Dannia berhenti di tempatnya
"Emang kita pernah deket??" Kata dannia kembali melanjutka langkahnya.
Abun menatap punggung Dannia yang semakin menjauh tanpa berniat mengejarnya
***
Saat jam istirahat Abun sengaja berjalan jalan menyusuri koridor untuk menghilangkan rasa jenuhnya"Eh kamu!!! Cepat kemari" Panggil pak Ridwan
"Saya pak?" tanya Abun memastikan
"Emang ada orang lain lagi selain kamu. Cepat kemari"
Abun mengangguk lalu menghampiri pak Ridwan. Dan ia juga baru sadar ada Dannia di sebelah gurunya itu
"Abun, tolong selama pengurusan acara pensi dua minggu lagi, kamu bantu Dannia. Soalnya Glen lagi fokus belajar untuk Olimpiade matematika. Pengurus OSIS yang lain juga udah sibuk dengan tugas masing masing"
"Loh, kok Abun sih pak" Protes dannia tidak terima, bagaimana caranya Dannia bisa moveon kalau setiap hari ia selalu bersama Abun
"Loh kamu bilang tadi terserah saya. Jadi yaaa suka suka saya. Abun itu anaknya ga banyak protes, jadi kamu bisa suruh suruh dia buat angkat angkat barang" Jelas pak Ridwan
Mendengar itu, Abun mengerutkan dahinya "Jadi saya dijadiin babu nih pak? Wah tega ya bapak sama saya"
"Udah kamu nurut aja. Atau nilai kamu jadi taruhannya"
"Yasudah, saya permisi pak" Pamit Dannia lalu pergi
"Lohh Dannia, tungguin gw!!!" Teriak Abun
"Kalau ga mau ditinggal cepetan jalannya. Lakik bukan lo?!!" Balas Dannia tanpa melihat kebelakang
Abun menghembuskan nafasnya lalu tersenyum kecil dan berlari mengejar Dannia "Gapapa deh, mungkin ini kesempatan gw buat lurusin semuanya"
Sesampainya mereka di ruang OSIS, Abun melihat ada banyak map dan kertas di meja Dannia dan Glen
"Gw sama glen udah bahas gimana rencana untuk pensi besok sama anggota OSIS yang lain. Dan hasilnya begini" Kata Dannia membuka obrolan sambil memberikan Abun beberapa lembar kertas
Abun mengangguk dan membaca hasil diskusi yang tertulis disana
Selagi Abun membaca, Dannia menatap Abun dengan sangat dalam. Ingin rasanya Dannia mengeluarkan unek uneknya.
Setelah abun selesai membaca keseluruhan ia menoleh dan melihat Dannia yang masih menatapnya
"Dann" Panggil Abun yang menbuat Dannia yang tersadar dengan perbuatannya
"Ehh iyaa. Kenapa??" Tanya dannia untuk menutupi kegugupan nya
"Harusnya gw yang nanya sama lo. Lo kenapa??"
Dannia mengedikkan bahunya. Ia mengambil kertas yang dipegang Abun dan menuliskan sesuatu diatasnya
"Dann, gw ada salah apa sama lo?"
"Lo disuru kesini itu buat bantuin gw. Bukan interogasi gw"
Abun tidak lagi meneruskan ucapannya, walau masih banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan.
Kemudian Abunmengubah topik pembicaraan nya dengan membahas urusan pensi.
Setelah kesepakatan diambil, Dannia berencana untuk kembali ke kelasnya. Tapi abun menghentikan pergerakannya
"Minggir"
"Dann, gw masih ga ngerti kenapa lo diemin gw"
"Gw bilang minggir!!!" Teriak dannia
Abun tak mendengar memperdulikan perkataan Dannia. Kemudian ia berjalan kearah pintu lalu menguncinya dan meletakkan kunci itu di sakunya
"Dannia. Jawab gw dulu, lo kenapa??"
Dannia tak menjawab, ia memilih diam dan menahan air matanya yang ingin tumpah
"Dann, gw cuma mau tau kesalahan apa yang udah gw buat sampe tiba tiba lo ngehindarin gw kayak gini"
"Bun, please jangan ginii" Balas dannia memelas. Abun mengernyitkan dahinya
"Jawab gw dulu"
"Gw mau balik ke kelas, sinihin kuncinya buruan"
"Gak sebelum lo jawab pertanyaan gw"
Dannia memejamkan matanya sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Dannia!!!"
Dannia menoleh kearah jendela dan menemukan Zahra.
"Kuncinya di saku abuun. Gw ga bisa keluar"
Abun mengumpat didalam hatinya. Kenapa disaat seperti ini, ada saja yang menganggu nya.
"Woiii. Gak lo bukain pintunya, gw aduin guru bk lo" Ancam zahra setengah berteriak
Abun menghela napasnya. Kemudian ia mengambil kunci di sakunya dan melemparkannya pada Dannia. Dengan sigap Dannia menangkapnya dan keluar
"Jangan lupa tutup pintunya kalau mau keluar" Pesan dannia sebelum benar benar pergi dari hadapan Abun.
Abun mengangguk kecil lalu duduk di kursi kebesaran Dannia. Ia memandang seluruh ruang OSIS dari tempatnya berada. Hingga selembar sticky note mencuri perhatiannya.
'Keluarga baru, lelaki dan kebahagiaan. 2 Mei'
Abun tau, ini adalah tulisan Dannia. Dan tanggal yang tertulis disana bertepatan saat Dannia mulai menghindarinyaAbun berfikir apa maksud dari kalimat tersebut. Hingga satu kemungkinan timbul di pikiran Abun.
Abun segera mengambil ponsel nya dan memotret sticky note tersebut lalu pergi meninggalkan ruang OSIS
.
.
.
.
.Happy Reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With Ketos [PROSES REVISI]
Подростковая литератураKebayang ga sih kalau kamu bisa nikah sama orang yang kamu suka diam-diam. Eitsss gaada yang gamungkin didunia ini. Seperti halnya Dannia yang mencintai Abun dalam diam. Tiba tiba terjerat dengan sebuah perjanjian diatas kertas yang mengharuskan mer...