"Jin Hyuk-ssi?"
Pemuda jangkung itu menoleh ke arahmu ketika kau memanggil namanya.
"Ya?"
Kau menghela nafasmu berat tanpa melirik padanya.
"Kau yakin akan melakukan pernikahan denganku?"
Alis Jin Hyuk saling mendekat. Tapi dia tidak mengatakan apapun. Sedikit heran karena mendapati wajahmu begitu kusut.
"Bagaimana dengan kekasihmu? Hatimu?"
Mau tak mau langkahmu ikut berhenti setelah laki-laki itu tidak meneruskan jalannya. Kau terpaksa mundur supaya bisa mendengarkan jawaban Jin Hyuk.
"Kalau aku tidak yakin, aku akan menolak perjodohan ini sejak awal, asal kau tahu. Dan soal kekasihku, aku bisa mengatasinya, kau tidak perlu cemas. Malah seharusnya, aku yang khawatir. Bagaimana dengan hatimu? Kau sudah mantap melepaskan dia?"
Lagi-lagi perjalanan kalian terjeda. Jin Hyuk menggigit bibir bawahnya, merasa tak enak menyinggung perihal masalah pribadimu. Kalian memang akan menikah dalam beberapa minggu ke depan, namun bukan dilandasi rasa cinta alias perjodohan. Perkara yang membelit kau dan Jin Hyuk lumayan rumit, dimana kau tak kunjung menikah karena menunggu kepastian kekasihmu. Sedangkan Jin Hyuk tak mendapat restu dari orangtua kekasihnya.
Entah bagaimana orangtua kalian bertemu dan berniat menjodohkan kalian di usia yang terbilang memang sudah cukup matang ini. Oleh karenanya, kau tidak menutupi apapun dari calon suamimu itu dan begitu pula sebaliknya. Kalian terus mencari solusi terbaik tanpa merugikan kedua belah pihak.
"Seharusnya ini memang bisa menjadi alternatifku untuk melupakan dia. Jika dia bisa kenapa aku tidak? Tapi sekali lagi Jin Hyuk-ssi, apakah kau tidak keberatan dengan pernikahan ini?"
Jin Hyuk menarik tanganmu sehingga kalian kini saling berpandangan.
"Kau mau tahu yang sebenarnya?"
Kau mengangguk saja saking penasarannya. Jin Hyuk hampir menggerakkan bibirnya ketika kau merasa seseorang merebut tanganmu sampai kini kau agak berjauhan dengan Jin Hyuk. Rupanya dia kekasihmu, yang mungkin akan menjadi mantan dalam beberapa menit ke depan.
"Akhirnya aku menemukanmu, aku merindukanmu, sayang."
Dia memelukmu secara sepihak. Bukan hanya kaget, kau sangat tidak menyukai kehadirannya di sini. Perasaan tak lazim yang baru muncul sekarang ini.
"Ehm, maaf sebelumnya, Anda siapa?"
Jin Hyuk bertanya, kau tahu sebenarnya ia menyadari bahwa sosok yang baru datang itu adalah kekasihmu. Hanya saja, kau tak paham apa maksud Jin Hyuk tetap mengeluarkan pertanyaan demikian. Kekasihmu langsung mereganggkan pelukannya dan menatap Jin Hyuk tajam.
"Harusnya aku yang bertanya, kau ini siapa? Mengapa kau mendekati kekasihku? Apa kau seorang penggoda? Dasar tidak tahu diri!"
Seketika tangan kananmu melayangkan tamparan pada kekasihmu yang sontak memegangi pipinya serta menunjukkan rasa tidak percayanya terhadapmu. Sebenarnya kau juga tidak berniat menamparnya tadi, namun kau terlampau sulit mengatur emosimu.
Sedangkan tubuh Jin Hyuk menegang menyaksikan perbuatan yang kau lakukan.
Dia begitu terkejut sebab kau bisa bersikap kasar pada seorang laki-laki."Kau-"
"Bukankah aku ini tidak penting bagimu? Kau pergi seenaknya tanpa kabar setelah skandalmu beredar luas? Kau mengabaikan semua pesanku, teleponku. Kau tahu, kau sangat egois. Bahkan ibumu melarangku mencari dirimu, aku sampai bertengkar dengan orangtuaku apa kau tahu?!"
Kau tak sadar bahwa nada bicaramu meninggi, hingga orang-orang di sekitar kalian mulai memperhatikan kalian. Namun, kau tak peduli. Nafasmu tersendat dengan tubuh bergetar hebat. Dia yang kau cintai telah menyiramkan luka yang dalam.
"Dan satu lagi, kau boleh menyakiti hatiku, menghancurkan hidupku. Tapi jangan pernah kau mengusik kehidupannya. Dia bukan penggoda seperti yang kau tuduhkan, dia calon suamiku. Jadi pergilah, lupakan aku. Hubungan kita selesai. Ayo sayang."
