Morning

89 19 6
                                    

Dua buah sandwich dan dua gelas susu dengan rasa berbeda ditaruh rapi oleh Lee Jin Hyuk di atas meja makan yang baru saja selesai ia bersihkan. Ketika melirik ke arah jam dinding, jarumnya sudah menunjukkan pukul enam pagi dan Jin Hyuk masih belum mendapati tanda-tanda kalau kau akan bangun dari tidurmu.

Jin Hyuk melepas celemeknya, dia meletakannya pada gantungan kemudian berjalan menuju kamar kalian. Seperti dugaannya, Jin Hyuk memergokimu masih terlelap dengan posisi yang sama sejak tadi dia meninggalkanmu untuk membuat sarapan.

Suamimu itu duduk di tepian ranjang disertai senyum tipisnya. Begitu gemas memperhatikan bagaimana ekspresimu kala kau tertidur.

Persis anak kecil.

Batin Jin Hyuk bersuara, jari-jarinya meminggirkan rambutmu yang sedikit menutupi wajahmu. Baginya kau terlihat sangat polos saat ini. Bahkan dia sulit membendung hasratnya yang ingin menyuguhkan sebuah kecupan di bibirmu. Sehingga, kini kau terusik sebab Jin Hyuk sungguh-sungguh merealisasikan keinginannya.

Tapi Jin Hyuk tidak sekedar menempelkan bibirnya kepadamu, ia juga melumatnya sampai kau sepenuhnya sadar. Jahil, Jin Hyuk enggan melepaskan tautan kalian meski kau memukul dadanya. Maka dengan terpaksa kau mendorongnya, walau kau tahu, mungkin kau tidak sekuat dirinya.

Ajaibnya, Jin Hyuk mampu kau kalahkan, jadi mau tak mau dia harus menikmati tubuhnya terjatuh di atas karpet. Kau menutup mulutmu dengan kedua telapak tangan, terkejut sekaligus tak mengira kau ternyata bisa menggulingkan Jin Hyuk.

"Sayang, maafkan aku."

Kau mencoba mengulurkan tanganmu untuk membantu Jin Hyuk bangkit, namun dia malah memanfaatkannya untuk menarikmu dan kaupun menindihnya. Sebelum sempat kau mengatakan sesuatu, Jin Hyuk segera mengubah posisi lalu menggendongmu keluar kamar kalian.

Tentu saja kau berteriak panik akibat ulah Jin Hyuk.

"Mau kau bawa kemana?"

Jin Hyuk tidak menjawab, ia terus melangkah melewati dapur kalian, menuju ke halaman belakang. Tidak! Itu...

"Lee Jin Hyuuuukkk!!"

Jeritmu bersamaan Jin Hyuk dengan teganya melemparkanmu ke dalam kolam renang. Jin Hyuk berkacak pinggang sembari menertawaimu yang menatapnya kesal. Untung saja kau tidak tenggelam walaupun sebenarnya, kau tidak begitu mahir berenang.

"Padahal aku sudah meminta maaf tadi."

Dengan ketus kau menepi dan mengangkat tubuh supaya kau bisa duduk di pinggiran kolam. Jin Hyuk langsung mengambil tempat di sebelahmu sambil menyenggol bahumu beberapa kali.

"Siapa suruh tidak mandi kemarin sore? Kau bau tahu."

Omel Jin Hyuk membuatmu kian jengkel terhadapnya. Bibir bagian bawahmu ikut maju sebagai wujud perasaanmu.

"Habisnya dingin, Jin Hyuk. Kau mau aku masuk angin begitu?"

"Tidaklah! Istriku ini harus selalu sehat. Kalau begitu biarkan aku menghangatkanmu."

Jin Hyuk bergerak mendekatimu, kau yang agak was-was segera memperisai dirimu dengan cara menyilangkan tangan.

"Jangan macam-macam!"

Kau memperingati, sementara Jin Hyuk menaikkan alisnya.

"Maksudku memelukmu, tidak boleh juga?"

Kau bungkam, lagi-lagi Jin Hyuk menggunakan peluang emas ini untuk merengkuhmu. Dia menganggap diammu adalah kode kalau kau memberinya izin memelukmu.

"Jangan lama-lama, aku harus ganti baju. Katanya tadi aku harus selalu sehat."

"Iya aku tahu."

Kau terkekeh, suka sekali menggoda Jin Hyuk yang selain jahil juga gampang berubah tunduk jika kau mulai mengancamnya. Kau mengecup pipinya tiba-tiba, Jin Hyuk memandangmu bingung. Tapi tidak lama, karena kemudian ia menyeringai.

"Aku juga menawarkan jasa menggantikan baju, sayang."

.
.
.









Yang terbayang itu Rowoon sf9, gara-gara lihat foto dia gendong siapa ya, lupa aku😆.

Lee Jinhyuk Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang