"Oppa?"
Lee Jin Hee membuka pintu kamar kakaknya ketika beberapa panggilan yang disuarakannya tidak mendapatkan respon apapun.
Tidak ada Jin Hyuk disana, tetapi kemudian Jin Hee mendengar gemericik air yang berasal dari kamar mandi khusus dalam kamar sang kakak. Mungkin saja Jin Hyuk tengah mandi. Jin Hee bermaksud keluar sebelum akhirnya dia melihat ponsel Jin Hyuk menyala.
Tadinya Jin Hee tak ingin mengobrak-abrik privasi Jin Hyuk, namun pendiriannya langsung runtuh manakala dirinya mendapati layar kunci pada ponsel Jin Hyuk adalah fotomu, mantan kekasihnya.
Bahkan tak tanggung-tanggung, Jin Hyuk memasang gambar yang menampilkan selca kalian dengan pose mesra. Dimana Jin Hyuk jelas-jelas mencium pipimu yang sengaja kau gembungkan. Sedangkan dirimu fokus ke arah kamera.
Senyum tipis terlukis di wajah manis Jin Hee. Kalau boleh terus terang, adik satu-satunya Jin Hyuk itu menyayangkan kandasnya hubungan kalian. Iya, kau sudah dikenal baik oleh keluarga Lee, sehingga tak heran jika mereka juga menyayangimu.
Jin Hee kembali menaruh ponsel Jin Hyuk saat pintu kamar mandi dibuka berbunyi. Sebenarnya ini situasi yang cukup canggung, tapi sepertinya tidak terlalu. Sebab Jin Hyuk sudah mengganti pakaiannya di kamar mandi, tak biasanya. Jin Hee bersedekap.
"Pantas kau tidak menyahut, mandi rupanya."
"Ada apa, Jin Hee? Tugas kampus lagi?"
Memang sering Jin Hee meminta bantuan kakaknya untuk mengerjakan tugas kampusnya yang menggunung. Dan masih berlaku sampai sekarang. Jin Hee malah menarik bangku Jin Hyuk untuk diduduki. Sedangkan Jin Hyuk memilih mendaratkan bokong di atas kasur.
"Tadinya begitu. Tapi tidak jadi. Kupikir kau sedang tidak baik-baik saja. Nanti kau akan mengacaukan tugas-tugasku."
Jin Hyuk terkekeh.
"Atas dasar apa kau mengatakan demikian? Aku baik-baik saja hari ini."
Jin Hee tahu, Jin Hyuk hanya sedang bersandiwara.
"Kalau masih saling mencintai, kenapa harus berpisah, oppa? Sayang sekali."
Jin Hyuk berhenti mengelap rambutnya. Tak menyangka sang adik akan mengajukan pertanyaan seperti itu tiba-tiba. Tidak. Bukannya Jin Hyuk tersinggung, tak jarang laki-laki jangkung tersebut bercerita perihal kisah kasihnya termasuk tentang dirimu kepada Jin Hee. Jin Hyuk hanya merasa seolah baru saja disadarkan.
Jin Hyuk menghembuskan kasar nafasnya. Wajahnya yang tampan diselimuti kesedihan sekarang.
"Kau tak mengerti, Jin Hee-ya. Dia kekanakan sekali. Dia cemburu pada hal-hal yang tidak masuk akal. Lalu bagaimana dimasa mendatang kalau aku berkarir lebih daripada ini?"
Jin Hee lagi-lagi mengulum bibirnya.
"Jadi kecemburuan eonni penyebab utama kalian berpisah? Memang berlebihan juga kalau yang dia cemburui adalah hal-hal tak masuk akal. Seperti cemburu pada orang yang sudah meninggal, misalnya. Tapi kurasa, kecemburuan eonni kali ini cukup logis. Bukannya aku membelanya, walaupun akupun seorang perempuan. Coba kau pikir, kita semua tahu, cemburu adalah tanda cinta. Bukan tanda tidak percaya. Eonni pasti percaya pada oppa, tapi bagaimana dengan wanita itu? Sebaik apapun, dia tetaplah orang lain dalam hubungan kalian berdua."
Jin Hee melihat Jin Hyuk akan membantah, gadis itu tak memberi kesempatan.
"Cinta ada karena terbiasa. Apalagi eonni seorang perempuan. Perasaan perempuan halus, oppa. Wajar kalau dia mengkhawatirkan hubungan kalian. Mungkin, kalau saja wanita itu tidak iseng, emosi eonni dan penggemarmu tak akan meledak. Ya, meskipun iseng, nyatanya berefek juga kan? Apalagi kalau sungguhan. Seandainya oppa, menangani itu dengan tenang, memberi pengertian kepada eonni dan penggemarmu secara baik, aku yakin tidak akan seburuk ini dampaknya. Ibaratnya, seseorang iseng menyalakan api, ternyata itu mampu membakar sebuah almari. Tugas oppa adalah menyirami almari tadi dengan air. Bukan malah menyiramnya dengan gas. Jelas almarinya terbakar seluruhnya sampai tak bersisa. Nah, hubungan oppa dan eonni kudeskripsikan begitu."
Jin Hyuk mematung. Dia tak pernah berpikir sampai sedalam itu.
"Lalu apa yang harus kulakukan?"
Ucap Jin Hyuk putus asa.
"Sederhana. Sebenarnya, kalau almarinya sudah habis terbakar, sangat tidak mungkin kau menggunakannya kembali, bukan? Tapi tunggu dulu, kau masih ingat tidak, oppa? Apa pesan yang disampaikan eonni pada saat kalian putus?"
Jin Hyuk berpikir, mengingat-ngingat apa yang kau katakan dulu.
"Iya, aku memang kekanakan. Aku tak mau karena kekanakanku ini kau menjadi terbebani di masa depan sehingga itu mengganggu karirmu. Aku tak ingin kalau hal tersebut terjadi, oleh sebab itu, sebaiknya kita sudahi hubungan ini."
Jin Hee menjentikan jarinya usai mendengar reka ulang perkataanmu yang terakhir.
"Bahkan sampai akhir, dia masih memikirkan karirmu dimasa mendatang, oppa. Eonni mungkin egois karena meninggalkanmu, tapi dia melakukannya karena dia mencintaimu, dia peduli pada karirmu. Dia tak ingin akibat sifatnya, yang kau anggap kekanakan, akan mempengaruhimu dimasa depan. Dia memilih mengalah. Jadi, tidakah eonni layak disebut sebagai korban disini?"
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lee Jinhyuk Imagines (Completed)
Short StoryKepada vdans, selamat membaca imagine ini😊.