Blind date.
Sebenarnya kau cukup anti dengan hal-hal seperti itu. Kau termasuk golongan orang-orang yang mempunyai karakter mengapresiasi yang namanya kebebasan. Dan blind date merupakan sesuatu yang bersifat 'memaksa' dalam kamusmu.
Kau akan bertemu dan berkencan dengan seseorang yang bahkan tidak kau kenali. Prinsipmu ini membuat sahabatmu harus memutar otaknya, mengeluarkan berbagai macam rayuan agar kau bersedia terlibat dalam kencan itu. Namun toh nyatanya kini kau memang telah berada di tempat yang sebelumnya sudah disepakati oleh dirimu, sahabatmu dan dua orang laki-laki asing untuk melakukan blind date tersebut.
Sahabatmu tidak menjelaskan secara detail, bagaimana dia bisa menemukan partner blind date. Yang ia lakukan hanya membujuk dan membujukmu demi mengikuti ajakannya.
"Dia sudah sampai, sebentar lagi akan masuk."
Kau melirik malas ke arah sahabatmu yang terlihat mengoceh pada ponselnya. Terang sekali, dirinya tengah bertukar pesan dengan partner-nya. Kau memutar sedotan dalam gelas jusmu lebih cepat.
"Dia bilang, hoodie hitam dan kemeja warna merah. Oh, itu mereka!"
Petunjuk itu benar adanya. Kau melihat dua orang laki-laki memasuki kafe dimana kalian berada dan menghampiri kalian setelah sahabatmu melambaikan tangan ke arah mereka.
Tapi kau segera menyadari kalau sebentar lagi, kau akan terjerat masalah besar. Pemuda dengan kemeja merah itu, adalah seseorang yang paling kau hindari. Seseorang yang seharusnya sudah lenyap dari ingatanmu sejak beberapa bulan yang lalu.
Kau baru saja akan meminta izin ke toilet dan mencari ide untuk kabur, namun kau kalah cepat dengan mereka. Bahkan laki-laki kemeja merah terlanjur menangkap basah dirimu. Dengan tatapan khasnya. Kau memilih menunduk.
"Kim Woo Seok?"
Sahabatmu menyebutkan nama partner blind date-nya. Yang pasti bukan si kemeja merah.
"Jung Yoo Hee?"
Yoo Hee atau sahabatmu itu tersenyum manis pada laki-laki yang dipanggil Woo Seok tersebut. Mereka berjabat tangan, sampai kemudian...
"Lee Jin Hyuk."
Yoo Hee lantas menyenggolmu menggunakan sikunya sebab dia menyadari sejak tadi kau masih bertahan duduk dan menunduk. Dengan berat hati kau berdiri, menyalami Woo Seok dan Jin Hyuk. Meski kau kenal baik siapa Jin Hyuk, kalian berdua kompak berpura-pura tak saling mengenal.
Yoo Hee mempersilakan kalian untuk duduk di tempat masing-masing. Sahabatmu yang satu ini memang tak pernah tahu jika sebelumnya kau dan Jin Hyuk adalah sepasang kekasih. Bahkan sampai kalian berpisah, Yoo Hee tak tahu apa-apa. Sekarang, kau merasa benar-benar telah terjebak.
Kau tahu, kau harus segera pergi dari tempat ini. Bagaimanapun caranya. Terserah seperti apa reaksi ketiganya, kau tidak peduli. Oleh karena pikiranmu yang sedang berkecamuk, kau sampai tidak menyimak obrolan Yoo Hee dan malah mengutarakan kalimat yang melenceng.
"Yoo Hee-ya, maag-ku sepertinya kambuh. Aku izin pulang dulu ya."
Yoo Hee langsung panik mendengar kata-katamu.
"Kau tidak makan sedikitpun sejak berangkat? Kenapa tidak bilang, ya tuhan.."
"Kalian bisa pesan dulu tadi, kami-"
Kau menggeleng.
"Tidak tidak. Ini salahku sendiri. Aku terlalu banyak makan pedas kemarin. Kalau begitu aku pamit dulu, maaf mengacaukan acara kalian."
Kau lekas berdiri dan meninggalkan kafe. Tentu saja kau hanya berbohong supaya kau bisa melarikan diri. Yoo Hee berteriak kepadamu.
"Biarkan Jin Hyuk mengantarmu!!"
.
Kau berhasil pergi dari acara blind date itu, tetapi sebagai gantinya kau malah pulang bersama Jin Hyuk kini. Kau salah langkah. Kau lupa kalau kau datang bersama Yoo Hee. Sepanjang perjalanan tak ada yang bicara diantara kalian. Hingga tiba-tiba Jin Hyuk menghentikan mobilnya.
"Tunggu disini sebentar."
Kau mengangguk. Kemudian Jin Hyuk keluar dari mobilnya. Kau bisa melihat dia menuju ke supermarket. Kalau dipikir-pikir, sudah cukup lama kau tidak pergi berdua dengannya seperti ini. Biasanya kau dan Jin Hyuk akan mendebatkan hal-hal kecil lalu berakhir dengan Jin Hyuk merengek kepadamu agar kalian kembali damai.
Berarti tidak sebentar kalian berpisah bukan? Bahkan jika boleh berterus terang, kau merindukan masa-masa itu. Bisakah?
Kau dan Jin Hyuk telah berpacaran selama kurang lebih satu tahun, kalian berpisah sebab kau memergoki Jin Hyuk bersama gadis lain. Bukannya kau tak sungguh-sungguh mencintainya atau kau enggan menyikapinya dengan dewasa, hanya saja, kejadian seperti itu tidak terjadi satu atau dua kali.
Sehingga ketika Jin Hyuk mati-matian mempertahankan hubungan kalian, kau justru menentangnya mentah-mentah. Walau kau belum sepenuhnya mendengar penjelasan darinya, kau sudah terlanjur dibutakan oleh keseringanmu melihat Jin Hyuk dan gadis itu.
"Minumlah ini dulu kalau tidak tertahan. Maaf, aku hanya membeli roti dan susu."
Jin Hyuk menyerahkan obat khusus kepadamu. Dan juga roti serta susu favoritmu. Kau merasa tertohok, dia masih menghafal segala sesuatu tentangmu. Ia juga tidak segan memberikan perhatiannya. Mendadak kau merasa bersalah.
"Terimakasih."
Mau tak mau kau menerimanya. Tetapi kau hanya menyimpannya dalam tasmu. Tak sampai hati membongkar kebohonganmu setelah apa yang dia lakukan. Jin Hyuk melajukan mobilnya kembali.
"Kau tidak nyaman bertemu denganku, bukan?"
Pertanyaan Jin Hyuk barusan mengguncang pertahananmu. Dia mungkin peka dengan tingkah lakumu. Kau harus bagaimana sekarang?
"Maafkan aku. Seharusnya aku tidak menyetujui permintaan Woo Seok."
"Bukan begitu. Aku hanya, aku juga tidak tahu kalau Yoo Hee akan mengajakku blind date dengan kau yang menjadi pasanganku. Dia tak tahu apapun tentang masa lalu kita. Ini bukan salah siapa-siapa. Justru akulah yang merepotkanmu. Aku minta maaf."
Jin Hyuk tertawa, tawa yang terdengar dipaksakan. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh laki-laki itu.
"Aku menyesal. Mengapa aku menduakanmu dengan alasan aku bosan padamu? Seharusnya aku tidak pernah melakukannya. Mungkin kau tak akan meninggalkanku sampai membuat hubungan kita menjadi secanggung ini. Aku benci sekali dengan fakta kalau akulah yang menghancurkan hubungan kita."
Detik itu juga hatimu bak tertusuk pedang. Begitu pedih persis rasanya ketika dulu kau resmi mengakhiri jalinan kasih dengan Jin Hyuk. Terkadang takdir sangat lucu dalam mempermainkanmu. Kau seolah sedang ditertawai olehnya. Oleh takdirmu sendiri.
Tuhan mempertemukanmu kembali dengan Jin Hyuk, mengaduk-aduk hatimu yang belum pulih yang bercampur dengan rindu yang datang bertubi-tubi. Semakin kacau setelah Jin Hyuk mengakui perasaannya. Kau juga bertanya-tanya dalam hati, apakah Jin Hyuk tak lagi bersama selingkuhannya itu sehingga menyetujui blind date Woo Seok?
Tapi sepertinya kau tak berhak mencari tahunya. Kalian hanya mantan kekasih yang tak sengaja bertemu dalam acara kencan buta. Hanya demikian. Tidak penting lagi bagaimana perasaan kalian, karena itu sudah berlalu.
"Kau tak perlu berpikir begitu, Jin Hyuk. Kita sudah selesai, kau sebaiknya fokus pada pilihanmu, bukan?"
Walau sakit, akhirnya kau bisa mengatakannya.
"Iya kau benar. Aku akan fokus pada pilihanku. Dia duduk di sampingku sekarang dan kali ini, aku memang tidak akan tahu diri."
Bukankah yang dimaksud Jin Hyuk adalah kau?
"Aku akan memperjuangkannya sekali lagi."
.
.
.
![](https://img.wattpad.com/cover/217171521-288-k338900.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lee Jinhyuk Imagines (Completed)
Short StoryKepada vdans, selamat membaca imagine ini😊.