Kau melingkari lengan Jin Hyuk kemudian menarik paksa dirinya yang tiba-tiba bertransformasi bak robot. Kekasihmu berteriak di tempat lantaran kekesalannya.
.
"Kau bisa kasar juga ternyata."
Kau tidak menggubris perkataan Jin Hyuk, kau melepaskan lingkaran tanganmu dan memilih duduk di sebuah bangku. Kau menutupi wajahmu untuk menyembunyikan tangisanmu. Jin Hyuk memandangmu iba. Dia berinisiatif duduk di sebelahmu.
Tanpa meminta izin darimu, Jin Hyuk merengkuhmu sehingga kepalamu menempel di dadanya. Sementara tangan kanannya mengusap lembut lenganmu. Kau hanya bisa pasrah. Sakit tak tertahankan menjadi alasanmu membiarkan Jin Hyuk mendekapmu.
"Jin Hyuk oppa? Apa yang kau lakukan? Siapa dia? Kau berselingkuh?"
Pertanyaan bertubi-tubi menghampiri Jin Hyuk yang otomatis melepas pelukannya denganmu. Lagi-lagi kalian bertemu kekasih masing-masing dalam kondisi yang tidak tepat. Kau yakin, perempuan di hadapan kalian saat ini adalah kekasih Jin Hyuk. Pemuda tersebut berdiri, begitu pula denganmu.
"Kami-"
"Bukan nona. Kau salah paham. Aku dan Jin Hyuk adalah teman lama, kebetulan kami bertemu tapi aku sedang dalam keadaan buruk jadi dia menenangkanku. Hanya seperti itu. Dia tidak mengkhianatimu sama sekali."
Memang benar kalian tidak menjalin hubungan apapun, saat ini. Kau berkilah pada alasanmu saja. Baik Jin Hyuk maupun kekasihnya sama-sama melongo menyimak penjelasan palsumu.
"Dia pemuda yang setia, nona. Kalau begitu, aku pamit dulu ya, Jin Hyuk. Sampai jumpa lagi."
Kau meninggalkan mereka berdua yang membeku di tempat. Dan sialnya, tangismu kembali pecah.
.
"Eomma? Appa?"
Sepasang suami istri yang kau panggil itu mengalihkan pandangan kepadamu. Mereka adalah orangtuamu, kalian baru saja menyelesaikan makan malam.
"Ada yang ingin aku bicarakan dengan kalian. Min Kyu-ya, bisakah kau ke kamarmu terlebih dahulu?"
Adik laki-lakimu, Kim Min Kyu mengangguk patuh kemudian beranjak ke kamarnya. Setelah dia pergi, kau mengawali pembicaraan.
"Appa, eomma, tentang perjodohan aku dan Jin Hyuk, aku ingin membatalkannya."
Meski berat, entah mengapa, kau merasa harus mengatakannya. Dan kedua orangtuamu terkejut tentu saja. Mereka saling tatap. Jantungmu masih berdebar cepat. Kau bisa saja langsung meninggalkan Seoul secara-diam untuk menghindari pernikahanmu dan Jin Hyuk, namun menurutmu itu bukan jalur yang baik.
"Aku tahu ini tidak benar. Apalagi mengingat ini sudah berminggu-minggu dan pihak Jin Hyuk-lah yang pertama kali mencetuskan ide. Pasti akan sangat mengecewakan bagi kalian maupun keluarganya. Tapi setelah beberapa waktu aku bersama Jin Hyuk, aku pikir, ini bukan keputusan yang tepat. Iya, aku memang bisa menyudahi hubunganku dengan kekasihku, tapi Jin Hyuk, aku lihat ini menjadi beban berat baginya. Serumit apapun masalah antara dirinya dan kekasihnya, mereka saling mencintai, eomma, appa. Aku tidak tega menghancurkannya, sehingga bisa dipastikan aku tidak akan sanggup menjalani suatu ikatan diatas penderitaan orang lain."
"Kau sudah membahas ini dengan Jin Hyuk?"
Kau menggeleng sebagai reaksi atas pertanyaan ayahmu. Tadi sore Jin Hyuk gagal memberitahumu yang sebenarnya, tapi kata hatimu mengatakan kau harus mengakhiri perjodohan ini. Bayangan ekspresi sedih dan sakit kekasih Jin Hyuk melintasi kepalamu.
"Kita hanya perlu membahas ini dengan orangtuanya. Berdiskusi dengan Jin Hyuk, tidak akan menghasilkan apa-apa."
"Tapi yang menjalani pernikahan kalian berdua?"
Sahut ibumu.
"Dan aku tidak bisa, eomma. Aku tidak mau menyakiti Jin Hyuk dan kekasihnya."
.
.
.Ini bakalan bikin eneg banget. Siap-siap aja ya😊.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lee Jinhyuk Imagines (Completed)
Cerita PendekKepada vdans, selamat membaca imagine ini😊.