Sengatan matahari kembali menusuk permukaan kulit para manusia di muka bumi. Udara kotor menghiasi langit, serta suara deruan kendaraan yang mengisi pendengaran para pejalan kaki di jalur lalu lintas Ibu Kota.
Abun dan dannia kembali harus menginjakkan kakinya di Ibu Kota negara Indonesia, Jakarta. Untuk melanjutkan pendidikan mereka yang sempat tertinggal. Sekaligus untuk melanjutkan sisa waktu dannia yang menjabat sebagai ketua OSIS di sekolah.
Sadari tadi abun terus memperhatikan gerak gerik dannia disebelah nya melalui kaca spion. Terlihat dannia mengeluarkan raut wajah yang absurd. Entah bahagia atau bersedih, entah lemas atau bersemangat, itu semua tidaklah jelas terlihat.
"Kalau nyetir, fokus nyetir aja. Gausah lirik lirik gw. Gw colok itu mata ntar"
Abun sedikit tersentak karena tercyduk istrinya sendiri. Kini terlihat jelas wajah dannia mengeluarkan aura tidak enak di pandang. Sepertinya abun harus menutup rapat mulutnya dan tidak mencuri curi pandang lagi. Mengingat betapa 'wah' nya ketika istri tercintanya ini marah.
15 menit berlalu begitu cepat. Mobil yang abun kendarai pun terparkir dengan selamat di depan gedung pencakar langit.
"Jadi kita tinggal di apartemen??"
"Yup tepat sekali"
Dannia hanya ber-oh ria. Tanpa banyak basi basi mereka segera memasuki apartemen abun. Terlihat dekorasi klasik modern yang mendomisili setiap sudut ruangan. Serta adanya harum bunga lavender akan membuat siapapun yang merasakannya terasa nyaman.
Dannia merebahkan dirinya di sofa sambil memperhatikan jendela besar yang menampilkan hiruk pikuk kota.
"Heei nona sungkar!! Jangan tiduran muluk. Sini bantuin gw" Dumel abun yang protes melihat dannia yang sudah sibuk dengan dunia fantasinya.
"Gak ah males" Jawab dannia santai
Abun yang sudah terlanjur kesal, melempar tas dan koper mereka kesembarang arah dan menarik kedua tangan dannia agar menjadi posisi duduk, lalu ia merebahkan kepalanya di paha dannia.
"Eh apa apaan nihh. Minggir ihhh"
Abun meletakkan jari telunjuk di bibirnya yang mengatup. Ia mengambil tangan dannia yang menganggur lalu meletakkannya di atas kepalanya dan mulai menutup mata.
Dannia mendengus kesal melihat kelakuan abun. Ntah dorongan darimana yang membuat nya merasa emosi seperti ini. Tapi saat melihat wajah damai abun, membuat rasa kesal dan marah itu menguap dan menghilang begitu saja.
"Gw tau lo gak beneran tidur kaan? Bangun ihhh" Kata dannia sambil berusaha mengangkat kepala abun
"Gini aja dulu bentar. 5 menit ajaa" Balas abun dengan mata yang masih terpejam.
Karena tak mendapat respon apa apa. Abun membuka matanya dan melihat dannia yang juga sedang menatap nya
"Apa liat liat?? Mau gw cium??" Kata abun tanpa beban
"Dihh siapa juga yang liatin lo. Gw liatin orang gila kok" Balas dannia yang membuat abun mengerutkan dahinya
"Lo bilangin gw gila gitu??" Tanya abun sambil menunjuk dirinya sendiri
"Gak gw yang bilang loh yaaa"
"Wahh keterlaluan sekali nona ini rupanya yaaa"
"Kenapa hah?? Mau gw cium??" Kata dannia menirukan gaya abun tadi. Seketika kerutan di dahi abun hilang dan terganti dengan senyum jahil di wajahnya
"Boleh kok dengan senang hati" Jawab abun sambil memonyongkan bibirnya.
Rasa kesal kembali menyeruak di benak dannia. Ia memukul bibir abun yang sengaja di monyong monyong kan lalu ia berdiri dan membuat abun terjatuh ke atas karpet
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With Ketos [PROSES REVISI]
Novela JuvenilKebayang ga sih kalau kamu bisa nikah sama orang yang kamu suka diam-diam. Eitsss gaada yang gamungkin didunia ini. Seperti halnya Dannia yang mencintai Abun dalam diam. Tiba tiba terjerat dengan sebuah perjanjian diatas kertas yang mengharuskan mer...