Love You No More

84 21 0
                                    

Langkahmu terjeda, ketika kau mendapati kerumunan massa di depan salah satu kedai yang tak jauh dari tempatmu bekerja. Antara takut dan penasaran, kau mencoba mendekati kerumunan tersebut.

Kau langsung menutup mulutmu, tak mempercayai kenyataan di hadapanmu saat ini. Seorang laki-laki bertubuh jangkung tengah dipukuli oleh orang-orang di sana hingga ia meringkuk tak berdaya.

"Tolong hentikan pukulan kalian!!"

Dalam sekali teriakan, dengan ajaib mereka mengindahkanmu. Perhatian mereka secara otomatis tertuju kepadamu.

"Mohon maaf sebelumnya, sebenarnya ada apa ini? Kenapa kalian menghakiminya begini?"

Kau berupaya bertanya selembut mungkin kepada mereka yang masih tampak berapi-api. Salah satunya seorang pria paruh baya yang memandang tajam ke arahmu kemudian berganti pada sosok yang terkulai lemas.

"Dia sudah membuat keributan di dalam kedaiku, Nona. Bahkan tidak sekali dua kali, jadi kami memberinya pelajaran sekarang!"

Seruan tersebut mendapat respon setuju dari kerumunan itu. Kau melirik ke arah pemuda tadi sesaat. Sejatinya, kau tidak ingin terlibat urusan dengannya lagi, namun apa daya, sifat manusiawimu masih melekat dalam dirimu.

Maka mau tak mau, sebagai satu-satunya orang yang mengenal sang pemuda di tempat itu, kau harus menolongnya semampumu.

"Kau membuang waktu kami, Nona. Lebih baik segera kita bawa dia ke kantor polisi saja!"

Suasana kembali gaduh setelah seseorang bersuara demikian. Kau menggeleng, sedikit memeluk pria tadi karena spontanitas.

"Tunggu sebentar."

Lagi-lagi mereka seakan dihipnotis olehmu.

"Aku tidak tahu apa saja perbuatan buruk yang ia lakukan. Tapi, izinkan aku meminta maaf atas segala kesalahannya dan biarkan aku membayar ganti rugi yang paman tanggung akibat dirinya."

Semuanya terdiam. Beberapa saling berbisik dan menatap sinis ke arahmu. Sementara kau sangat pasrah mengenai kelanjutan masalah ini. Kau berharap agar berakhir secepatnya.

Sang pemilik kedai akhirnya duduk berjongkok di depanmu sembari menghela nafas berat.

"Cukup jangan pernah membebaskan dia berkunjung ke kedaiku lagi."

.

Banyak orang yang tidak terima dengan keputusan paman pemilik kedai. Namun mereka tak bisa berbuat apa-apa lagi mengingat mereka juga tak sepenuhnya punya hak.

Kau berhenti mengompres wajah Lee Jin Hyuk, laki-laki yang babak belur setelah warga mengamuk kepadanya. Dia meringis dengan nada yang menurutmu terdengar menjengkelkan. Sebagai bentuk kekesalan, kau menekan luka pada wajahnya sedikit keras pada bagian akhir lalu melepaskannya.

Tentu saja Jin Hyuk semakin meninggi volume mengeluhnya.

"Selesaikan sendiri."

Kau melipat kedua tanganmu di depan dada. Tidak peduli jika saat ini Jin Hyuk tengah menatapmu kecewa, namun dia segera sadar diri dan melanjutkan mengompres sendiri wajahnya.

"Haruskah aku bilang terimakasih, pahlawan?"

Kau menunda niatanmu ke dapur usai Jin Hyuk menyerangmu dengan kalimat dingin itu. Sungguh, Jin Hyuk yang kau cintai dahulu sudah lenyap sekarang, sepertinya. Bahkan walau kalian terhitung lumayan lama berpisah, perang diantara kalian tampaknya masih akan terus merantai.

Kau membalikan tubuhmu supaya dapat melihatnya.

"Aku tidak melakukannya karena membutuhkan itu darimu."

Batinmu berdo'a semoga apa yang kau lakukan hari ini tidak berimbas buruk. Jin Hyuk menyeringai.

"Kalau begitu karena cinta?"

"Kau berharap terlalu muluk, Jin Hyuk-ssi."

Jin Hyuk menaruh handukmu kasar.

"Jadi, kasihan alasannya? Kalau begitu kau benar-benar membuang waktu untuk membantu seseorang yang sudah melukai hatimu, Nona."

Kau membungkukan badanmu pada Jin Hyuk yang terkejut dengan tingkahmu.

"Setidaknya bersihkan pikiranmu, Tuan Lee. Kau tidak lebih dari sosok asing untukku."

Jin Hyuk kembali menyeringai, kau benar-benar sudah berubah. Kau masih gadis manis yang suka menaruh perhatian pada orang lain, hanya saja sikapmu ini malah justru membuat Jin Hyuk merasa tidak nyaman.

Seolah-olah dia tak layak mendambakan kebaikan darimu. Tetapi Lee Jin Hyuk bukan tipe pemuda yang mudah menyerah pada keadaan. Ia percaya bahwa kau masih mencintainya.

.
.
.









Akhir-akhir ini tulisanku berantakan banget😣.

Lee Jinhyuk Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang