"Terkadang memendam adalah
pilihan satu-satunya agar semua terlihat baik-baik saja"
-Angga-******
Abun terduduk di lantai rumah sakit dengan lemas. Saat tadi mendapat kabar dari pihak rumah sakit bahwa dannia kembali kehilangan banyak darah, membuat abun panik setengah mati. Ntah siapa orang yang tega melukai dannia, yang jelas abun tak akan memberikan ampun bagi siapapun yang tega melakukan hal ini pada gadisnya.
Abun menyesali tindakan sembrono nya karena telah menghidupkan mode hening di poselnya. Abun merasa dirinya telah gagal menjadi seorang suami karena tak bisa menjaga dan melindungi dannia.
"Bun... "
Abun mendongak dan melihat Jean sedang tersenyum manis padanya. Jean duduk di sebelah abun dan menggenggam tangan abun
"Gw yakin dannia baik baik aja" Kata Jean sambil menepuk pelan punggung Abun. Jean semakin memperdekat dirinya dengan abun, lalu Jean membawa abun kedalam pelukannya. Abun kembali menangis
Zahra, Glen, dan juga angga yang kebetulan baru datang melihat kemesraan abun dan Jean dengan tatapan tidak percaya. Apa sebegitu rapuh kah abun hingga harus berbagi kesedihan dengan wanita lain. Mereka berjalan mendekati raga yang hanya duduk diam di kursi tunggu
"Ga, itu kenapa... " Tanya Zahra sambil melirik abun dan Jean
"Udah biarin ajaa"
"Gak bisa gitu dong. Keadaan dannia aja gatau gimana, dan dia malah enak enakan dengan wanita lain"
"Jean itu sahabat abun ra. Wajar kalau abun berbagi sama Jean"
"Ohh gitu. Trus nanti seandainya kalau kamu yang ada di posisi dannia. Trus aku berbagi kesedihan aku sama angga sampai pakai acara peluk pelukan kayak abun sama Jean. Kamu rela gitu??"
"Ra, maksud aku gak gitu"
"Udahlah, capek ngomong sama kamu"
Zahra pergi meninggalkan ruang tunggu dengan wajah kecewa. Angga melihat raga mengusap wajahnya frustasi. Ia sempat terkejut saat Zahra membawa bawa namanya. Dan sekarang ia mengerti, jika raga dan juga Zahra memiliki hubungan spesial. Angga pergi menyusul Zahra dan menemukannya duduk di taman rumah sakit.
"Raga gak maksud gitu kok" Kata angga lalu duduk di sebelah Zahra
"Lo gabakal ngerti perasaan gw"
"Pemikiran cewek emang gak bisa di tebak yaaa. Tapi gw yakin, kalau lo itu cuma salah paham sama raga"
Karena masih terlarut dalam emosi. Alhasil Zahra hanya diam dan tidak membalas perkataan Angga. Karena bagi Zahra, angga tiada bedanya dengan raga. Mereka berteman, pasti angga akan selalu berpihak pada raga.
"Zar, Jean itu Angelina" Kata angga yang membuat Zahra menoleh karena mulai penasaran
"Jadi 10 tahun yang lalu, beberapa bulan sebelum adanya kehadiran gw diantara raga sama abun. Mereka punya sahabat perempuan yang namanya angelina. Angelina sempat kecelakaan dan dinyatakan meninggal dunia karena jasadnya menghilang. Dan itu membuat abun sama raga terpukul banget. Apalagi abun"
"Dan tadi raga cerita ke gw, kalau Jean itu adalah angel mereka yang hilang 10 tahun lalu"
Zahra tampak manggut manggut. Melihat Zahra yang hanya diam tapi kepo sambil terus mendengarkan nya bercerita, membuat angga menarik sudut bibirnya. Jikalau saja Zahra tidak benar benar memiliki hubungan dengan raga sahabatnya, pasti ia akan menjadikan Zahra miliknya seorang.
"Abun baru aja ketemu sama sahabat lamanya dan sekaligus dia hampir aja kehilangan istrinya. Lo harus ngerti keadaannya zar"
Zahra menoleh dan tersenyum kearah angga. Ia mengangguk mengerti dan mulai mengontrol emosi nya
"Tapi tetap aja, abun harus inget dannia dalam keadaan apapun" Balas Zahra yang disetujui angga
"Semua orang punya pemikiran yang berbeda zar"
Zahra tersenyum pada angga. Ia tak pernah mengira bahwa angga bisa menenangkan hatinya seperti ini. Ntah kenapa tutur katanya sangat lembut malam ini. Berbeda dari yang sebelumnya, yang suka jahil dan menggoda dirinya. Apakah karena angga sudah mengetahui hubungan nya dengan raga?? Ntahlah, yang penting angga akan selalu menjadi sahabatnya yang selalu ada jika ia senang ataupun sedih.
Zahra dan Angga kembali bercerita seputar urusan sekolah. Sesekali mereka tertawa saat mengingat masa masa konyol yang mereka ciptakan di masa lalu. Hingga ponsel Zahra berbunyi dan menampilkan sebuah pesan singkat dari Glen. Zahra cepat cepat membacanya dan tersenyum bahagia.
"Kelihatannya bahagia banget deeh. Bagi bagi dong" Kata angga yang heran melihat Zahra senyum senyum sendiri
"Dannia udah dapet pendonor yang cocok ngga"
"Syukurlah" Balas angga yang diangguki Zahra
Angga dan Zahra segera pergi menuju ruangan dimana dannia di rawat. Rasa bahagia yang ada di hati Zahra sudah tidak dapat di gambarkan lagi. Akhirnya dannia bisa melewati masa masa kritisnya. Tapi tidak dengan Angga, jika boleh jujur angga sangatlah kecewa saat mengetahui hubungan Zahra dengan sahabatnya raga. Lebih lebih saat angga mengetahui mereka menyembunyikan hubungan mereka karena untuk menjaga perasaan nya
Sesampainya mereka di sana, Zahra langsung mendekati ranjang dannia yang masih tertidur pulas. Angga duduk di sebalah raga yang hanya diam menatapnya. Angga menggangguk kecil lalu menepuk pelan lutut raga dengan wajah tersenyum
"Gapapa" Satu kata yang keluar dari bibir angga sanggup membuat perasaan raga sedikit menciut. Bagaimanapun raga bisa dikatakan penghianat oleh angga
"Kok bisa tiba tiba ada pendonor yang cocok bun??" Tanya Zahra yang membuat acara tatap tatapan angga dan raga buyar
"Gw juga gatau ra. Tadi itu tiba tiba aja ada yang sukarela donorin darah buat dannia"
"Tapi, siapa yang celakai dannia selagi kita pergi??" Tanya Glen yang membuat suasana menjadi hening
Zahra melihat Jean yang hanya diam dengan tatapan polosnya. Zahra yakin jika Jean pelakunya, karena hanya dia yang tidak ikut mencari pendonor darah untuk dannia. Dan otomatis hanya Jean yang tetap berada di sekitar dannia saat semua orang pergi meninggalkan ruangan dannia.
"Jean" Ceplos Zahra yang membuat semua orang memandang Zahra dan Jean bergantian
"Lo nuduh gw??" Tanya Jean sambil menunjuk dirinya sendiri. Zahra mengangguk yakin dan membuat Jean mendecih kecil
"Kalau bukan lo siapa lagi?? Waktu kami cari pendonor buat dannia, cuma lo yang masih tetap ada di ruangan dannia"
"Jaga ucapan lo Zahra. Gw percaya Angel gak mungkin lakuin hal kayak gitu. Dannia istri gw, mustahil dia yang celakai dannia" Balas abun cepat yang sanggup membuat Zahra melongo."Apa hubungannya kalau dannia istrinya abun??" Batin Zahra
"Trus kalau bukan Jean siapa lagi??" Tanya Zahra menantang
"Zico" Jawab Glen. Suasana kembali menjadi hening. Mereka saling bertukar pandang karena sepemikiran dengan Glen. Tapi tidak dengan Zahra dan Jean. Mereka berdua saling bertukar pandang. Zahra yang menatap Jean dengan tatapan benci, dan Jean yang menatap Zahra dengan tatapan mengejek. "Sepertinya permainannya akan menjadi semakin seru" Batin Jean
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With Ketos [PROSES REVISI]
Roman pour AdolescentsKebayang ga sih kalau kamu bisa nikah sama orang yang kamu suka diam-diam. Eitsss gaada yang gamungkin didunia ini. Seperti halnya Dannia yang mencintai Abun dalam diam. Tiba tiba terjerat dengan sebuah perjanjian diatas kertas yang mengharuskan mer...